Wednesday, June 17, 2009

Ganyang Malaysia? Krik Krik.

Setiap hari nonton televisi yang beritanya melulu tentang konflik Indonesia-Malaysia lama-lama bikin bĂȘte juga.
Bete dengan berbagai macam alasan ya, selain karena bosan dengan berita yang itu-itu melulu enggak selesai-selesai, atau alasan kodian semacam geram gara-gara merasa dibodohi sama Malaysia, tapi juga bete gara-gara saya baru sadar inilah waktu buat kita untuk aware.
Maksud saya, Malaysia colong sana colong sini itu bukan tanpa alasan kan? Oke deh, mereka mungkin emang butuh sesuatu untuk dibanggakan tapi...
Catat ini, pasti mereka merasa lebih punya hak untuk ’ngepek’.
Contoh aja, untuk hal-hal sesimpel bunga bangkai yang mereka jadikan icon dan bahkan dimasukkan ke iklan Malaysia Truly Asia-nya mereka itu. Saya lihat sendiri iklan itu dengan mata kepala sendiri. Padahal kita semua tahu, bunga bangkai itu yang menemukan adalah mas Raffles yang gubernur jenderal Inggris itu, di Bengkulu.
Satu yang kita harus catat, kita enggak pernah bikin iklan Indonesia Very Truly Asia—or whatever—dengan icon bangkai.
Ya, kita keduluan.
Begitu juga yang terjadi dengan batik. See, pagelaran batik yang diramaikan para artis baru deh ramai setelah huru-hara batik direbut malaysia.
Ngik. Telat lagi...
Mau tahu alasan mengapa Pulau Sipadan-Ligitan akhirnya dengan sukses diambil malaysia?
Mahkamah Internasional menyatakan, banyak orang Malaysia yang tinggal di sana, it means di saat yang sama, Malaysia lebih memanfaatkan pulau Sipadan-Ligitan daripada pemiliknya sendiri—ya kita ini.
Tahu tidak, waktu penduduk di perbatasan Ambalat sana ditanyai tentang betapa hotnya hubungan Indonesia-Malaysia ini, mereka mengaku keadaan di sana tenang-tenang saja. Mereka bahkan percaya tidak mungkin akan ada perang, dan akan sangat sedih kalau benar-benar kejadian. Soalnya, hasil pertanian mereka hampir sebagian besar dijual ke Malaysia. Tuh kan, yang disana stay cool kok kita stay hot? Hehe.
Saya bukannya membela Malaysia, cuman saya sebal saja kalau solusi yang diambil terus sok-sokan nantangin perang. Kayaknya masih ada cara yang lebih smart dan berkelas deh. Menurut saya ini jadi kayak anak SMA tawuran gara-gara alasan klise dan krik krik banget : harga diri.
Karena saya pikir, persoalan ini ya Cuma kayak geng-geng cowok SMA yang punya musuh bebuyutan gara-gara dendam yang menurun dari generasi ke generasi. Iya kan, Indonesia kan yang menyulut sendiri slogan Ganyang Malaysia itu pas jamannya Bung Karno—yang kata guru Sejarah saya cuma cara bung Karno untuk mengalihkan perhatian masyarakat Indonesia dari masalah ekonomi yang enggak bisa dia selesaikan, entahlah, i dont know much about history, so i wont talk more lol.
Saya tidak tahu apakah dengan menang perang, harga diri kita akan naik lagi atau bagaimana. Yang jelas, kita semua tahu, Amerika Serikat sudah menang perang, dan—yeah—kita malah semakin sebal dengan tingkah congkak itu.
Untuk masalah se-complicated Amerika-Irak saja, perang masih tidak menyelesaikan apapun.
Mungkin dunia akan ketawa kalau dengar Indonesia-Malaysia perang gara-gara Manohara Odelia Pinot lol.
Karena saya selalu yakin, perang nggak akan menyelesaikan apapun.
Selalu ada beribu jalan menuju Roma. Daripada kita misuh-misuh dan mengacung-acungkan bendera perang, kayaknya lebih baik kita belajar menghargai negara kita sendiri dulu deh. Semua kan dimulai dari diri sendiri 
Ayo ayo kita berbuat hal-hal yang baik untuk negara kita. Jangan sampai keduluan lagi, jangan sampai kita baru protes setelah semuanya terlambat. Setidaknya, saya merasa bersyukur ada kejadian seperti ini karena membuat kita semua mendadak jadi nasionalis.
Mungkin kita akan merasa harga diri jadi naik setelah menang perang, tapi belum tentu yang lain akan melihat kita seperti itu juga, Ya kan?
Lagian, kayak kalau perang pasti menang aja deh, huehehehe.

