Tolong. Beri aku cara,
bagaimana agar aku bisa lupa adamu?
Apakah aku harus menghentak
kepala ke tembok sampai berdarah?
Atau aku harus mengejarmu
lagi dan tak biarkan kamu pergi?
Adalah kamu yang tak henti
mengusik setiap jengkal hatiku.
Menyusup ke setiap sendi
tubuh.
Merasuk perlahan ke pikiran.
Malam hari, adalah saat yang
paling menakutkan. Ketika kamu muncul dan menghantu. Menjadi ramai di antara
hening dan suara jangkrik. Masuk di sela-sela jendela bersama dengan cahaya
bulan sabit. Menjadi bayangan dalam gelap malam yang kelam.
Ada kamu dalam pejamku.
Aku kamu paksa merasakan
adamu yang tiada.
Tapi kamu seharusnya tahu,
cintaku tak peduli dengan waktu. Cintaku segan dengan kenangan. Disimpannya
kenangan itu rapat-rapat, baik-baik, hangat, di dalam bilik jantung. Terlelap
seperti kucing Persia di dalam sofa bantal.
Aku tak bisa tak ingat gelak
tawamu sewaktu kita berdua berjalan berkeliling kota semalam suntuk. Memegang
es krim rasa vanilla. Menari di antara cahaya bulan yang menyala.
Kamu dan alis tebalmu. Mata
bulat. Rambut ikal pendek. Dan sepatu kets warna turquoise. Si perempuan maha
indah.
Dan kecupan singkat di
setiap akhir pertemuan kita.
“Lupakan aku. Itu semua masa
lalu.”
Namun aku tak jua sanggup
lupa. Semakin aku coba lupakan, semakin ingatan tentang kamu masuk ke dalam
lubuk. Mencambuk. Merasuk. Takluk.
Sayang,
Ini sudah malam.
Dan aku masih saja akan
selalu cinta.
Biarkan aku tidur. Sekali
saja tanpa perlu ingat kamu.
No comments:
Post a Comment