Thursday, March 17, 2011

Twenty (not) Something


Ini mungkin akan jadi postingan yang sedikit random dan nggak up to date, tapi, biarlah. Saya lagi selo dan kepingin cerita.

Judulnya adalah kemarin ini saya baru saja berulang tahun yang ke.... wait for it... DUA PULUH! (enggak baru aja sih, udah sebulan yang lalu sebenarnya, hueheh)

Alih-alih merayakannya bersama teman-teman, having fun, atau sebagainya, di tanggal 20 Februari kemarin itu saya malah sakit. Yak, saya merayakan hari ulang tahun dengan diare, muntah-muntah dan demam sambil glundang glundung di kasur kemulan. Perfect birthday. Puol.

Tragis sih iya, secara, 20 ini adalah angka yang sebenarnya memiliki arti sangat penting bagi saya. Di sepanjang perjalanan hidup saya, saya sering sekali berurusan dengan angka dua puluh. Seiring dengan semakin jarangnya ditemukan angka dua puluh di dunia ini, maka jika ditanya saya akan menjawab saya suka angka dua. Maksud saya seperti ini, kalo kayak ada orang nanya, mau punya anak berapa? dua (ya iyalah masak dua puluh) atau ih lucu tas yang pertama apa yang kedua | yang kedua! | mbak, silahkan mau pilih kursi nomer berapa *milih yang ada angka duanya* | saya paling sering menggunakan siasat ini untuk milih jawaban acak kalo ngerjain soal pilihan ganda pas SMA, kalo mentok, pasti saya milih poin B, secara B adalah abjad kedua di alphabet hahahaha LOL

Oke. Ini nggak penting.

Saya juga sering mengalami kebetulan-kebetulan enggak penting—tapi penting banget buat saya—hubungannya dengan angka dua puluh.

Masih ingat si Hengky Tornado di tulisan saya sebelumnya? Yak, dia juga berulang tahun di tanggal 20 Februari. Atau... dulu nomer absen saya dan gebetan saya sama-sama dua puluh (hahahahaha), daaan... yang paling baru nih, baru terjadi kemarin!

Liburan lalu, saya memutuskan untuk liburan ke Semarang. Yah, emang sih Semarang deket ini, tapi daripada nggak kemana-mana? T_______T

Travelling is always fun! Saya sendirian utukutukutuk ke Semarang naik JogloSemar dan gumun karena bis ini ngasih snack ke penumpangnya (saya memang udik). Dan baru nyadar aja, ternyata saya lamaaa banget enggak ke Semarang, terakhir kali pas SD kali yaa.

Im havin so much fun mith two of my besties, pergi ke Lawang Sewu, Pecinan, Kota Lama, dan yang paling asik, Kuil Sam Po Kong!

Nah, di kuil ini juga twenty-magic kembali terjadi. Iseng-iseng, saya dan teman saya nyoba ramalan cina yang dikocok-kocok itu loh. Gambarnya kayak gini ->

Dan tau nggak angka berapa yang keluar dari wadah saya... DUA PULUH DOOONG! O__O

Isi ramalannya adalah:

CIAMSI NO. 20

Mulut dan lidah bagaikan batu giok dari pegunungan

Umum mengetahui akan kebaikan dan kejahatan

Dinasehatkan kepada tuan untuk secepat-cepatnya mundur

Karena sangat dikhawatirkan lama-kelamaan akan terbenam dalam lobang jurang

Maksud tegasnya:

Segala perkara pengadilan akan baik -> Oh, no saya ogah terlibat masalah sama polisi! -_-

Orang sakit selamat -> alhamdulillah, ramalannya bagus, jadi saya percaya :P

Wanita hamil akan melahirkan anak perempuan -> calon yang mau menghamili dulu deh ­_­

Peruntungan (Uang) tidak ada -> krik. Frontal abis bahasanya. Makasih, jadi tahun ini saya bakal kere ya? Ah ramalannya jelek, nggak percaya -__-

Orang dalam perjalanan belum sampai -> Perjalanan apa koh? Perjalanan... cinta? *plaaaak*

