Hai, namaku ponsel.
Aku sedang sedih nih.
Pemilikku, Bombi, sedang menangis sekarang.
Bombi sebenarnya adalah seorang anak yang periang,
namun sekarang ia sedang sedih.
Kalian mau tahu nggak kenapa?
Jadi begini,
Bombi punya
ayah yang sibuuuuuuuuk sekali.
Ayah Bombi
jarang bisa bermain dengan Bombi.
Makanya, ayah
Bombi memberikan aku kepada Bombi supaya ayah bisa berbicara dengan Bombi kapan
saja walaupun ia sedang tidak berada di dekat Bombi.
Selain itu,
ayah juga berpesan padaku, ”Ponsel, kamu harus bisa menemani Bombi ya, supaya
ia tidak kesepian...”
Aku
mengangguk. Aku berjanji pada ayah Bombi untuk menjadi teman Bombi ketika ayah
tidak ada.
Teman-teman
Bombi iri pada Bombi. Mereka semua selalu memandangku dengan penasaran. Aku
tahu, mereka semua ingin punya ponsel seperti Bombi.
Tentu
saja dong! Aku kan keren banget. Hargaku mahal, dan aku bisa dipakai untuk
menelepon, mengirim pesan singkat, internet, dan juga, bermain game!
Nah,
Bombi paling suka bermain game. Bombi
suka bermain game di depan teman-temannya
sampai mereka semua iri.
Tentu
saja! Ada banyaaaaak banget permainan yang aku miliki. Ada tembak-tembakan, ada
balap mobil, pokoknya apa saja ada deh. Tembak-tembakan adalah permainan
favorit Bombi, biasanya ia akan main tembak-tembakan ketika sedang marah atau
sedih.
Aku
merasa aku sudah sangat berjasa bagi Bombi. Bombi pasti sangat membutuhkanku.
Sampai
suatu ketika, aku tahu, Bombi sebenarnya sedang merasa sangat sedih.
Kamu mau
tahu kenapa?
Ketika
tiba saatnya pulang sekolah, Bombi melihat teman-temannya dijemput oleh Ayah
mereka. Tidak hanya itu, ayah teman-teman Bombi lalu membelikan mereka es krim
dan permen lolipop.
Dan kamu
tahu tidak apa yang Bombi lakukan ketika tiba saatnya pulang sekolah?
Bombi
menatapku, lalu menekan tombol-tombol di tubuhku, dan menelepon sopir untuk
menjemputnya. Bombi menelepon sopir, bukan ayah.
Ayah Bombi nggak pernah punya waktu
untuk menjemput Bombi, ia terlalu sibuk bekerja.
Ketika Bombi ingin juga dibelikan
es krim dan permen lolipop, sopirnya hanya menjawab, ”Di rumah ada banyak,
Bombi. Bombi bisa pilih apapun yang Bombi mau.”
Saat itulah biasanya Bombi lalu
kembali memainkan game tembak-tembakan yang ada di ponsel. Ia sangat sedih.
Lagi-lagi Bombi lalu menatapku
muram.
Bombi tahu, Bombi nggak bisa marah
sama ayah. Karena Bombi tahu, ayahnya bekerja untuk Bombi.
Bombi kemudian berkata, ”Ponsel,
ponsel bisa nggak berubah menjadi ayah?”
Aku tentu sedih mendengarnya. ”Tapi
Bombi, kalau aku berubah menjadi ayah, nanti kamu nggak bisa lagi bermain game,
menelepon, mengirim pesan, dan bermain internet seperti biasa yang selalu bisa
membuat teman-temanmu iri dan kagum.”
”Bombi maunya ayah. Bombi nggak mau
ngomong sama ayah lewat kamu. Bombi ingin ketika pulang sekolah, Bombi bertemu
dengan ayah, dan bukannya dengan kamu. Bombi ingin, ketika Bombi sedang marah
dan sedih, Bombi bertemu dengan ayah, dan bukannya dengan kamu. Kamu nggak bisa
membelikan Bombi es krim dan permen lolipop.”
Aku sedih sekali.
Bombi lalu berkata lagi, ”Ponsel,
ponsel bisa bilang nggak sama ayah, kalau Bombi kangen sama ayah?”
Aku mengangguk. Aku sayang banget
sama Bombi, dan aku akan membuktikan kalau aku menyayanginya.
Aku lalu mengirim pesan ke ayah
Bombi,
”Ayah, Bombi kangen banget sama ayah. Bombi ingin ayah memberikan
sedikit waktu ayah buat Bombi. Bombi senang dengan ponsel Bombi, tapi Bombi
lebih senang kalau ayah ada untuk Bombi. Bombi ingin bermain dengan ayah. Bombi
sayang ayah!”
Pesan itu tak berapa lama kemudian telah terkirim
ke Ayah.
Dan aku lalu tahu, aku harus pergi dari kehidupan
Bombi.
Aku merusakkan diriku sendiri, karena aku tahu,
belum waktunya bagi Bombi untuk berteman denganku saat ini.
Aku percaya, Bombi nggak akan sedih karena nggak
bisa lagi bermain game dan bermain internet. Ayah Bombi akan menghibur Bombi,
ayah Bombi jauh lebih keren daripada aku.
Ketika Bombi dewasa kelak, aku akan bertemu lagi
dengan Bombi. Dan aku yakin saat itu adalah saat yang tepat buat Bombi untuk
kembali menjadi sahabatku.
Sampai jumpa Bombi! :)
Kalau kalian sayang ayah kalian, tuliskan semua itu di
bawah ini, maka ponsel akan menyampaikan pesan kalian pada ayah kalian!
ahe, tulisanmu sangar bin dahsyat saroh. Aku suka cerita anak-anak yang ini. Mbok bikin lagi plis. Nanti aku kasih ke adekku. Hehehehe.
ReplyDeletehihi makasih epan :D iya deh besok aku bikin lagi. tapi aku nggak bisa nggambarnya -__- ato kamu mau bantu nggambarin van? :))
ReplyDelete