Tuesday, May 22, 2012

Ponsel Baru Bombi


Hai, namaku ponsel.
Aku sedang sedih nih.
Pemilikku, Bombi, sedang menangis sekarang.
Bombi sebenarnya adalah seorang anak yang periang, namun sekarang ia sedang sedih.
Kalian mau tahu nggak kenapa?

Jadi begini,
Bombi punya ayah yang sibuuuuuuuuk sekali.
Ayah Bombi jarang bisa bermain dengan Bombi.
Makanya, ayah Bombi memberikan aku kepada Bombi supaya ayah bisa berbicara dengan Bombi kapan saja walaupun ia sedang tidak berada di dekat Bombi.
Selain itu, ayah juga berpesan padaku, ”Ponsel, kamu harus bisa menemani Bombi ya, supaya ia tidak kesepian...”
Aku mengangguk. Aku berjanji pada ayah Bombi untuk menjadi teman Bombi ketika ayah tidak ada.


Teman-teman Bombi iri pada Bombi. Mereka semua selalu memandangku dengan penasaran. Aku tahu, mereka semua ingin punya ponsel seperti Bombi.
Tentu saja dong! Aku kan keren banget. Hargaku mahal, dan aku bisa dipakai untuk menelepon, mengirim pesan singkat, internet, dan juga, bermain game!
Nah, Bombi paling suka bermain game. Bombi suka bermain game di depan teman-temannya sampai mereka semua iri.
Tentu saja! Ada banyaaaaak banget permainan yang aku miliki. Ada tembak-tembakan, ada balap mobil, pokoknya apa saja ada deh. Tembak-tembakan adalah permainan favorit Bombi, biasanya ia akan main tembak-tembakan ketika sedang marah atau sedih.
Aku merasa aku sudah sangat berjasa bagi Bombi. Bombi pasti sangat membutuhkanku.

Sampai suatu ketika, aku tahu, Bombi sebenarnya sedang merasa sangat sedih.
Kamu mau tahu kenapa?
Ketika tiba saatnya pulang sekolah, Bombi melihat teman-temannya dijemput oleh Ayah mereka. Tidak hanya itu, ayah teman-teman Bombi lalu membelikan mereka es krim dan permen lolipop.
Dan kamu tahu tidak apa yang Bombi lakukan ketika tiba saatnya pulang sekolah?
Bombi menatapku, lalu menekan tombol-tombol di tubuhku, dan menelepon sopir untuk menjemputnya. Bombi menelepon sopir, bukan ayah.

Ayah Bombi nggak pernah punya waktu untuk menjemput Bombi, ia terlalu sibuk bekerja.
Ketika Bombi ingin juga dibelikan es krim dan permen lolipop, sopirnya hanya menjawab, ”Di rumah ada banyak, Bombi. Bombi bisa pilih apapun yang Bombi mau.”
Saat itulah biasanya Bombi lalu kembali memainkan game tembak-tembakan yang ada di ponsel. Ia sangat sedih.


Lagi-lagi Bombi lalu menatapku muram.
Bombi tahu, Bombi nggak bisa marah sama ayah. Karena Bombi tahu, ayahnya bekerja untuk Bombi.
Bombi kemudian berkata, ”Ponsel, ponsel bisa nggak berubah menjadi ayah?”
Aku tentu sedih mendengarnya. ”Tapi Bombi, kalau aku berubah menjadi ayah, nanti kamu nggak bisa lagi bermain game, menelepon, mengirim pesan, dan bermain internet seperti biasa yang selalu bisa membuat teman-temanmu iri dan kagum.”
”Bombi maunya ayah. Bombi nggak mau ngomong sama ayah lewat kamu. Bombi ingin ketika pulang sekolah, Bombi bertemu dengan ayah, dan bukannya dengan kamu. Bombi ingin, ketika Bombi sedang marah dan sedih, Bombi bertemu dengan ayah, dan bukannya dengan kamu. Kamu nggak bisa membelikan Bombi es krim dan permen lolipop.”


Aku sedih sekali.
Bombi lalu berkata lagi, ”Ponsel, ponsel bisa bilang nggak sama ayah, kalau Bombi kangen sama ayah?”
Aku mengangguk. Aku sayang banget sama Bombi, dan aku akan membuktikan kalau aku menyayanginya.
Aku lalu mengirim pesan ke ayah Bombi,
Ayah, Bombi kangen banget sama ayah. Bombi ingin ayah memberikan sedikit waktu ayah buat Bombi. Bombi senang dengan ponsel Bombi, tapi Bombi lebih senang kalau ayah ada untuk Bombi. Bombi ingin bermain dengan ayah. Bombi sayang ayah!”

Pesan itu tak berapa lama kemudian telah terkirim ke Ayah.
Dan aku lalu tahu, aku harus pergi dari kehidupan Bombi.
Aku merusakkan diriku sendiri, karena aku tahu, belum waktunya bagi Bombi untuk berteman denganku saat ini.
Aku percaya, Bombi nggak akan sedih karena nggak bisa lagi bermain game dan bermain internet. Ayah Bombi akan menghibur Bombi, ayah Bombi jauh lebih keren daripada aku.
Ketika Bombi dewasa kelak, aku akan bertemu lagi dengan Bombi. Dan aku yakin saat itu adalah saat yang tepat buat Bombi untuk kembali menjadi sahabatku.
Sampai jumpa Bombi! :)

 Nah, kalian pasti juga sayang kan dengan ayah kalian?
Kalau kalian sayang ayah kalian, tuliskan semua itu di bawah ini, maka ponsel akan menyampaikan pesan kalian pada ayah kalian!
 *tulisan lama  dari kelas Dasar-Dasar Penulisan,  Desember 2009
Ilustrasi: Dindadari Arum Jati, Self, Stockphotos
Coloring: Self 

2 comments:

  1. ahe, tulisanmu sangar bin dahsyat saroh. Aku suka cerita anak-anak yang ini. Mbok bikin lagi plis. Nanti aku kasih ke adekku. Hehehehe.

    ReplyDelete
  2. hihi makasih epan :D iya deh besok aku bikin lagi. tapi aku nggak bisa nggambarnya -__- ato kamu mau bantu nggambarin van? :))

    ReplyDelete