Sunday, June 7, 2015

Hal-Hal yang Salah

So really, the bigger mistake would be to not make the mistake because then you'll go about your whole life not knowing whether it was a mistake or not.” – Lily Aldrin, How I Met Your Mother

Ini sudah bulan Juni. Sebentar lagi puasa. Rasanya seperti ditampar di pipi dan diteriakin tepat di kuping, “It’s been a year! Udah ngapain aja!!”

Ramadhan, alih-alih membuat saya jadi alim, malah membuat saya selalu ketar-ketir. Semakin tua, waktu berjalan semakin cepat, dan saya kalang kabut sendiri karena saya merasa belum ngapa-ngapain.

Iya, aneh kan? 24 tahun hidup kesana dan kemari, tapi di saat yang sama selalu saja merasa tidak melakukan apa-apa. God, we human cannot really get enough ya?

And then we ended up doing nothing. Dengan berjuta pilihan yang ada di depan mata, saya—kita—eh saya—ya udah deh saya aja ini kan tulisan curhat—justru tidak berani mengambil satu langkahpun. Tidak berani memilih. Takut salah. Takut pilihan kita pada akhirnya merusak semua rencana indah yang pernah kita buat.

Mendadak saya jadi teringat dengan film Perfect Man-nya Hillary Duff. Teringat dengan mamanya Hillary di film itu. She will always move out of the town ketika patah hati atau akhirnya mengalami bad relationship. Kabur dari kehidupan lama. Mencari kehidupan baru di tempat baru, meninggalkan segalanya.

Mungkin enak ya kalau menyadari kita berbuat kesalahan, kita tinggalkan saja hal itu dan kabur ke luar negeri. Too bad hal-hal seperti itu hanya bisa terjadi di film.

Somehow we try so hard not to make mistakes. Padahal, kalau mau mengutip lirik lagu-lagu religi ya, manusia itu tempatnya salah dan alpa. Kalau hidup bener terus, kamu mungkin harus meragukan kamu itu sebenarnya manusia atau bukan.

Kemarin saya terlibat pembicaraan mendalam dengan salah seorang sahabat saya. Intinya saya sedang sangat gundah gulana. Dan lagi-lagi, ini berhubungan dengan pilihan. Intinya, saya takut banget kalau salah. Being wrong is scary, bagaimana tidak, dari kecil kita selalu dididik untuk selalu benar. Salah satu dapat sembilan. Salah dua dapat delapan. Salah lima, alamat nggak naik kelas. Bukankah begitu?

“Kalau ada pilihan mau jadi takut atau berani, kenapa kamu pilih takut? Kenapa nggak pilih jadi berani?”



Saya terdiam setelah mendengar pertanyaannya.

Lalu sampailah kamu pada kesimpulan, ya sudahlah, I live in a cruel world full of wrong choices. Eat that. 

Maybe being wrong is good. Karena mungkin sebenarnya yang terpenting adalah bagaimana kamu kemudian dealing dengan kesalahanmu itu sendiri. Bagaimana kamu menangani kesalahan itu dan kemudian mau memaafkan diri sendiri karena kesalahan itu. *yah, kumat deh preaching-nya, hahaha!*

Setiap hari kita belajar dan fokus untuk menjadi benar sehingga melupakan fakta bahwa pada akhirnya kita tidak bisa menghindari kesalahan.

Ya ya ya.
Sekian lamunan random malam ini.

“Here's the thing about mistakes. Sometimes, even when you know something's a mistake, you gotta make it anyway” – Future Ted, How I Met Your Mother 

No comments:

Post a Comment