Tuesday, September 7, 2010

MarioTeguh-isme

Hal yang paling menyebalkan di dunia ini adalah ketika kamu sudah tahu apa yang seharusnya kamu lakukan, apa yang seharusnya kamu rasakan, tapi kamu tetap tidak punya kuasa untuk benar-benar menjalankannya.

Balik lagi, maksud saya begini, please dong ya, kita sudah besar. Saya sudah 19 tahun, I’m going to be twenty later, dan umur segini sudah bukan masanya lagi buat merasa labil dan out of control. Kita juga sudah berada pada kapasitas untuk bisa menjadi Mario Teguh bagi diri kita sendiri. Kenapa? Ya karena kita sudah tahu mana yang benar dan mana yang salah. Sudah bisa membedakan apa yang baik dan apa yang buruk. What to do and what not to do.

Tapi kembali lagi…. Mario Teguh The Golden Ways tetap meraih rating tinggi. Dia masih laku keras.

Dan saya sekarang tahu kenapa. Karena kita, manusia, punya perasaan.

Terkadang, melawan perasaan sendiri adalah hal paling sulit dalam hidup. Entahlah, mungkin karena perasaan dirasakan dengan hati. Padahal, letak otak dan hati itu jauh. Otak ada di kepala, hati ada di perut (Eh, bener kan ya di perut? Yang di dada itu jantung kan?). Mungkin karena itu juga mereka berdua agak sulit bekerjasama.

By the way iklan bentar deh, kenapa hati sih? Bukannya yang bener itu jantung ya? Yang berdegup itu jantung kan? Kenapa di Indonesia kita menyebutnya dengan hati? Hatiku sakit, hatiku berbunga-bunga, hatiku serasa ingin meledak, engkau tak mengerti apa isi hatiku. Tolong ya, heart itu kan artinya jantung! Nggak lucu banget, kalo kita bilang, Darling, I love you with all of my liver… -___-  Dan hati nggak ada hubungannya dengan perasaan meeeen, hati bukannya yang menetralkan racun ya? Ho’oh nggak sih… Wah, cacat nih cacat banget, salah kapraaah. Ada misunderstanding pada pujangga-pujangga kita jaman dulu.

Balik lagi.

Dan it comes to the truth bahwa… si perasaan yang kecil ini, nano mungkin satuannya, jika tengah memberontak bisa menjadi sangat powerful, bisa sangat gila, dan itu bikin kita pusing sendiri. Nggak sanggup menstabilkan segalanya.

Entahlah, tapi saya jadi merasa, manusia punya hati, karena itulah wajar bagi manusia untuk melakukan kesalahan. Karena kita bukan robot, yang bisa diset siang hari semangat, malam hari rajin. Atau modus liburan, modus bekerja, modus leha-leha. Kita punya mood kita sendiri-sendiri dan itu memang sih bisa direncanakan, tapi pada akhirnya… tetap hatilah sang eksekutor.

Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk melawan perasaan kita sendiri. Untuk merayu hati--sang eksekutor--agar  enggak kebablasan. Dan hati mudah dirayu kok. Kalau kita benar-benar gigih merayu, sang hati akan berbaik hati menunda eksekusinya.

Tapi yang jelas, sekacau apapun suasana hati kita, kita selalu punya satu cara untuk memperbaikinya: Bersyukur.

Mudah sekali. Bersyukur itu mudah, siapa bilang bersyukur itu sulit? Jika kita sedang susah, kadang rasa syukur akan Tuhan datangkan dengan cara yang tidak terduga.

Saya harus bersyukur atas semuaaaa yang sudah Tuhan berikan buat saya. Terkadang kita memang harus sejenak melihat ke bawah untuk sadar bahwa walaupun kita tidak punya banyak… tapi kita punya cukup. Dan apapun itu, semuanya akan terasa indah jika diawali dengan niat yang baik.

Niat yang baik.

Dan tentu saja, niat Tuhan selalu baik. Apapun yang Dia berikan.

