Tuesday, June 9, 2015

Althar & Adrian


Marriage isn’t a passion-fest; it’s more like a partnership formed to run a very small, mundane, and often boring nonprofit business. -  Lori Gottlieb

Davin
Beberapa orang bisa begitu cepat berubah hanya karena menikah.
Adrian ini salah satunya. Dia adalah sahabat gue sejak SMA. Kalo Tasha bilang gue ini raja gombal, Adrian ini jauh-jauh lebih jago dari gue. Rayuan Adrian bahkan nggak cuma di mulut doang kayak gue. Dia benar-benar mengaplikasikan itu dalam kehidupan cintanya.
Ceweknya ganti-ganti bisa kali sebulan dua kali. Gue sih maklum aja, Adrian ini memang ganteng dan tajir. Dua modal utama untuk menggaet perempuan.
Adrian ini juga orang paling shallow dan duniawi yang pernah gue kenal. He doesn’t believe in true love dan juga ketulusan manusia. He works for money.
Menakjubkan saat gue melihat postingan Instagram Adrian yang awalnya adalah gelas-gelas whisky, atau wanita-wanita di lantai dansa, dan segala perjalanan jetsetnya ke club-club di luar negeri—yang gue aja nggak paham, tega-teganya Adrian menghabiskan dua bulan gajinya hanya untuk banging woman disana—kemudian saat ini berubah menjadi postingan masakan home-made istrinya, foto anaknya yang sedang merangkak, foto dia, istri, dan anaknya di Trans Studio Bandung, foto anaknya lagi nangis, ketawa, nyusu, ngiler, apa aja diposting dah sama Adrian.
Benar-benar perubahan yang sangat signifikan melihat masa lalu Adrian yang seperti itu, lho.
Postingan Instagramnya yang dulu? Tentu saja dihapus semua. Seakan-akan Adrian ini ingin menekankan sekali lagi bahwa dirinya sudah punya kehidupan baru, bahwa now he is totally a different guy. Lupakan the Adrian the party-whooper. Adrian yang sekarang lebih doyan mandiin anaknya dan membawa anaknya main sama eyangnya. Padahal gue inget banget dulu Adrian mana ingat dan peduli untuk pulang ke rumahnya. Boro-boro pulang, nyokap dia nanyain dia ada di mana aja nggak bakal dijawab.
Dan tentu saja, gue cuma bisa bengong saat bertemu Adrian malam ini di Bakmi GM (See, bahkan doi ngajak gue ketemuan di Bakmi GM! Sebuah perubahan dahsyat secara dulu dia hafal di luar kepala nama semua klub malam di Jakarta). Ketika gue tanya alasannya, karena dia sekalian keluar makan sama istri dan anaknya, they love Bakmi GM, katanya.
Istri Adrian namanya Renata. Typical gadis baik-baik yang imut-imut kayak semut. Cakep emang, kulitnya putih dan matanya belo. Tipe favorit Adrian. Renata ini pula yang bisa mengubah Adrian jadi laki-laki kebapakan penuh dengan filosofi spiritual yang gue nggak tahu darimana dia mendapatkan semua wangsitnya.
“Nikah itu ibadah, Dav… Lo ini cari perempuan yang kayak gimana lagi sih? Yang demen sama lo kan banyak…” ukar Adrian bijaksana. Tuh kan, tiba-tiba Adrian belagak motivator lagi.
Aku menyedot juice alpokatku. “Ngemeng aje lo.”
“Ayaaaahhh…. Mau mainan temsooonn!” Althar, anak Adrian yang usianya empat tahun menyela obrolan hati ke hati gue sama Adrian.
“Kalo bunda mau nemenin, boleh. Ayah masih mau ngobrol sama om Davin.” jawab Adrian lembut sambil mengangkat Althar menuju pangkuannya.
“Om Davin sama ayah ngomongin apa sih?” tanya Althar polos, ia menoleh ke arah gue.
Mampus gue ditanyain bocah…
Gue cuma bisa nyengir menatap Althar. Salting gue ditanyain bocah lugu begini. Nggak tega gue.
Adrian kemudian menoleh ke Renata di sebelahnya, “Gimana bunda?” tanyanya penuh kode pada Renata.
Renata meliriknya sejenak kemudian menjawab, “Ya deeh… Yuk sini kak Althar, main sama Bunda…” Althar langsung bersorak kegirangan.
Luar biasa ikatan batin yang terjalin di antara sepasang suami istri di depan gue ini. Pasti tugas menemani Althar main sebenarnya adalah tugas Adrian. Renata sebenarnya ogah-ogahan juga take over tugas Adrian. Tapi karena ada gue, Renata akhirnya mengalah.
Dan semua itu mereka selesaikan hanya dengan lirikan mata.
Ini kenapa gue jadi ikut-ikutan paham bahasa mereka yak??
Renata menggandeng Althar yang sudah sangat antusias beranjak keluar Bakmi GM. “Kakak pamit dulu sama om Davin dong…” ujar Renata menyuruh Althar pamit pada gue. Althar langsung berbalik dan menyalamiku.
“Camekuum Om Davin… Tataaahh…”
Astaga. Lucu banget ini anak. Gue merasa hormon testoteron gue turun 85 persen. Nggak macho banget, lemah sama anak kecil.
“Dadah Althar…” aku melambaikan tangan pada Althar, setelah itu buru-buru aku melempar tampang mohon ampun pada Renata. Renata hanya terbahak kemudian mengacungkan jempolnya kode untuk silahkan take a time sama suaminya.

*an excerpt of my writing, currently titled Table for Two*


No comments:

Post a Comment