Mau membangkitkan semangat nasionalis? Klik this site:
www.dontvisitindon2008.blogspot.com
Ini blog yang isinya menjelek-jelekkan Indonesia. Dan kayaknya better kalau kita hanya baca saja blog ini dan nggak usah menanggapinya, apalagi pake misuh-misuh. Dibaca saja, mungkin kita jadi bisa instropeksi, kenapa Indonesia bisa jadi kayak gitu atau setidaknya membuat orang lain berpikiran kayak gitu.

Saya sangat cinta negara saya :)

Tuesday, June 9, 2009

Present For Future

Saya punya cerita tentang wrapping and gift shop.
Jadi ceritanya, kemarin saya pergi ke Kado Kita Sagan, mencari kotak kado untuk kado ulang tahun buat si pacar. Dan saya tiba-tiba mikir saja, kalo atmosfer toko ini ternyata lucu sekali.
Ada yang sadar nggak sih, kalo sebuah
Gift Shop itu adalah toko yang penuh cinta? Maksud saya, kamu bisa melihat banyak orang datang di sini, dengan berbagai alasan mereka masing-masing, tapi dengan satu tujuan yang sama: giving others a happiness.
Kamu bahkan bisa membuat ceritamu sendiri di toko ini, mulai dari menyatakan cinta, jadian, merayakan hari jadi, lamaran, dan menikah, punya anak, lalu
finally sampai bingkisan berbela sungkawa-pun ada di sini.
(terdengar seperti iklan Kado Kita, hmm,
they have to pay me for this word :p)

Bahkan ketika sedang antre untuk beli pita kado, dalam 15 menit saya menemukan 2 kejadian lucu:

Case satu:
Seorang ibu-ibu dengan suaminya:
Mas, ini kotaknya muat nggak ya, soalnya si Ardi (yah sebut saja begitu) mintanya yang ukuran 25x25... (si suami manggut-manggut mengiyakan)
Terus perhatian si ibu langsung dialihkan ke mbak-mbak pegawai:
Mbak, mbak, ini bingkisannya bisa jadi besok nggak? Yah, jelek-jeleknya besok siang deh... tolong dong mbak..
Wah,bu, iya deh bu kami usahakan sebisa mungkin besok pagi bisa jadi...
Tolong ya mbak, soalnya ini mau buat lamaran anak saya... ini penting banget mbak, anak saya mau merit, kasihan mbak... Ntar kalau nggak jadi nikah gimana mbak? Mbaknya emang mau tanggung jawab hayo? Tolong ya mbak... please...
(Si mbak Cuma garuk-garuk kepala speechless)

Case dua:
Di meja seberang dua orang cewek usia
twenty-something sedang cekikikan menatap kado mereka yang sedang sibuk dihias oleh si pegawai. Mulanya saya biasa saja ya—secara saya juga sedang bete banget, masak cuman mau beli pita 2 meter aja harus nunggu lama sekali—tapi saya langsung melek begitu melihat isi kadonya itu:
Ya, bapak dan ibu sekalian serta teman-teman yang berbahagia,
Sepasang stiletto seksi, Lingerie nan menggoda, dan.... KONDOM.
Serius.
Saya berusaha berpikir ’lurus’ (maksud loh rah? :p), dan akhirnya menemukan penjelasan rasional setelah beberapa menit.
Itu kado pernikahan, Saraaaaah... -_____-
Tapi lucu juga ya, ngena, terus abis itu di dalemnya kita kasih ucapan:
Have a very hot and full of passion first night ya hon. Itulah gunanya kamu menikah. Santai wae... Pergunakan kado kami dengan baik.Trust me, it works.
Love
Nisa dan Tia, your bff :D
Oke. Untuk yang terakhir tadi saya Cuma bercanda.