Di sinilah saya harus bersyukur, atas apa yang telah terjadi, dan apa yang akan terjadi. Karena itu semua pemberian Tuhan, dan Tuhan nggak pernah berniat buruk atas apapun kan? Semua yang diniati dengan baik, pasti akan berakhir dengan baik -----> ini adalah salah satu contoh bukti bahwa kita bisa menjadi Mario Teguh untuk diri kita sendiri :p

Walaupun terkadang, saya bosan dengan Mario Teguh Mario Teguhisme ini. Terkadang pengen bilang ke si om botak satu itu, “WOY OM! NGOMONG GAMPANG WOY! YANG NGEJALANIN ITU LOH NYAMPE NGESOT-NGESOT!”

Karena honestly, saya sudah kebanyakan baca dan menyerap kata-kata motivasi nan maha indah. Ada kalanya pengen bilang, Bullshit. Coba rasain sendiri, baru ngerti gimana suffering-nya.

Tapi yaa… makanya itu, saya akhirnya memilih untuk menyerap Mario Teguh versi saya sendiri, yang mungkin maknanya juga hanya akan dimengerti oleh saya sendiri. Toh itulah esensi kehidupan kan? Bahagia, senang, sedih, disenangin, disedihin, tidak sengaja senang, tidak sengaja sedih, tidak sengaja disenangin, tidak sengaja disedihin, menyakiti, disakiti, tidak sengaja menyakiti, tidak sengaja disakiti. Semua bergantian, dapat giliran sendiri-sendiri. Wheels of life.

Hidup itu kan memilih. Semua orang tahu itu. Tapi terkadang pilihan yang diberikan oleh hidup tidak sekedar hitam dan putih. Mau baik atau jahat. Kalau sedang sial, terkadang hidup hanya memberi pilihan, mau jadi jahat atau sangat jahat? Dan mau enggak mau kita tetap harus memilih. Tentu saja kita memilih opsi A. Maksud saya, siapa sih manusia di dunia ini yang dengan niat dan tekad mau menjahati orang?

Dan itu bikin saya percaya, selama saya enggak pernah punya niat untuk jahat, saya tahu, saya enggak akan pernah mendapat kejahatan. Jadi hal-hal yang terasa jahat saat ini sebenarnya adalah kebaikan. Saya hanya butuh waktu untuk merasakan kebaikan itu.

Jadi best part-nya, di sekolah kehidupan tahun ajaran 2009/2010 ini saya mendapatkan pelajaran paling berharga, dan saya telah lulus dengan nilai A, gelar cumlaude  pelajaran apa? Pelajaran untuk senantiasa berpikir positif, untuk melihat segalanya dari perspektif yang berbeda.

Maksud saya begini, walaupun harga cabe naik jadi 50.000 per kilo, toh di bawah sana, biji cabe tetap tumbuh, dengan sabar walaupun hujan tak kunjung datang. Selalu sama dari jaman dulu sampe sekarang, nggak peduli harganya berapa. Si cabe tetap nggak masalah buahnya dimakan tikus tanah, si tomat tetep oke-oke saja busuk karena hujan yang nggak kunjung henti.

Walaupun sekarang nggak ada musim hujan, ngga ada musim kemarau, toh awan tetap berkonspirasi dengan uap air dan matahari untuk membentuk hujan. Dan mereka enggak pernah mengeluh, semua comes naturally. Jadi mengapa kita harus mengeluh? Toh dunia tetap berotasi dengan arah yang sama, sehari juga masih 24 jam.

Ibarat ngeliat orang yang idungnya jelek, kalo selamanya kita fokus sama iduuungnya mulu pasti lama-lama bête. Padahal ternyata pantatnya seksi banget. Terlepas dari males-banget-deh-toh-idungnya-tetep-aja-jelek, tapi demi apapun, pasti kita nggak akan bête kalo ngeliat pantatnya. Dan intinya adalah itu…saya nggak mau bete. Bete itu nggak enak. Nggak baik buat kita juga kan? Seenggaknya kalo kita ngeliat pantatnya, kita nggak bakal bête lagi, walaupun ya enggak seneng juga sih, tapi yang penting kan kita nggak bête. Nah, agar tidak bête, maka saya hanya mau liat pantatnya aja nggak mau liat idungnya.

So enjoy your life, fellas. God already created everything fine. Bukan berarti pasrah, karena kita masih bisa menegosiasikannya. Bukankah Tuhan Maha Segalanya, termasuk Maha Fleksibel?

Negosiasikan perasaanmu dengan Tuhan. Setelah itu, temukan caramu untuk menegosiasikan perasaanmu dengan dirimu sendiri. Mau tahu bagaimana cara saya untuk bernegosiasi dengan perasaan yang bandel?

