Aku suka memasak omelet kornet. Entah itu pagi, siang,
sore, atau malam, setiap hari aku harus memasak omelet kornet. Omelet kornet
yang tidak perlu kumakan sendiri, yang penting aku memasaknya hari itu. Untuk
kamu.
Kamu pernah bilang omelet kornetku adalah omelet
kornet terlezat di muka bumi ini. Garingnya pas, gurihnya juga. Tidak terlalu
asin, dan juga tidak hambar. Takaran antara telur, bawang merah, daun bawang,
cabai, dan kornetnya juga pas.
Kalau sedang kesal, kamu akan memakan omelet kornetku
dengan saus cabai. Katamu, kamu sedang tidak enak hati, butuh yang pedas-pedas
untuk menghilangkannya.
Kalau kamu sedang sedih, kamu akan memakan omelet
kornetku dengan saus tomat. Rasa kecut tomat akan membuatmu lupa dengan sedih
yang kamu rasakan.
Kalau kamu sedang senang, kamu akan memakan omelet
kornetku dengan kecap manis. Katamu, manisnya kecap tidak akan bisa mengalahkan
manis di hati yang kamu rasakan.
Begitu terus, selama 3, 5 tahun hubungan kita, kamu
tidak pernah bosan memakan omelet kornetku. Kamu tidak pernah protes karena aku
tidak bisa memasak makanan lain selain omelet kornet. Bukannya apa-apa sayang,
bukannya aku tidak mau belajar, bukannya aku tidak mau berubah dan berinovasi,
aku hanya takut.
Takut kenapa?
Aku takut masakanku yang lain tidak akan seenak omelet
kornet ini. Wajahmu tampak sangat antusias setiap aku menyuguhkan piring berisi
nasi hangat mengepul dengan omelet kornet di atasnya. Saat itulah kamu akan mengelus-elus
rambutku dan berkata, “You are my best.”
Dan efek satu kalimat itu akan membuatku terbang ke langit ke tujuh.
Sesederhana itu.
Omelet kornet adalah senjataku menghadapi semua
fluktuasi hubungan kita. Apapun yang kamu alami hari itu, semua akan baik-baik
saja ketika ada omelet kornet setelah itu. Aku kadang-kadang suka tidak
mengerti, memang apa yang istimewa dari omelet kornet ini? Telurnya saja telur
biasa yang kubeli di warung sebelah rumah. Kornetnya juga kubeli di minimarket
seberang jalan. Tidak ada yang spesial dari omelet kornet ini, sungguh.
“Sayang, kalau besok aku nggak bisa masakin omelet
kornet lagi buat kamu gimana?” tanyaku suatu ketika.
“Loh, kenapa memang?”
“Kamu masih sayang aku?”
“Emm, tergantung… kamu nggak bisa masakin omelet kornet
lagi kenapa?” Kamu malah menggodaku.
“Kamu enggak pernah bosan, tiap hari makan omelet
kornet melulu?”
“Kalau bosan, aku nggak bakalan ada di sini sekarang,
sayang.”
Aku menatap kamu lekat-lekat.
Mendadak aku ingin mencoba sesuatu yang baru.
“Loh, kok bukan omelet kornet?” Keningmu berkerut menatap
piring di depanmu.
“Nggak papa sayang, sekali-sekali. Cobain deh cobain
deh.”
Kamu menyendok sesuap nasi goreng sosis di depanmu. “ENAK
BANGET!”
Aku sumringah. “Beneran??”
“Iya! Enak banget! Kamu ternyata pinter masak, besok
coba masakan lain deh!”
Itu adalah awalnya.
Lalu kamu mulai meminta masakan lain, nasi goreng
seafood, spaghetti, sup ayam, sup daging, soto, steak, sandwich, roti bakar,
donat, terus dan terus. Aku semakin semangat, skill memasakku semakin terasah,
dan aku juga bahagia melihat kamu yang selalu puas terhadap semua hasil
masakanku.
“Kalau aku besok nggak bisa masakin macem-macem lagi
buat kamu gimana sayang?”
“Nggak mungkin, kamu pandai, kamu pasti bisa memasak
segalanya. Aku yakin.”
Aku terdiam.
Entah mengapa, perasaanku menjadi sangat sedih.
Lalu hubungan kami berhenti di rendang daging. Rendang
daging yang katamu lezat. Rendang daging yang rasanya luar biasa.
Aku berhenti memasak sesuatu yang luar biasa untuk
kamu. Kamu bahagia memakan rendang daging, tapi aku tidak tahu apakah kamu
sedang sedih, senang, atau marah ketika memakannya.
Yang aku tahu, kamu senang. Dan itu juga yang terjadi
di makanan-makanan lainnya. Kamu selalu senang. Kamu selalu antusias. Aku
selalu senang. Aku selalu antusias.
Tidak ada kecap, saus sambal, atau saus tomat yang
membuat aku tahu apa yang kamu rasakan. Tidak ada omelet kornet yang membuat
kamu menceritakan apa yang kamu rasakan saat itu.
Aku suka memasak omelet kornet. Dan sekarang aku mulai
paham kenapa kamu tidak pernah bosan memakan omelet kornetku. Di omelet kornet,
ada kornet yang asin, ada bawang merah yang gurih, daun bawang yang renyah, dan
potongan cabai pedas. Semuanya disatukan oleh telur yang membuat omelet
kornetku kaya rasa. Omelet kornetku fleksibel, terserah kamu ingin mencampurnya
dengan saus sambal, saus tomat, atau kecap.
Itulah caramu menikmati omelet kornetku. Kamu
berusaha, kamu bereksperimen, kamu meresapi setiap rasa yang ada disana. Kamu
selalu mencoba supaya bisa menikmati omelet kornetku dengan berbagai cara
setiap hari.
Sampai aku merusaknya dengan mencoba memasak nasi
goreng sosis, kemudian nasi goreng seafood, sampai rendang daging. Kamu tidak
lagi bereksperimen. Kamu tidak lagi meresapi setiap rasa yang ada di sana. Kamu
tidak lagi mampu menunjukkan jiwamu.
Aku kehilangan kamu, aku kehilangan omelet kornetku.
Jogja, 30 Mei 2012
*Untuk mas Putro yang hobinya minta dimasakin melulu
resepnya sangat menarik. thanks
ReplyDelete