Lamunan saya terhenti ketika si mbak pegawai—akhirnya—menghampiri saya dan menanyakan keperluan saya, sembari menambahkan kalau mau bungkus kado sekarang sudah tutup dan jadinya pasti baru besok. Saya cuman bisa meringis kuda dengan duka penuh nestapa sambil ngomong, “Mau beli pita 2 meter mbak…”
Mbaknya cuman angguk-angguk sok nyaho, dengan pandangan saya-pikir-mau-bungkus-kado-mbak-tiwas-tak-anggurin-15-menit.
Dan voila, dalam satu menit pita yang saya inginkan ada di tangan saya.
Dasar barbar.

You know what, sampai rumah, waktu saya sudah mau mulai sok bisa mbungkus kado, saya baru menyadari kalo pita yang saya beli itu ternyata membentuk rangkaian tulisan : IT’S A BOY
Ngek.
Padahal kan saya beli pita itu gara-gara kesengsem sama motifnya yang dari jauh terlihat seperti sulur-sulur biru yang terangkai menjadi satu membentuk tali.
Ternyata itu adalah pita untuk kado kelahiran anak.
Pantas tadi ada yang jenisnya kayak gini juga dan warnanya pink, pasti itu versi IT’S A GIRL-nya.
Gebleknya saya.

Anyway, saya jadi kepikiran. Bukan kepikiran tentang hot and full of passion first night yang tadi ya, tapi tentang toko itu.
Saya jadi kepingin punya toko kado. Kayaknya lucu sekali, hahaha.
Mungkin deh,
someday, kalau saya sudah tua dan ingin berekspiremen.
Ah apaan sih rah.
Merit aja belom lo. Gila aja.

Pada akhirnya,
Present not always for Now, karena hadiah menurut saya akan terus diingat sampai besok-besok.
Ya kan?
Tumben saya soswit.

Wednesday, June 3, 2009

Tentang Karinda

Jadi, saya menemukan kejadian lucu hari ini.
Maksud saya, tadi pagi saya menemukan kenyataan bodoh. Begini, kalian tahu kan nama saya, Sarah Karinda. Iya, Karinda.

Begini, tadi pagi, pas sedang kursus nyetir—saya bersumpah akan hati-hati naik motor mulai saat ini, serius, motor-motor itu ternyata kalau dilihat dari mobil SANGAT MENGERIKAN (lebay)—tante-tante yang kebagian giliran les nyetir habis saya, melihat formulir daftar nyetir saya, dan nyeletuk , ”Waaah mbak Sarah tinggal di Manado manaa?” –sekali dengar saya langsung tahu si tante ini orang Manado, logatnya kelihatan banget. Jadi mulai saja sebut dia, TTM (Tante-tante Manado)

Saya: Hah?
TTM: Saya punya banyak teman yang Karinda juga loh
Saya: Hah?
TTM: Loh, mbaknya karinda kan?
Saya: Iya tante.
TTM: Pernah tinggal di Manado?
Saya: menggelengdengantampangmasihenggaknyaho
TTM: Loh? mbaknya asli mana?
Saya: Jogja tante..
TTM: Ayah Ibu?
Saya: Jogja semua tante. Asli jogja. (membayangkan wajah si ayah yang ngomong inggris dengan logat jawa, dan yang tiap pulang kejogja selalu melampiaskan nafsunya dengan sarapan gudeg setiap pagi—saya sampai jengah liat gudeg kalo papa ke jogja—katanya sih gara2 eyang uyut adalah bakul gudeg famous pada zamannya, jadi tiap hari cucunya dicekokin gudeg tiap sarapan dan itu yang membuat papa nggak pernah bosan sama gudeg, dan katanya itu jugalah yang membuat badannya sehat kuat smart karena telor dan ayam setiap hari, padahal sih sekarang perutnya membengkak lol)
TTM: Wah, masaak? Saya pikir orang Manado, KARINDA KAN MARGA MANADO.

