Saturday, July 3, 2010

Hypnoloveraphy

 Self Theraphy

Saya termasuk orang yang sangat susah fokus.

Terbukti, saya nggak bisa dihipnotis. Beberapa waktu yang lalu, saya dan teman-teman saya bertemu ahli-ahli hypnotheraphy.

Hypnotherapy adalah suatu metode theraphy menggunakan media hipnotis. Dalam metode ini, therapy diberikan dengan jalan berkomunikasi dengan pikiran / alam bawah sadar seseorang. Hypnotherapy dapat dilakukan baik oleh diri sendiri ataupun melalui therapist yang terlatih. Tetapi pada dasarnya, setiap sesi hypnotherapy merupakan self-therapy. Hal ini terjadi karena pada dasarnya setiap therapy yang dilakukan bersumber dari diri sendiri, dalam hal ini seorang therapist hanya membantu dan memfasilitasi proses therapy tersebut.

Sangat asik. Dari sana jugalah saya yang mulanya menolak mentah-mentah buat percaya sama reality show Uya Memang Kuya, jadi berbalik 180 derajat percaya.

Beberapa teman berhasil dibikin fly. Mulai dari yang enggak bisa ngelurusin lagi tangannya, takut sama sabuknya sendiri, curhat colongan tentang gebetannya, nangis denger siulan orang, sampai yang paling dahsyat… nyerahin dompet dan hengpongnya tanpa dia sadari. Sumpah itu kocak banget.

Salah satu teman saya ada yang lagi beruntung karena kebetulan dia ulang tahun di hari itu. Dan sukseslah dia dikerjain sama temennya yang jiwa usil tak beradabnya seperti ini. Dengan sukses kami membuatnya celemotan kue dan spidol tanpa dia bisa melawan, padahal matanya terbuka lebar-lebar loh hahahaha.

Ada yang abis ditinggal pacarnya, eh salah, calon suaminya ke luar Jawa dan itu membuatnya menangis all day long. Hipnotis membuat rasa sedihnya agak berkurang. Ada yang nggak bisa berenang, padahal dia kuliah di fakultas olahraga, dan hipnotis membuatnya sedikit berani—sayangnya, hipnotis terpaksa gagal karena ketika sedang dalam kondisi tidak sadar karena terhipnotis, posisi duduk yang salah membuat dia kesedak :p dan terbangun.

Itu hipnotis yang sangat asik! Sayang, sayang seribu sayang…

Saya adalah satu-satunya makhluk manusia yang ENGGAK MEMPAN DIHIPNOTIS.

Sedih. Miris.

7 kali hipnotis tetap tidak bisa membuat saya ‘tidur’. Saya sampe ketahuan pura-pura jatuh pas ditepok punggunya -____- how pathetic. Saking saya kepengen banget ngerasain rasanya dihipnotis, dan dengan entengnya mas-mas hipnoteraphyst-nya bilang, “Dek… kamu nggak tidur kan? Hahahaha. Jatuhnya orang sadar sama nggak sadar beda kali.”

Saya cuma pringas-pringis malu.

Hipnotis terakhir, yang ketujuh, sampe membuat si mas penghipnotis keringetan bercucuran. Kesian masnya. Maaf mas, bukan maksud saya bikin si masnya capek, saya juga ndak tahu kenapa kok saya tetep lempeng sadar… sedih mas. Tau nggak, saya lebih sedih dari masnya, saya kepengen dihipnotis!

Ini berarti saya termasuk jenis orang yang susah dihipnotis. Biasanya membutuhkan waktu sampai setengah jam buat bikin orang jenis ini tidur. Orang yang susah dihipnotis ini, jumlahnya cuma sekitar kurang dari sepuluh persen. Oke, rasanya sedih, ketika teman-teman saya berubah menjadi pribadi yang berbeda dalam durasi sekian menit…. Saya…. Saya hanya mampu memandang mereka dengan tatapan iri perih dan dengan mata berkaca-kaca menahan pilu.

Masnya lalu menyimpulkan, berarti saya ini orangnya susah fokus. Karena memang terkadang dibutuhkan fokus yang tinggi pada kata-kata si hypnoteraphyst.

Hmmm…

Buat saya itu artinya berbeda, saya malah susah membagi pikiran. Fyi, saya sangat excited waktu mau dihipnotis ini. Penasaran seperti apa ya rasanya dihipnotis, seperti apa ya saya nanti, sampai akhirnya mungkin saya TERLALU FOKUS pada rasa penasaran saya, dan jadi nggak bisa terpengaruh sama kata-kata masnya.

See, saya malah jadi tidak fokus karena fokus saya sudah dipek masalah lain.

Sudahlah, di tengah rasa sedih yang menderu ini, setidaknya saya harus bersyukur, itu artinya saya nggak bakal jadi korban hipnotis Uya Kuya. Nggak bisa ngebayangin deh, lagi jalan-jalan di amplas, tiba-tiba disamperin, ditepok punggungnya, jatoh, ditanyain, “Apakah anda pernah punya affair dengan pacar sahabat anda?” dan dengan entengnya saya pura-pura menjawab, “Iya mas, habis dia tajir sih. Saya porotin aja. Padahal pacar dia jelek loh mas, yah gak papa deh demi duit, eh bang… betewe bang, ini kalo lagi dihipnotis saya harus melek apa merem, terus ngadep kamera yang mana ya bang? Bang, poni saya udah rapi belom?”