Jangan berkaca sama apa yang terlihat di video klipnya Andien yang paling baru, yang judulnya Moving On. Oke jadi alkisah, Andien lagi galau, terus bangun tidur dia decide untuk melepas kegalauannya, dengan apa…. DENGAN KELILING 3 NEGARA DENGAN ENTENGNYA. Cuma modal paspor, tanktop, short pants, sama headset--sambil nyanyi-nyanyi. LO KATE KE LUAR NEGERI KAYAK KENTUT? -___- Yaaah, semua orang mau segalau apapun juga kalo solusinya pergi ke India, Perancis, dan Itali cuma modal bangun tidur à bête deh à ah, jogging ke Italia aaah…. Yah jelas gak bakalan galau lagi laah. Sompret.

Video klip yang sangat bikin emosi.

Cari kesibukan? Ah, kodian. Ada kalanya kesibukan tidak lagi mampu mendistraksi perasaan yang bandel. Lalu saya sadar, ada satu hal yang harus saya lakukan:

Tertawa adalah instant theraphy untuk semua masalah yang kamu alami. Ketika sedang sedih, kamu bisa benar-benar menghargai tawa yang kamu dapatkan. Menertawai hidup, menertawai nasib, saya malah bisa lebih mudah tertawa ketika sedang galau.

Tertawa. Menertawakan segalanya. Menertawakan diri sendiri. Menertawakan bentuk saya sendiri ketika sedang asyik mahsyuk (hah, asyik mahsyuk… ? Your boso, sar… -__-) mencuci mobil sambil nyanyi-nyanyi enggak jelas dipenuhi busa busa sabun yang dramatis. Ora deng, ora dramatis, lebay. Semoga mas-mas kosan depan rumah enggak keganggu melihat ada cewek belom mandi dengan rambut dicepol, poni dijepit, kolor coklat polkadot, kaos super gombrong, dan sst… Bra-less. Huahahaha. Abis males sih, bangun tidur ini. Hahaha. Seksi? Jelaaass, Sarah Azhari nggak ada apa-apanya dibanding Sarah Karinda yang jauh lebih stunning dong yaa.

Menertawakan diri sendiri yang hanya bermodal kolor kembang-kembang ungu, kaos biru yang warnanya udah pudar dan kerah bulukan, dan…. Coat coklat (Nggak nyambung banget sumpah) pagi-pagi jam setengah tujuh, bener-bener bangun tidur, belum mandi, mata masih penuh belek, jalan-jalan sama Eryc, motor saya yang paling ganteng sedunia alam jagat raya, keliling Jogja, dan menemukan banyak hal sepanjang perjalanan itu.

Fyi, saya cukup sering melakukan ritual ini. Dalam kondisi apapun. Yah menyenangkan sih. Kan saya sudah sering bilang, I do really enjoy my own quality time. Seperti yang sudah saya pernah bilang di postingan blog saya sebelumnya, terkadang hal-hal terbaik justru kamu dapatkan ketika kamu sedang sendiri.

Dan sayapun ngakak sendiri ketika ngebut,  nrabas lampu merah dan disemprit pak polisi. Peace love and gaul pak. Bulan Ramadhan (njuk ngopo?). Dan sayapun ngakak sendiri ketika nunggu lampu ijo dan bapak-bapak di sebelah saya bersin keras banget ada kalee 10 kali. Hal itu bikin semua orang yang ada di perempatan nengok-nengok sambil nahan ketawa. Saya dan seorang mas-mas-berjaket-itemputih adalah dua dari sekian banyak manusia yang tidak berperikemanusiaan yang akhirnya nyengir dan ketawa tanpa suara. Sumpah bapaknya kocak banget deh, bersinnya lucu abis.

You know what? Feeling pretty, even if you are on your worst outfit, is the best feeling ever!

Jadi apa yang perlu dipikirkan lagi? Hidup itu kocak. Kembali lagi, Tuhan Maha Segalanya. Dia juga Maha Jenaka.