Saya cuman bisa meringis dan pulang dengan 2 fakta baru di kepala saya:
Satu, saya baru tahu kalau orang manado punya marga. Saya pikir marga hanya milik batak dan padang.
Dua, saya mulai ngeh kenapa lumayan banyak orang bernama belakang Karinda nge-add saya di facebook.
Masih sedikit surprised dengan kenyataan lucu tentang nama saya, sayapun buka facebook, dan melihat profile Karinda2 itu.
Anda benar saudara-saudara, MANADO semua.
Dan yang paling mengejutkan, saya di-invite sebuah grup bernama : RUKUN KARINDA
Saya speechless. Andai mereka tahu kenapa si ayah dan si mama ngasih saya nama KARINDA:
KaRinDa: Kasih Sayang Ririn dan Danang
(Ririn itu mama saya, dan Danang adalah papa saya)
Fyi, Sarah itu adalah nama sekretaris papa yang katanya cantik banget—ya, saya tahu, papa saya memang kadar kenggatelannya sudah overload.
Jadi, masih dengan sedikit enggak percaya dengan fakta baru ini, pikiran saya jadi terbang kemana-mana.
Bayangkan saja kalau ternyata jodoh saya besok adalah seorang Manado bermarga KARINDA.
”Dengan ini saya nikahkan Wisnu Karinda dengan Sarah Karinda..”
Satu lagi, orang yang bermarga sama boleh menikah nggak sih? Karena saya nggak bisa membayangkan kalau saya dan si Wisnu ini harus mendapat kecaman dari kerabat nenek moyang dan dianggap menodai garis keturunan dan kami harus menjelaskan ke ribuan orang kalau saya bukan orang manado.
”Bapak Ibu, tolong perhatikan, Karinda ini bukan Marga, Karinda ini adalah Kasih Sayang Ririn dan Danang, bapak ibu! KASIH SAYANG RIRIN DAN DANAAANG! Tolooong restui cinta kamii!”
Atau kalau di undangan tertulis begini:
Diharap kehadirannya pada pernikahan anak-anak kami yang tercinta:
Wisnu Karinda (Asli Manado)
&
Sarah Karinda (Bukan Manado)
Oke imajinasi saya mulai liar.
Dan saya mulai takut dengan nama saya.
Bukannya saya bermaksud SARA (SARA Karinda :p), tapi saya benar-benar baru tahu kalau nama KARINDA banyak pengikutnya.
Eh, by the way, seseorang bernama Wisnu Karinda nggak mungkin membaca blog ini kan? Karena demi Tuhan nama Wisnu itu nyantol begitu aja di kepala saya dan kesamaan nama, tempat, serta kejadian bukan suatu kesengajaan melainkan hanya fiktif belaka.

Beneran.

Tuesday, June 2, 2009

3 Frame Foto

Saya sedang tidak ada kerjaan jadi saya iseng2 menulis saja. Saya ingin sekali sering ngeblog, tapi apa daya acc untuk berlangganan internet dari si papa sedang dalam proses—serius, merayunya susah sekali.

Saya khawatir. Beberapa bulan yang lalu saya kepingin sekali segera lulus SMA dan kuliah dan kerja terus menikah. (akhir-akhir ini wacana tentang menikah sounds so interesting, hahaha. Kayaknya saya terlalu banyak melihat foto-foto pre wedding yang menggetarkan hati deh haha. Anyway, udah liat foto pre weddingnya Titi Kamal sama Christian Sugiono belum? Grrrr... mupeng. Mupeng sama mempelai cowoknya mungkin lebih tepatnya :p)

Back to topic, jadi sebentar lagi saya akan lulus SMA, amin ya robbal alamin, sedikit panik juga nih waktu baca headline Jawa Pos tadi pagi, 19 SMA di Indonesia harus ngulang UAN bok gara-gara 100 persen muridnya gak lulus UAN—dan itu karena mereka dengan lugunya percaya sama kunci jawaban palsu—tapi naudzubillah deh, SMA 3 Jogja jangan sampai. Dan kok mendadak saya jadi takut ya, takut kehilangan teman-teman SMA yang gelo pisan itu. Maksud saya, yah, walaupun saya sudah pindah kota 7 kali dari sabang sampai merauke dan sudah kenyang urusan pisah-pisahan sama sahabat terdekat plus mangkelnya, tapi kalau untuk sahabat SMA kok kayaknya akan berat ya?

