Semua mungkin jarang menyadari, ketika kita sibuk merayakan hari Ibu, merayakan hari Kartini, tidak ada yang sadar bahwa (di Indonesia) justru tidak ada hari Ayah. Padahal, saya merasa, ayah-ayah di dunia ini juga butuh untuk diapresiasi dan disanjung. Ayah selalu berusaha kuat dan tahan banting, tapi mereka pasti ingin sekali-kali dipuja juga.
Papah, begitu saya memanggil ayah saya, adalah orang paling gengsian yang pernah saya temui. Eventhough, wajar sebagai seorang anak perempuan untuk lebih terbuka kepada ibu mereka, saya tahu, di balik segala kegengsiannya untuk mengungkapkan perasaannya, papah sangat sayang saya.
Tulisan ini sepenuhnya fiksi (karena saya tidak sebentar lagi menikah kok, hahaha), saya hanya berusaha menuliskan apa yang mungkin setiap ayah di dunia ini rasakan, ketika anak perempuannya akan pergi bersama lelaki lain.
Anyway, saya sayang papah saya :)
Untuk Cahaya, yang sebentar lagi menikah.
Cahaya kecilku yang kusayang,
Ya, aku tahu aku egois. Aku selalu ingin kamu hanya untukku. Aku ingin menjadi satu-satunya pria dalam hidupmu. Aku menyayangimu, terlalu menyayangimu.
Tapi maafkan aku karena menjadi egois. Maafkan aku karena ingin memilikimu sepenuhnya. Maafkan aku karena menjadi protektif. Maafkan aku karena sering marah padamu ketika laki-laki lain datang menghampirimu. Aku cemburu, iya, aku cemburu. Kamu harusnya selalu jadi milikku, selamanya!
Kamu harus paham, sayang. Aku sudah bersamamu semenjak kamu masih berumur satu hari. Aku menyuapimu ketika kamu belum bisa makan sendiri. Aku mengajarimu cara cebok yang benar. Aku mengajarimu cara berjalan, cara menyanyi, cara berhitung, semua cara agar kamu menjadi wanita yang tangguh dan cantik.
Lalu lama kelamaan kamu bertambah besar. Dulu ketika kamu merasa sedih atau kesal, maka kamu lari dan menangis padaku. Lalu kamu akan dengan mudah tertawa lagi ketika aku membelikanmu es krim.
Sekarang, kamu menangis pada orang lain. Dan kamu marah ketika aku mendekat dan menanyakan kamu kenapa. Katamu, aku tidak akan mengerti urusanmu. Benarkah begitu? Ah, aku sedih mendengarnya. Ketika aku menawarkan es krim, kamu malah tertawa, katamu, kamu sudah besar. Ah..
Jadi ya—maaf—aku sesungguhnya (agak) senang ketika dia, laki-laki yang menjadi pelipur laramu ketika kamu sedih, lalu justru menjadi sumber kesedihanmu. Kamu malah menangis karena dia. Kamu kembali lari kepadaku, menangis kepadaku, “Papah, aku patah hati.” Begitu katamu.
Aku sedih, tapi dalam hati menyimpan senang, karena aku tetap menjadi pria terhebat di hidupmu. Tentu saja, aku adalah pria yang paling tulus menyayangimu. Jangan samakan aku dengan pria-pria ingusan lain, cuma aku satu-satunya pria yang terbaik bagimu :’)
Begitu terus, berulang-ulang. Aku selalu panik dan jadi paranoid ketika ada pria lain yang datang ke rumah. Berbagai macam, yang tampan, yang kaya, yang pintar, yang kurus, kekar, gemuk, lucu, ramah. Semua juga bergantian menjilatku dengan berbagai kata-kata. Kata mereka, kamu cantik, ramah, pintar, baik. Ah tentu saja, itu tidak perlu diragukan lagi. Kamu hasil didikanku. Kamu akan diperebutkan banyak pria tentu saja, tapi cuma aku yang boleh memilikimu!
Aku juga laki-laki dan pernah muda, aku tahu mana pria yang benar dan yang tidak. Jadi maaf sayang, ketika kamu menangis dan marah karena aku tiba-tiba bersikap defensif terhadap pria-pria itu, demi Tuhan, aku hanya mencoba melindungimu..
Tapi aku tidak menyangka, bahwa tiba saatnya aku harus patah hati, saat itu tiba justru ketika kamu bertemu pria yang tepat. Bahwa ketika kamu bertemu pria yang tepat, ternyata menjadi saat-saat paling menyedihkan dalam hidupku.
Ketika kamu bertemu dia, aku tidak punya alasan untuk mengusirnya dari rumah. Aku tidak punya alasan untuk melarangmu bertemu dengannya. Aku tidak punya alasan untuk bersikap protektif lagi. Dan terlebih lagi, aku tidak tahan melihat matamu yang berbinar bahagia ketika bersamanya. Saat itu aku tahu, dia tidak akan mematahkan hatimu lagi. Saat itu aku juga tahu, bahwa tugasku untuk menjagamu agar kamu tidak lagi patah hati telah berakhir.
Saat ini, aku berada di sampingmu. Kamu menitikkan air mata ketika ia berjanji akan menjagamu seumur hidup.
Aku memandangnya dengan pedih. Aku harus merelakanmu bersamanya. Perempuan yang kujaga sepenuh hati selama 25 tahun. Yang sangat kucintai. Dan saat ini kamu memilih pria lain.
Tak apa-apa. Kamu telah bersama pria yang tepat. Aku tahu, dia tak akan membuatmu patah hati lagi. Baik-baik, sayang. Selamanya, kamu akan tetap menjadi perempuanku. Terima kasih, karena telah menjadi perempuan yang paling kucintai. Terima kasih, karena telah menangis di pelukanku.
Sampai kapanpun, aku akan selalu menjagamu agar kamu tidak patah hati :)
Salam sayang,
Papah.
*Spesial untuk semua laki-laki di dunia. Read carefully dan pahami. Think twice, so you can respect women more, because someday, you are going to be a father, dan saya yakin kalian tidak ingin anak perempuan kalian disakiti :)
imagine my dad will say this letter few years later :')
ReplyDeletegreat post,sarah! ^^
makasih bundooo :D
ReplyDelete