Waktu: 20.00 WITA.
Lokasi: Bandara Sultan
Hasanuddin Makassar
Ada remaja laki-laki dengan
topi alay dan baju merah ketat, sendirian menunggu sambil sibuk selfie.
Dua muda mudi yang
sepertinya mengelem diri mereka untuk satu sama lain karena mereka tidak bisa
terlepas barang satu sentipun.
Mas-mas ganteng dengan
jenggot 5 o’clock shadow dan kacamata frame tebal, sibuk dengan smartphonenya. Damn that is so my type. Oke, jangan
lama-lama ngeliatinnya Sar…
Ada anak laki-laki kecil berambut
gondrong sebahu memegang telepon genggam ibunya di telinganya dengan mulut
komat-kamit nyerocos. Dilihat dari dialognya, sepertinya dia sedang pura-pura
jadi detektif… atau polisi. Entahlah.
Mbak-mbak penjaga toko
souvenir yang berulang kali menguap. Bosan. Tenang mbak, habis saya ngepost
tulisan ini, saya akan membeli beberapa camilan untuk oleh-oleh deh.
Dua anak kembar yang sedang
pura-pura jadi pesawat dan berlari kesana kemari. Fully charged.
Lagi. Dua orang sejoli yang
berjalan sambil bergandengan tangan erat.
Sepasang suami istri dan dua
anaknya, jika dilihat dari penampilannya sepertinya datang dari kampung dan
baru pertama kali masuk airport. Dilayani dengan ramah oleh petugas airport.
Senang melihatnya :)
Bapak-bapak yang tertidur
pulas di kursi.
Oh. Sepasang remaja yang
sepertinya dilem satu sama lain itu salah satunya mulai sesenggukan. Kenapa?
Akan berpisahkah mereka? Sedang marahankah mereka?
Saya lalu menengadah.
Melihat ke langit-langit bandara.
Indah. Megah.
Menghela nafas dalam-dalam
sembari memikirkan love & hate
relationship yang saya miliki dengan tempat ini. Bandara.
Kadang ini jadi tempat saya
kembali bertemu kamu. Lalu berpisah lagi. Lalu bertemu lagi. Begitu terus
berulang kali.
Tidakkah kita semua
merasakan hal ini jika sedang di bandara? Makanya perasaan suka jadi sentimental.
Tidak terhitung berapa banyak tulisan yang keluar jika sedang ada di bandara.
Menyebalkan.
Ah sudahlah.
Mungkin saya hanya sedang
rindu kamu.
No comments:
Post a Comment