“So
really, the bigger mistake would be to not make the mistake because then you'll
go about your whole life not knowing whether it was a mistake or not.” – Lily Aldrin, How I Met Your Mother
Ini sudah bulan Juni. Sebentar lagi puasa. Rasanya
seperti ditampar di pipi dan diteriakin tepat di kuping, “It’s been a year! Udah ngapain aja!!”
Ramadhan, alih-alih membuat saya jadi alim, malah
membuat saya selalu ketar-ketir. Semakin tua, waktu berjalan semakin cepat, dan
saya kalang kabut sendiri karena saya merasa belum ngapa-ngapain.
Iya, aneh kan? 24 tahun hidup kesana dan kemari, tapi
di saat yang sama selalu saja merasa tidak melakukan apa-apa. God, we human cannot really get enough
ya?
And then we ended up doing
nothing.
Dengan berjuta pilihan yang ada di depan mata, saya—kita—eh saya—ya udah deh
saya aja ini kan tulisan curhat—justru tidak berani mengambil satu langkahpun.
Tidak berani memilih. Takut salah. Takut pilihan kita pada akhirnya merusak
semua rencana indah yang pernah kita buat.
Mendadak
saya jadi teringat dengan film Perfect Man-nya Hillary Duff. Teringat dengan
mamanya Hillary di film itu. She will always move out of the town ketika patah hati atau akhirnya mengalami bad relationship. Kabur dari kehidupan
lama. Mencari kehidupan baru di tempat baru, meninggalkan segalanya.
Mungkin enak ya
kalau menyadari kita berbuat kesalahan, kita tinggalkan saja hal itu dan kabur
ke luar negeri. Too bad hal-hal
seperti itu hanya bisa terjadi di film.
Somehow we try so hard not to
make mistakes.
Padahal, kalau mau mengutip lirik lagu-lagu religi ya, manusia itu tempatnya
salah dan alpa. Kalau hidup bener terus, kamu mungkin harus meragukan kamu itu
sebenarnya manusia atau bukan.
Kemarin saya terlibat pembicaraan mendalam dengan
salah seorang sahabat saya. Intinya saya sedang sangat gundah gulana. Dan
lagi-lagi, ini berhubungan dengan pilihan. Intinya, saya takut banget kalau
salah. Being wrong is scary,
bagaimana tidak, dari kecil kita selalu dididik untuk selalu benar. Salah satu
dapat sembilan. Salah dua dapat delapan. Salah lima, alamat nggak naik kelas.
Bukankah begitu?
“Kalau ada pilihan mau jadi takut atau berani, kenapa
kamu pilih takut? Kenapa nggak pilih jadi berani?”
Saya terdiam setelah mendengar pertanyaannya.
Lalu sampailah kamu pada kesimpulan, ya sudahlah, I live in a cruel world full of wrong
choices. Eat that.
Maybe being wrong is good. Karena mungkin sebenarnya
yang terpenting adalah bagaimana kamu kemudian dealing dengan kesalahanmu itu sendiri. Bagaimana kamu menangani
kesalahan itu dan kemudian mau memaafkan diri sendiri karena kesalahan itu. *yah,
kumat deh preaching-nya, hahaha!*
Setiap hari kita belajar dan fokus untuk menjadi benar
sehingga melupakan fakta bahwa pada akhirnya kita tidak bisa menghindari
kesalahan.
Ya ya ya.
Sekian lamunan random malam ini.
“Here's the thing about mistakes. Sometimes,
even when you know something's a mistake, you gotta make it anyway” – Future Ted,
How I Met Your Mother
No comments:
Post a Comment