Uya Kuya setres. Kertas kontrak bermaterai disobek.

 

Cinta adalah Tutup Toples

I know nothing about love.

Terkadang saya suka kagum sendiri melihat eyang-eyang yang mesra. Contohnya nih, pernah ya, waktu saya lagi  galau, lantas keliling jogja malem-malem, waktu itu hujan gerimis, dan lagu saya pasang yang so sweet so sweet.

Lalu saya lewat sebuah restoran mewah dekat rumah saya—lewat, hanya lewat, saudara-saudara—named Gadjah Wong Restaurant. Tau kan, kalo lewat jalan belakang maka bakal kelihatan deh ruangan terang dengan piano besar dan lagu lagu sweet melantun. Nah, kok ya bisa-bisanya saya ngeliat SEPASANG EYANG PUTRI DAN EYANG KAKUNG…. LAGI DANSA!

Demi geledek petir samberlah aku saat itu juga! Sambar aku ya Rabb!!

Dengan perasaan berasa pengen jedotin kepala ke dashboard, saya melajukan kendaraan saya lagi, masih dengan perasaan… yang anehnya… hangat.

Itu tadi manis banget :’) dan membuat saya berpikir, kekuatan apa sih yang bisa membuat orang selama mungkin hampir 60 tahun bersama, tanpa kesah?

Obviously…. Love.

Kata orang, cinta itu long lasting feeling… sesuatu yang jadi membuat kita maklum akan segalanya. Misalnya kita yang sebenarnya nggak suka cowok berambut keriting, tapi gara-gara cinta, yang berambut keriting jadi kelihatan berambut lurus. Ngerti nggak? Kita bukannya berubah jadi suka orang yang berambut keriting, tapi rambut keriting akhirnya nggak jadi masalah buat kita… karena itu dia!

Kata emak saya, rasanya ketemu jodoh itu beda… pokoknya beda aja. Make you say, “Oh my God. That’s him!”

Kalau mau mengutip analogi sahabat saya, cinta itu kayak tutup toples. Toples yang baik adalah toples yang mampu tertutup dengan sempurna. Bakal berbunyi ‘plektuk’ seperti layaknya Tupperware. Harus pas antara tutup dan toples, nggak boleh ada yang lebih kecil, nggak boleh ada yang lebih gede. Seperti cinta, nggak boleh ada yang lebih mencintai atau kurang mencintai.  Kalau sangat cinta ya dua-duanya harus sangat cinta. Kalau cinta sedikit ya dua-duanya harus cinta sedikit. Untuk kadar cinta, kayaknya prinsip komplementer atau saling melengkapi tidak berlaku.

Karena seperti yang kamu tahu, kerupuk yang ditaruh di sebuah toples yang tutupnya kegedean pasti bakal melempem. Air yang ditaruh di toples yang tutupnya kekecilan pasti bakal tumpah.

Cinta yang melempem nggak bisa dikonsumsi lagi. Ayam Goreng Nyonya Suharti yang seenak surga itu bakal berasa hambar jika dikonsumsi dengan kerupuk yang melempem.

Air yang tumpah pasti akan mencari wadah baru untuk menampung air yang meluber itu. Cinta yang tumpah akan mencari cinta lain karena stok cintanya masih ada banyak.

Begitu banyak definisi cinta sampai saya sendiri kebingungan. Dan tidak menemukan definisi saya sendiri.

Sehingga saya akhirnya menyimpulkan..

Cinta adalah… cinta itu sendiri. Tidak perlu dipikirkan dan tidak perlu dibikin susah. Titik.

 

Nah, lalu apa tujuan saya mensinergikan hipnotis dan cinta, dua buah hal yang sama sekali tidak ada hubungannya?

Karena ya, cinta itu menghipnotis. Hipnotis paling dahsyat di dunia adalah ketika kita dicintai dan mencintai. Menghipnotis dan dihipnotis.

Jatuh cinta membuat kamu melayang terbang. Larut dalam fantasi dan tenggelam dalam dunia yang sangat indah. Kamu mendadak linglung, sadar tapi juga tidak sadar. Tidak bahagia tapi bahagia.

Ketika hipnotis mampu menyembuhkan seperti hypnotheraphy, cinta juga mampu menyembuhkan. Bahkan menguatkan. Dan itulah mengapa, di setiap kantung obat ada tulisan, Hati yang Senang adalah Obat.

Dan ketika hypnotheraphy pada dasarnya merupakan self theraphy, cinta juga adalah theraphy. Karena cuma kitalah yang mampu tahu dan mengerti cinta kita sendiri :)

 

Hipnotis + Love + Theraphy = Hypnoloveraphy :)

 

Jadi kalau saya termasuk orang yang sulit terpengaruh hipnotis… Pertanyaannya, apakah juga akan berlaku hukum yang sama untuk cinta? :p

Nggak kok, saya terhipnotis. Tapi tampaknya saya punya fokus yang cukup lemah akan hal ini. Kena hypnoloveraphy-kah? Nggak tau juga ya. 

Dan ups, berarti ini saya sudah harus menyudahi tulisan ini daripada nanti akan berujung pada curhat colongan—dan saya berjanji nggak akan curhat di tulisan kali ini.

 

3 Juli 2010

(Dibuat di tengah rinai hujan menggerimis. Dengan mood romantis membara karena hujan yang selalu membuat saya larut karena wangi tanah yang basah.)