Jangan meminta aku
untuk kembali.
Tak bisa lagi hatiku
kau tinggali.
Aku tak lebih hanyalah
sendu.
Yang bersembunyi dalam
sebilah rindu.
Kamu ada di depanku. Dengan gaun warna kuning terang.
Membuatku semakin dimabuk kepayang.
Malam ini angin laut berhembus kencang sekali. Berulang kali
kamu merapikan rambutmu.
Aku menatapmu lamat-lamat berharap kau bisa kembali. Kau
menggigil, bibirmu menyunggingkan senyum semu.
Tak berapa lama lalu kamu berdiri. Mengulurkan tanganmu
kepadaku. Mengajakku berdansa.
Syubidubidupa… Syurupapap…
Kamu berputar. Tertawa. Rambutmu bergoyang-goyang indah.
Lalu kamu memelukku, menempelkan kepalamu di dadaku.
Menikmati hangatku.
Dan akupun. Terdiam merasakan nafasmu di dadaku.
Saling merasa detak jantung masing-masing berdegup.
Deg.
Deg.
Deg.
Seperti inikah rasanya perpisahan?
Ketika waktu berputar perlahan.
Lalu semua adegan-adegan indah yang pernah kita miliki
berubah jadi potongan-potongan gambar.
Yang perlahan memudar.
Dan biarkan ini jadi malam terakhir kita. Biarkan ia melarut
dengan rindu yang
Hanya satu malam ini. Satu malam terakhir.
Setelah ini kita tak lagi harus menyamar.
Tak jua perlu kita berpura-pura.
Rindu ini tak lagi harus jadi rahasia. Biarkan ia lenyap
ditelan ombak. Menguap bersama angin laut.
Jangan kembali padaku.
Kembalilah kepada ia, rumahmu.
Aku tak lebih hanyalah tempat singgah.
Yang tak indah, apalagi megah.
Aku hadir agar kau
ingat kembali rasanya ingin pulang.
No comments:
Post a Comment