Kemarin saya habis
belanja bra sama mamah saya. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa bra merupakan
salah satu item pakaian wanita yang harganya terbilang mahal. Bra, dengan
ukuran sekecil itu, i mean dengan
ukuran kain yang nggak ada semeter itu, harga bra sebenarnya sangat nggak masuk
di akal. Bra yang saya beli kemaren itu saja harganya 90.000 rupiah booo satu
biji, itu saja setelah diskon 50% (makanya saya beli, huehehe). Heuh, kebutuhan
wanita memang mahal... *self puk puk*
Memang, harga bra
bermacam-macam, tergantung merek dan kualitasnya. Tapi saya adalah kaum yang
sangat percaya bahwa dimana ada harga, disitu ada rasa, terutama untuk dua hal,
bra dan sepatu.
Ya, sedihnya, semakin
mahal harga sebuah bra, semakin nyaman pula rasanya ketika dipakai. Dan
sayangnya, dengan harga semahal itu, bra bukanlah jenis pakaian yang bisa
selamanya digunakan, karena terganjal ukuran yang berkembang. Tahu lah ukuran
apa... LOL. Dan ukuran ini bisa berubah-ubah, tidak hanya karena usia namun
juga berat badan. Logisnya sih, semakin gemuk, biasanya berpengaruh juga ke
ukuran bra. Hehe. Belum kalau besok hamil dan menyusui, ukuran bra otomatis
berubah lagi, dan kalau sudah berhenti menyusui, kembalilah kita ke ukuran
lama. Curang banget, gatau apa ya kalo beha itu mahal? -___-
Dan sialnya, penilaian
bagus atau tidaknya bra itu sangatlah personal dan subjektif. Tentu saja,
karena bra tidak bisa dinikmati orang lain. Parameter bagus atau tidaknya
sebuah bra hanya kita dan Tuhan yang tahu. Hanya kita yang bisa merasakan.
Tidak hanya itu, bra itu
tidak adil, semakin baru sebuah bra, rasanya semakin enak dan nyaman. Berbeda
dengan kolor atau kaos yang semakin lama dipakai justru semakin nyaman. Begitu
bra baru masuk ke lemari kita, mendadak bra-bra lama rasanya menjadi tidak
seenak dulu.
Kenyamanan itu kayak
bra. Rasanya tidak permanen, berubah-rubah sesuai dengan situasi dan kondisi.
Kadang-kadang kita memilih untuk bersama seseorang, simply karena kita nyaman berada bersama dia. Terkadang bingung ketika
suruh menjelaskan, nyaman yang gimana sih? Ya... nyaman aja. Talinya empuk?
Bahannya katun?
Busanya pas? Bermerek? Ah, entahlah.
Sayangnya, sebagai
manusia, parameter kenyamanan itu akan selalu berubah-rubah, sesuai dengan
situasi dan kondisi. Selama belum mencoba bra baru, ya bra lama akan terasa
nyaman-nyaman saja. Kemampuan kita untuk membeli sebuah bra juga akan
berkembang (baik merek maupun ukuran :p) dari bra Young Hearts, Sorella, Pierre
Carldin, sampai Wacoal. Seiring dengan daya beli bra yang semakin berkembang,
maka wajarlah jika kita ingin membeli bra baru yang lebih nyaman.
Jangan suka "gantungin" bra di sembarang tempat.. #eh
Lalu bagaimana supaya
bra senantiasa awet? Simpel, jangan dicuci pakai mesin cuci dan jangan disikat.
Cukup direndam saja. Kalau telaten, bra bisa tahan lama kok. Apalagi bra yang
kualitasnya bagus. Cuma, kadang-kadang, kita suka nggak sabar waktu mencuci
bra. Kalau lagi buru-buru dan cucian lagi banyak, bra suka kita masukin begitu
aja di mesin cuci. Kadang dicuciin di laundry, padahal kita nggak tau, laundry
itu gimana waktu mencuci bra kita. Maka jangan heran, kalau bra kita jadi cepat
rusak. Kuncinya satu, telaten dan sabar.
Saya pernah punya kok
bra yang betah saya pake bertahun-tahun dan baru terpaksa saya pensiunkan
karena ukuran yang berkembang. Yakalau itu mah mau gimana lagi ya...
Jadi apa intinya?
Telaten. Selalu miliki waktu untuk mencuci sendiri bramu. Direndam, lalu
cucilah dengan tangan, dengan perasaan. Karena sadar atau tidak, bra itu kita
pakai setiap hari, dan letaknya di dada, paling dekat dengan hati kita.
Eaaa.
Bagi saya sih,
kenyamanan bra itu nomor satu. Masih jauh lebih penting daripada kenyamanan
bersama lakik *bebas, Sar, bebas*
Pokoknya saya besok mau
kerja yang rajin, biar bisa beli bra yang mahal *motivasi cari duit yang cetek*
Hmm. Saya lagi ngomongin
apa sih ini? Ngg.. Saya lagi ngomongin bra kok, beneran. Suer.
So, ladies,
pokoknya, selamat memilih bra!
*ngibrit*
No comments:
Post a Comment