Ohya, dan ramalan itu juga menuliskan kalau saya harus mengalah kalau sedang berantem, karena jika tidak, maka saya akan terbenam dalam LUMPUR KESUKARAN (setdah serem amat)

Tapi setelah dipikir-pikir... logis juga kok. Toh tidak ada yang pernah salah dengan mengalah, karena mengalah bukan berarti kalah J

Daripada terjebak dalam lumpur kesukaraaan... u___u”

Ngomongin lumpur kesukaran, saya juga baru mengalami kejadian tidak menyenangkan kemarin ini, handphone saya habis ilang! :( Dan percaya nggak percaya, ini adalah pengalaman pertama saya kehilangan barang. Barang loh. Barang. (Kalo kehilangan cinta, Sar? *plaaaaak, najis banget kata-katanya hahahaha*)

Makanya, saya agak nyesek. Masih hubungannya dengan ulang tahun, sebenernya handphone itu hadiah ulang tahun dari ayah saya tahun lalu. Surprise gitu ceritanya. Padahal saya enggak pernah minta hape. Mungkin si papah risih kali lama-lama ngeliat anak gadisnya yang cantik ini pake hape yang keypad-nya udah prothol (serius, enggak lebay) jadi taraaa, tiba-tiba beliau ngasih hape deh. Seneng dong saya.

Dan miris sekali karena tepat setahun kemudian, hape itu telah meninggalkan saya dengan semena-mena.

Saya kembali menggunakan hape lama yang keypadnya udah prothol itu, dan mungkin masih dengan alasan yang sama, risih ngeliat saya pake hape berkeypad prothol yang memaksa saya harus punya kuku agak panjang biar bisa mencet keypadnya, papapun berbaik hati membelikan saya hengpong baru lagi, dan... hadiah ulang tahun lagi (tentu saja kali ini bukan surprise seperti tahun lalu). Maaf ya papaah...

Dengan mengabaikan semua bujuk rayu teman untuk beli BlackBerry—iya, saya memang udik, nggak bebean T_T—saya langsung ngacir ke toko hape yang terletak di atas sebuah restoran fast food bersama teman saya (halah, bilang aja JPM -_-)

Saya ini orangnya nggak bisa ngenyang. I’m bad on bargaining. Gak tegaan. Mudah menyerah dalam menawar. Wes pokoke pasrah banget karo bakul. Makanya tiap beli sesuatu yang harusnya bisa nawar, saya selalu ngajak teman saya untuk mengenyang.

Teman saya yang satu ini, sangat ahli mengenyang. Dan taktiknya itu licik sekali... mbajul.

Iya saudara-saudara, mbajul. Ohya, buat yang tidak tahu definisi mbajul, mbajul adalah merayu, nggodain, dalam bahasa Jawa. Makanya saya betah kalo dia sedang menjalankan taktik mengenyangnya ini, biasanya kalo teman saya ngenyangnya agak jutek, saya yang nggak tega mendengarnya dan nyerah “Udah deh... iya deh bang, bayar segini aja.”

Abis itu pulangnya temen saya ngomel “SARAAAH... ITU HARUSNYA BISA LEBIH MURAH!!!”

Temen saya sebel.

Saya serba salah.

Nah, karena teman saya yang satu ini mengenyang dengan cara membajul, saya jadi betah nungguin dia beraksi. Makanya sebelum berangkat beli sesuatu, dia punya syarat... “Ntar cari yang bakulnya cowok ya.”

Krik.

Dan sebagai tambahan, mas konternya ini baik banget, sholeh pula. Selain mendiskon hape gede-gedean, dia juga menawarkan memasukkan aplikasi, games, lagu.

Mbak, mau dimasukin aplikasi apa nih?

Eeeh, apa ya mas? *gaptek* mmm, Opera Mini aja deh mas, sama kamus

Masak itu doang? Apalagi mbak?

Eeeeh... apa ya mas, saya jarang masukin aplikasi2...

Saya masukin Pocket Quran ya mbak....