Ditambah ketika kamu tahu, rasa tidak baik yang kamu rasakan sekarang ternyata berimbas baik pada orang lain. Okay please, kita sudah ada pada fase dan usia yang matang untuk tahu kalo air tuba tidak harus dibalas dengan air tuba. Tapi karena kayaknya sok suci abis dan terdengar seperti text book buku agama pas SD kalo kita bilang balaslah air tuba dengan air susu. Jadi alih-alih membalas dengan air susu, balaslah air tuba dengan air putih. Alias, opo tak pikir :p

Saya secara enggak sadar membuat peraturan-peraturan untuk saya sendiri. Teori-teori untuk hidup saya sendiri. Seperti Dian, sahabat Nadja di novelnya Icha Rahmanti yang judunya Beauty Case. Dian adalah miss I-live-by-the-rules who suddenly break her own rules.

Jadi, yeah, here I am, breaking my own rules. Breaking my own theory.

Hidup itu nggak punya teori yang saklek. Tidak bisa diprediksikan dengan ilmu statistika. Karena bahkan sebuah penelitian kuantitatif saja bisa memiliki hasil yang kualitatif--efek mendengarkan kuliah MPKK.

Terkadang sebuah momen ada untuk dinikmati dan dirasakan. Selama masih bisa dirasakan dan dinikmati… mengapa tidak? :) Mengutip quote indah di film Dear John, “Pada akhirnya, waktu selalu harus habis”. Jadi nikmatilah yang ada, selama masih bisa dinikmati. Belum tentu kamu bisa menikmatinya lagi besok.

You’re the owner of your life. Ibarat bisnis, kamulah pemilik modal, manajer, humas, sekaligus tukang bersih-bersihnya. Investor selalu datang dan pergi, tapi toh, kamu tetap pemiliknya. Bekerjasamalah dengan investor yang punya visi misi yang sama dengan kamu. Bekerjasamalah dengan investor-investor yang bersedia bersama-sama membuat bisnismu menjadi lebih baik. Kalau menemui investor nakal yang nggak oke, jangan lantas trauma dan takut bermitra. Nanti bisnismu nggak maju-maju. Ya kan? :p Analogi yang cukup cerdas. Tumben.

Beberapa orang datang tanpa diundang, seenak udel sendiri (tapi nggak papa, toh itulah gunanya kita diciptakan dengan memiliki udel masing-masing satu biji. Hak kita juga dong mau dipake buat apa.) dan secara enggak sadar mengacak-acak puzzle yang telah kita susun rapi sebelumnya. Saya sedang merapikan puzzle saya (lagi), dan saya yakin, yakin seyakin-yakinnya, puzzle saya yang baru akan lebih baik dari puzzle saya sebelumnya.

Selayaknya ultraman yang harus pingsan dulu setelah ditembak monster baru bisa bertransformasi jadi ultraman besar. Kame Kamehaaa!

Really, this is the best Ramadhan I’ve ever had. Untuk pertama kalinya saya tahu, sabar ketika Ramadhan tidak hanya sabar menunggu buka dan sabar menahan marah, tapi ada juga sejuta tiga ratus lima puluh sembilan variasi sabar yang lainnya.

Dan anyway, saya memang jarang update blog. Selain karena kendala waktu, saya punya rule sendiri untuk ngeblog. Satu, jangan posting blog ketika kamu sedang emosional. Bahaya. Dan dua, ya… karena ini adalah Kotak Permen Karet. Kalau sudah habis dikunyah sampe saripatinya abis, baru deh saya buang. Jadi, Kotak Permen Karet ini, adalah saripati dari sekolah kehidupan saya. Cailah, ahsek banget bahasanya. Karena ketika kamu sudah memutuskan untuk mem-publish sesuatu ke ruang publik, saya cuma ingin make sure aja kalau kamu, kalian semua, mendapatkan saripatinya saja ;)

Tulisan yang cukup panjang juga ya hehehe. Agak-agak bahasa kalbu juga hahaha, hebat kalo ada yang seratus persen nyaho tulisan ini :p

Ohya, dan sebentar lagi lebaran, Happy Lebaran semuaaanyaaaa!  Minal aidzin wal faidzin :)

Sampai jumpa di permen karet rasa berikutnya! Ciao! ;)

September 6th 2010

(terimakasih pada Elle&Vire Crème Dessert rasa Vanilla--serius enak banget rasanya, kepada 23 lagu Boyz II Men, dan lagi-lagi, kepada hujan deras yang ramai meracau merdu di balik jendela)