Masih dalam suasana holiday (yang menurut saya benar-benar menyegarkan pikiran, secara 6 bulan terakhir ini saya jarang sekali main-main dan hampir koma gara-gara hectic persiapan kuliah, maksudnya, bukannya saya blas nggak maen-maen—saya bukan tipikal orang yang belajar tiap hari ampe jam 12 malem heheh—saya masih menyempatkan untuk main tapi dengan alam pikiran yang melayang-layang ke ujian-ujian gila itu. It’s a lil bit creepy loh),nah kali ini saya jadi punya kesempatan untuk buka-buka folder foto-foto lama dari jaman kelas satu yang ternyata banyak banget haha!

Dan inilah salah satunya... (ampun ampun deh cupu abiis :p)


Atau yang ini? Haha editan bintang2 yang ora biyanget. Kenapa ya saya memasang foto2 ini? Kayaknya saya terlalu terpana dengan kenggatelannya. :D


Look at my shape dengan sepatu item buluk—sumpah enggak banget—dan betapa kucelnya tampang kami hahaha. What a wonderful PPLB. Yummy abis.

Flashback sejenak, yang ada di foto ini adalah teman-teman saya yang senasib sepenanggungan harus menerima berkah digosipin seantero SMA yang sukses bikin kami famous mendadak (oh yeaah). Sampai sekarang saya nggak tahu perbuatan apa yang bisa bikin kami dihakimi seperti itu. It’s pretty annoying lho awalnya, apalagi saya, secara saya ini anak rantau dari pelosok Majalengka Jawa Barat yang nggak tau apa-apa. Lama-lama kami cuek saja deh, yang penting happy. Iya nggak? Makanya kita asik-asik deh ngasih nama UNWANTED, buat lucu-lucuan aja. Gelo sumpah, pokoknya nama itu, ada di samping nama SLEBOR SAYTAMA dan DELAPAN, geng geng kelas X.1 :p

Keren abis.

Semacam saya pernah mendengar kalo ngegeng adalah forbidden di ’zaman itu’. Whatever, nyatanya geng-geng itu nyatu banget. Jadi menurut saya sih nggak masalah asal enggak merugikan. Right? Dan perlu dibedakan juga antara ngegeng dan ngegap ;)



Yang jelas, yang paling unforgettable adalah pandangan kakak2 kelas yang mak cringit cringit, beeeeuh. Tapi yaudahlah, it’s high school life haaa. Maksud saya, kapan lagi deh dapat pengalaman seperti ini? Beberapa orang mungkin lebih ingin pengalaman zaman SMA jadi malaikat cantik baik hati dipuja dan sempurna. Tapi serius, pengalaman dicap kayak saya ini—yeah, you know what—menurut saya jauh lebih mengesankan. Dan tahu tidak, pada akhirnya sekarang saya baik-baik saja dengan teman-teman yang mencintai saya J

Jadi saya intinya cuma mau bilang, in this fairy tale life, selalu ada ibu tiri yang jahat dan cinderella yang sempurna, tapi ini kan kehidupan nyata, dan kamu nggak akan selalu bisa jadi cinderella, jadi nggak ada salahnya juga jadi ibu tiri yang jahat. Buatlah dongeng versimu sendiri, misalnya, ternyata ibu tiri yang jahat itu Cuma berusaha melindungi Cinderella dari si pangeran yang ternyata setiap bulan purnama berubah jadi Buta Ijo (laah?)

Dan percaya saja, hasilnya endingnya akan tetap : And they life happily ever after...

Beberapa orang memang dilahirkan untuk bisa mendapatkan apa saja dan dengan berbagai macam bakat yang mengundang perhatian. Tapi beberapa orang, mau nggak mau harus berusaha ngeden sekuat tenaga untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dan fakta itu membuat saya sampai sekarang selalu melihat dunia dari dua sisi, hitam dan putih.

Ya kan?

Sebelumnya, maaf ya teman2 saya masang foto2 disaat wajah kita lagi enggak banget ngahaha. Sebagai gantinya ini dia foto dengan tampang sedikit nggenah:



Sekian lamunan hari ini. Saya mau nonton gosip dulu. By the way, saya masih tetap nggak rela Titi Kamal merit sama Christian Sugiono. Dan pre wedding-nya itu loh, enggak nguatin. Wedding benerannya apalagi, miliaran. Sial.