(terdiam) Alhamdulillah, Subhanallah... *terharu*

Ini adalah moment yg sangat unyu. Saya dan masnya berpandangan, lama sekali... tercipta benih-benih cinta... YO ORALAH!

Mas sholeh: Mbak, mau apa nih lagunya?

Teman saya: Maas, dia suka dangdut nih mas, masukin aja dangdut.

Mas sholeh: ASIK, YA AMPUN TERNYATA BUKAN CUMA SAYA YANG SUKA DANGDUT!

Hape saya pulang dengan playlist full dangdut, OM Sera, Palapa, Lusiana Safara, dan lain sebagainya. Dan tidak hanya puas dengan memasukkan hape baru saya dg lagu-lagu dangdut masa kini, masnya MENYETELNYA DI KONTER SAAT ITU JUGA dan MENYANYI: “Yang cantiiiikk... siapa yang punyaa... yang punyaa yang bertanyaaa...”

Semua mata tertuju pada kami.

Temen saya ngakak, saya mau pingsan aja.

Bajulan teman saya sungguh oke.

Melewati hari ulang tahun dengan sakit dan glundang-glundung ternyata sangat tidak menyenangkan. Kebetulan, di tanggal yang sama tetangga saya kawinan. Nah, mbak Tar, pembantu saya, excited banget kepingin dateng... secara kawinannya di gedung, dan mbak Tar jaraaaaang banget dateng njagong di gedung.

Akhirnya, saya memutuskan untuk nemenin mbak tar njagong. Walaupun dengan badan cenat cenut. Dan mbak tar udah siap dua jam sebelum berangkat, already dressed-up. Saya? Kucel sekali. Sungguh kontras.

Sepulang kondangan mbak tar nggak henti-hentinya bercerita tentang kawinan itu. Makanannya, gedungnya, ramenya. Hoh, first experience kali ya.

Hasilnya, pulangnya saya demam lagi, glundang-glundung di kasur lagi.

Tapi setidaknya saya pulang dengan satu hal...

Tampaknya ulang tahun kali ini bukan tentang menerima kejutan, atau bersenang-senang, atau merayakannya dengan meriah.

Tahun ini adalah tentang bagaimana saya memberikan kebahagiaan untuk orang lain.

Bukankah begitu?

Apakah saya siap untuk berkorban demi kebahagiaan orang lain?

Itu aja sih. Walaupun saya pernah mendengar sebuah quote bagus, “Kamu tak akan pernah bisa membahagiakan orang lain jika kamu sendiri belum merasa bahagia.”

Dan itu adalah quote yang menurut saya, bener banget.

Jamie Cullum punya lagu, judulnya Twenty Something (saya sudah pernah bilang belum kalau saya penggemar berat Jamie Cullum sejak SMP? :D jadi kalau dari postingan kemarin-kemarin saya sering sekali mengutip lagu doi, yah maklum saja hehe. Ohya, tapi, fyi, Jamie Cullum itu bukan si Hengky Tornado loh LOL)

Umur saya memang belum Twenty Something, baru Twenty aja. Dan memang benar, umur dua puluh ini tidak menjadi umur yang kenapa-kenapa tuh. Sama sekali enggak kerasa. Bahkan untuk hangout dengan teman-teman saya saja belum sempat, ohya, saya mau curhat, SEMESTER EMPAT MEMANG BENAR-BENAR NAGABONAR KAYANG DEH. Mitos senior bahwa di semester empat orang tua tidak lagi bertanya “Pulang jam berapa” tapi “Pulang enggak hari ini” is tottaly true. *nangis*

Dua puluh adalah angka favorit saya. Dan di usia yang ke dua puluh ini, saya tahu, saya harus membenahi banyak hal. Banyak sekali. Makanya, saya bilang, this is Twenty Not Something. Masih banyak sekali yang harus saya perbaiki dalam kualitas hidup saya sendiri. *Bahasanya serius*

Yes, it really is.

Untuk dia yang selalu ada di setiap ulang tahun saya,

March 17th 2011