Sunday, May 20, 2012

Episodic Memory: It's Impossible to Forget



Kuliah komunikasi itu lucu, karena banyak hal yang nyerempet-nyerempet personal experience. Salah satu bahasan paling menarik dalam kuliah komunikasi adalah episodic memory.

“Episodic memory adalah istilah untuk ingatan yang berhubungan dengan kejadian yang secara personal relevan dengan kehidupan seseorang. Relevansi ini menjadikan motivasi seseorang untuk menahan ingatan-ingatan tersebut di kepalanya menjadi lebih kuat. Mengingat kembali masa lalu akan berpengaruh terhadap kelakukan seseorang di masa depan.”

Secara singkat, itulah definisi episodic memory. Kenapa kok ini jadi bahasan kuliah, karena episodic memory dapat membantu pengiklan menciptakan saat-saat yang menyentuh emosi audiens dengan cara sentimental.
Galau ya? Emang. Menurut ngana? Mana bisa saya ingat materi kuliah sebegininya kalau hal itu nggak berhubungan dengan kegalauan, apalagi kegalauan asmara.
Yaudah biarin, yang penting saya punya bahan buat ditulis. Secara ini bukan blog iklan, saya akan menulis bagian galaunya aja ya. *cetek* -__-
Mau tahu bagaimana mengetahui episodic memory kalian? Lucu, hal ini biasanya justru terasa secara tidak sengaja.
Gampangnya, pernahkah kalian tiba-tiba merasa mencelos mendengarkan sebuah lirik lagu? Mengunjungi sebuah tempat? Atau membaui aroma tertentu.
Nah, di situlah episodic memory muncul!
Episodic memory ini seperti yang sudah dijelaskan di atas, akan menahan suatu ingatan lebih kuat. Tertahannya ingatan-ingatan itu akan membuat masa lalu menjadi lebih mudah terpantik dan pada akhirnya mempengaruh emosi kita di masa depan.
Halah, intine marai raiso lali .__.
Agak sulit bagi seseorang untuk menghilangkan episodic memory. Karena, episodic memory muncul atas dasar pengalaman personal seseorang. Bukan termasuk short term memory atau long term memory. Intinya kenangan tersebut melekat pada sebuah medium lain, jadi butuh usaha ganda untuk melepasnya dari otak.
Saya sampai sekarang, selalu deg-degan tiap ngeliat Attalarik Syah. Bukan, bukan karena mantan pacar atau gebetan atau pacar saya kayak Attalarik Syah (ini mah ngarep), tapi waktu kecil dulu, kelas satu SD, sempat ngefans sama doi. *pengakuan dosa*
Salahkan mamah yang sangat hobi nonton sinetron T__T
Saya, sampai sekarang, selalu merasakan sengkring sengkring gimana gitu tiap mendengar lagu-lagu yang…. Ehm, okay, merupakan lagu yang punya cerita sendiri terhadap ehm, ya gitu-gituan deh. Nggak usah dilanjutkan, nanti jadinya curhat, nanti jadinya kemana-mana.
Lalu pernahkah kalian sangat anti pergi ke sebuah tempat? Entah itu restoran, tempat makan, kafe, warung burjo, atau bahkan satu petak jalan? Nah, itu juga termasuk dalam salah satu gejala ndak mampu menghindar dari episodic memory.
Yang lucu, episodic memory sebenarnya adalah hal-hal kecil yang sebenarnya tidak kita ingat secara permanen, namun sangat melekat. Itulah sebabnya ketika saya hendak menuliskan episodic-episodic memory saya, saya agak sulit untuk mengingatnya. Tentu saja, karena episodic memory butuh pemicu untuk membangunkannya.
Yang jelas, kalau kalian pernah mengalami momentum manusiawi nan kodian semacam  “Anjrit, bau apaan nih? Baunya kayak dulu pas…” atau “Semprul, dulu pas di tempat ini kan aku sama dia..” atau “Matiin radionya! Lagunya bikin aku…” atau “Lumpia Udang Mayones pancen telo! (nah ini curhat)” adalah salah satu bukti kalau we are all have our own episodic memory yang mau gimanapun kita coba lupakan, akan tersimpan di dalam bagian otak kita, dan ini biologis loh.
So jika seseorang bersusah-susah melakukan segala cara untuk melupakan, percayalah, it’s a total bullshit, menurut saya loh. Enggak mungkin, yang ada juga pura-pura lupa. Karena, our brain has it own system.
Melupakan adalah salah satu hal yang nggak mungkin. Terlebih jika hal itu merupakan hal yang berkesan bagi kita. Jika kita lupa sama materi kuliah, sah, berarti materi kuliahnya nggak berkesan. Kalo lupa sama mantan pacar, ya berarti mantan pacarnya nggak berkesan. Kalo mantan pacarnya berkesan ya, nggak mungkin deh bakal lupa. Mau kesan baik kesan jelek tetep aja judulnya berkesan. Hayo, berkesan nggak hayo hayooo? *malah ngetroll*
Jadi alih-alih melupakan, yang bisa kita lakukan adalah mengikhlaskan. *huasik* Salah satu sahabat terbaik saya pernah bilang, Saat kamu berani merelakan seseorang dengan orang lain, suatu saat nanti ada seseorang yang akan berterima kasih padanya untuk tidak terus menerus menahanmu.”
Ealah, kenapa larinya ke asmara gini sih? Tadi kan ngomongin episodic memory. Niatnya mau ilmiah akademik, tetep ujung-ujungnya… -___-

Selamat mengingat yang dulu-dulu setelah membaca ini :3

No comments:

Post a Comment