(first of all, postingan ini postingan nyinyir!)
Saya tidak suka bau asap rokok.
Alasannya sepele, baunya tidak enak, dan kalo kelamaan saya hirup bisa bikin saya pusing.
Saya tidak pernah mengerti, apa yang ada di kepala para perokok yang merokok dan menghembuskan asapnya seenak jidat kepada orang-orang di sekitarnya.
Really, I just don’t get it.
Jujur saja, saya agak malas menulis tentang hal ini. Basi, dan mau saya ngomong kayak gimana, kenyataannya mereka akan tetap saja merokok di sekitar saya. Mau saya pasang tampang sejelek mungkin, mau saya udah pasang body languange minta dimengerti tutup hidung tutup mulut sambil batuk-batuk yang mengindikasikan kode ‘tolong jangan hembuskan asapnya di dekat saya, please.’ Tetap saja, mereka akan merokok di dekat saya, yang kurang ajar, malah dengan enaknya menghembuskannya tepat di muka saya.
Call me old-fashioned, call me as a conservative person. But really, I hate it. And for the very first time, saya akan mengatakan kenapa.
Semua pasti tahu beritanya Noor Atikah Hasanah, anak yang meninggal gara-gara penyakit yang disebabkan karena terpapar asap rokok terlalu sering. Orang tuanya adalah perokok, dan hal itu membuat saya sedih. Bukan apa-apa, sedih aja karena berarti, fakta bahwa perokok pasif benar-benar memiliki resiko yang sama besar dengan perokok aktif itu benar adanya.
Ya, bilang saya tidak punya empati yang kuat terhadap para perokok, karena ya, saya akui, saya dikelilingi oleh orang-orang yang tidak merokok. Ayah saya tidak merokok, begitu pula adik cowok saya. Pacar yang syukurnya sudah berhenti merokok. Jadi, mungkin mudah bagi saya untuk mengatakan bahwa saya tidak suka hidup saya dikelilingi asap rokok.
Merokok, bagi saya adalah hak azazi. Terserah, toh itu hidup-hidup mereka. Saya tidak pernah menganggap orang-orang yang merokok itu buruk (yah, tapi mereka memang tidak bisa terlihat seksi sih). Saya juga tidak cukup peduli dengan isu bahwa perokok pasif memiliki resiko kematian seperti layaknya perokok aktif. Sampai saya membaca berita tersebut dan merasa mencelos.
Saya percaya semua perokok tau bahwa merokok adalah membunuh diri perlahan-lahan. Saya juga paham bahwa kalian semua merokok karena merokok membantu kalian lebih produktif (atau alasan-alasan pembenaran lainnya). Saya juga mengerti alasan aku-masih-muda-besok-berhentinya-kalo-udah-tua-aja. Terserah, itu hak. Merokok juga tidak melanggar hukum.
Tapi, tanpa bermaksud menggeneralisasikan semua perokok, jangan pernah kamu berani melarang seorang drunker menyetir, jangan pernah kamu ngatain seorang Afriani Susanti, kalau kamu masih merokok di depan umum, kalau kamu masih menghembuskan asap itu dengan enaknya ke muka orang-orang yang memilih untuk tidak merokok.
Menurut saja, itu sama saja. Ya, karena resiko perbuatan kalian ditanggung orang lain.
Please, be a smart smoker. Merokoklah dengan style, dengan sopan. Orang-orang sudah menghargai kalian dengan mengizinkan kalian merokok dimanapun, tidakkah kalian mau menghargai kami kembali dengan.. paling tidak… menunda merokok sampai kami pergi?
Karena, jujur aja, bau asap rokok itu nggak enak banget!
Dih, postingan #keras nih.
Hidup perokok cerdas!
No comments:
Post a Comment