Beberapa minggu sekali, setiap Jumat sore, kantor saya mengadakan
sesi sharing kecil-kecilan yang diberi tajuk Mind Snack. Di sesi sharing ini,
setiap orang boleh mengundang siapapun tokoh/ praktisi dari bidang apapun untuk
bertukar cerita di kantor kami. Semua bidang boleh, asalkan bukan dari Public
Relations. Tujuannya sederhana, supaya otak ini nggak jenuh dan buntek karena
setiap hari di kantor dan menghadapi hal yang sama terus menerus.
Nah, Jumat lalu sesi Mind Snack di kantor benar-benar membuat saya
tersentuh. Kami mengundang beberapa orang dari LovePink—organisasi sosial,
semacam support group untuk para penderita kanker payudara. Di sesi itu pula
beberapa survivor breast cancer bercerita tentang pengalaman mereka bertarung
melawan sel kanker dan bagaimana mereka tetap semangat untuk berbagi dan
melakukan hal-hal positif.
Rasanya seperti ditampar di muka. Berkali-kali.
Saya baru sadar, selama ini saya cuek sekali dengan kesehatan.
Makan seenaknya. Olahraga nggak pernah—apalagi sejak tinggal di Jakarta. Pola
hidup juga nggak jelas, seenaknya sendiri.
Alhamdulillah memang selama ini saya jarang sakit parah. Paling
mentok nyeri haid dan batuk pilek. Hal itulah yang bikin saya jadi jumawa. Sombong.
Merasa sehat, lalu nggak peduli karena merasa tubuh tidak memberikan
tanda-tanda protes.
But, cancer come up with no sign.
Nggak pakai sakit, nggak pakai pusing dan demam. Bisa saja
tahu-tahu sudah gawat dan semua sudah terlambat.
Lalu mendengar cerita para survivor cancer itu,
saya jadi sadar, kalau saya kenapa-napa, yang sedih bukan hanya saya. Keluarga
juga pasti ikut pusing dan sedih.
Dan selanjutnya… Saya jadi mikir… Kalau salah satu anggota
keluarga saya kena musibah ini… Apa yang harus saya lakukan?
Semua pikiran-pikiran ini datang berentetan. Gila. Sebelumnya saya
sama sekali tidak pernah membayangkan hal-hal seperti ini mungkin terjadi.
Terlalu sibuk dengan dunia sendiri sampai lupa kalau orang-orang yang kita
sayangi bisa saja suatu saat sakit dan pergi.
Kemarin ini, saya seperti ditampar dan dibangunkan bahwa mau
bagaimanapun, kesehatan itu nomor satu.
Cuma membayangkan hal-hal seperti ini saja saya sudah stres
sendiri. Maka saya nggak bisa membayangkan perjuangan para survivor cancer yang
tetap semangat chemo dan masih mau bersosialisasi bahkan rela sharing
pengalaman mereka. Bahkan di saat-saat seperti itu, mereka masih bisa
memikirkan orang lain. Salut sekali.
“If you forgive yourself, you have won 50% of the battle…”
Entah mau apa bentuknya, saya rasa kalimat terakhir itu maknanya
sangat dalam. Seperti sebuah mantra untuk segala penyakit. Rasanya sakit
hatipun bisa sembuh dengan mantra itu.
To embrace the pain and hug it. Berhenti
menyalahkan diri sendiri dan tidak melihat ke belakang.
Bukankah begitu?
Untuk yang ingin tahu lebih banyak tentang LovePink dan bagaimana
deteksi dini breast cancer, silakan visit www.lovepinkindonesia.org
Hai mbak sarah! Salam kenal, aku juniormu di padakacarma hehehehe angkatan 22. Mas agung sering nyeritain tentang mbak sarah lho :p seneng deh baca-baca blognya mbak! :)
ReplyDeleteYa ampun udah angkatan 22 aja ya... Masih muda bangeet :))
DeleteAnyway thanks ya sudah mampir dan baca blog ini. Glad you like it! Salam buat mas Agung ^^