Wednesday, May 29, 2013

Perempuan - Perempuan Sebelum Kamu


Alitya
“Alitya… Will you marry me?”
Aku ternganga menatap Davin. Selama beberapa saat aku mengira ia tengah bercanda seperti yang biasa ia lakukan padaku. Tapi tidak, ternyata ia tidak bercanda.
Anehnya, aku hanya sanggup terdiam. Ada satu hal yang mengganjal. Iya, aku memang sangat sayang Davin. Dia pria yang sangat mengagumkan. Aku merasa beruntung bisa menjadi kekasihnya.
But, still, I’m a woman. Dan aku mati-matian sangat penasaran dengan masa lalunya. Oke, aku tahu itu tidak penting. Tapi tetap saja… hal itu cukup menggangguku. Terlebih karena aku merasa gamang, kenapa ia meninggalkan perempuan di masa lalunya itu… hanya demi seorang aku.
“Sebelum aku jawab… boleh aku tanya sesuatu?”
Davin menatapku heran. “Kenapa? Ada apa sayang?”
“Dav…” tanyaku perlahan. “Berapa perempuan yang ada di hidupmu sebelum aku? Aku pengen tahu. Aku pengen tahu kenapa kamu lebih memilih aku daripada dia.”
Davin tertawa kasual. “Lima. Ada lima cinta sebelum kamu.”
Jantungku berdesir mendengarnya. “Siapa aja?”
“Sherly, Nilam, Tika, Natasha, dan Rinai.”
“Kenapa kamu mencintai mereka?”
It will be a long long story, Lit…” Davin mengelus rambutku lembut. Aku cemberut. “Kamu benar-benar ingin tahu?” tanya Davin lagi yang dijawab dengan anggukan cepatku.
“Ada syaratnya.” Tukas Davin tidak kalah cepatnya. “Ikut aku pergi ya… ke lima tempat di Indonesia. Harus mau.”
“Kenapa?”
“Karena hanya dengan cara itulah aku bisa menjelaskan kenapa aku bisa mencintai mereka…”
“Kemana aja?”
Davin diam saja. Ia hanya tersenyum penuh rahasia.

Davin
Raja Ampat
Namanya Sherly, Lit. Tempat ini selalu mengingatkanku padanya. Karena… Ya, melihat tempat ini seperti melihat surga yang jatuh ke bumi. Indah, luar biasa indah.
Tentang Raja Ampat, orang-orang sering mengatakan, “Once you get there, maka lo nggak akan pernah menemukan keindahan yang seabsolut dan sesempurna itu.”
Iya, itulah Sherly menurutku waktu itu, Lit. Indahnya benar-benar mutlak. Bawah air bagus, atas air juga tak kalah menakjubkan. Seperti halnya koral-koral, pasir putih, dan terumbu karang yang dimiliki Raja Ampat, nggak ada yang bisa membantah keindahan Sherly. She’s perfect. Tutur katanya indah, rambutnya, hidungnya, bibirnya, tawanya indah. Membuat kamu seakan terbius dengan pesonanya. Benar-benar enggan berpisah. Rasanya ingin menikmati keindahan itu selamanya.
Keindahan yang Sherly miliki sangatlah mewah dan prestisius. Bersamanya membuatku merasa menjadi tamu VIP. Ia selalu cantik saat bertemu denganku. Dengan penampilannya yang membuatku merasa sangat istimewa.
Aku merasa diperlakukan seperti raja dan pria yang berharga. Seperti ketika melihat pulau Waigeo di Raja Ampat, dan menahan nafas melihat teluk-teluk kecil disana. Melihat gradasi biru muda-turquoise-hijau air laut di sana membuatku merasa seakan-akan pulau itu sengaja berdandan cantik dan menyambut kedatanganku dengan penampilan sempurna.
“Jangan takut menunjukkan keindahanmu. Syukurilah kamu bisa memilikinya karena banyak orang mendambakan itu. Keindahan yang hakiki memang terkadang tersembunyi dan tak banyak orang yang tahu. Tapi begitu kamu merasakannya, it will never let you down, Dav.”
Ya, aku benar-benar melihat surga. Breathtaking paradise. I’m so in love with Sherly.

Bali
Aku pikir aku tidak bisa menemukan cinta lagi yang seindah Sherly. Sampai aku bertemu Nilam. Dan pada dirinyalah, aku melihat sebuah bentuk cinta yang lain.
 Being with Nilam is always awesome. Dia sangat menyenangkan di segala aspek. Satu sisi ia punya ciri khas, tapi di sisi lain dia tetap bisa bersikap universal dan berbaur dengan siapapun. Nggak ada orang yang bisa nggak suka sama Nilam.
Seperti Bali, Nilam juga memiliki semua kualitas perempuan terbaik di dunia. Aku ingin makan, dia sangat pintar memasak berbagai makanan enak. Aku ingin dipijat, dia akan memberikan pijatan paling enak sedunia.
Dan begitu pula Nilam, Bali juga sangat nyaman dan menyenangkan. Aku meminta pantai indah dengan ombak yang besar, maka aku tinggal memilih Kuta, Legian, atau Seminyak. Aku ingin pergi berbelanja barang-barang khas yang unik, maka ada pasar Sukowati yang menungguku. Ketika di Kuta kamu akan menemukan hingar bingar club, di Ubud kamu akan menemukan ketenangan dari sawah dan hutan hijaunya.
Iya, bersama dengan Nilam tidak pernah membosankan. Banyak sekali hal-hal yang aku dan Nilam selalu lakukan. 24 hours a day with her is not enough. Selalu ingin lagi dan lagi. Terlalu banyak hal yang bisa aku lakukan bersama Nilam. Seperti Bali yang menawarkan puluhan hal kepadaku. Surfing, berjemur, traditional dance, pegunungan yang mengagumkan, wihara-wihara yang membuat terpukau, sampai night club yang menyenangkan. Yang paling mengejutkan, ritual-ritual khas Hindu masih tetap akan kamu lihat di setiap sudut Bali.
Life’s awesome, Dav. Jadilah dirimu sendiri, jaga prinsip hidupmu, tapi jangan menutup diri. Sering-seringlah tersenyum dan memberi orang lain kebahagiaan. Bukankah hidup memang seharusnya semenyenangkan itu?” ucap Nilam.
Sangat Nilam. Asyik, dan sangat fleksibel. Tidak pernah membosankan. Tidak heran pribadinya long lasting. Gadis yang sangat bersahabat bagi semua orang. Seperti Bali, Indonesia’s Sweetheart.

Yogyakarta
Aku telah bertemu keindahan Sherly dan having fun dengan Nilam. Namun… cinta memang selalu misterius. Tika adalah salah satunya.
Tika… Tika itu selalu bikin kangen. Dengan segala kesederhanaan, kesantunan, dan sikapnya yang rendah hati. Orangnya manis, membuat aku tidak tahan lama-lama berpisah dengannya. Dengan Tika, rasanya seperti pulang ke rumah yang hangat dan tenang. Persis seperti apa yang kamu rasakan ketika menginjakkan kaki di Jogja.
Yang aku rasakan dengan Tika benar-benar unik. Tika dengan segala kesederhanaannya selalu membuatku merasa seperti keluarganya. Istilah bahagia itu sederhana benar-benar kurasakan ketika aku bersama Tika.
“Bahagia itu mudah Dav. Berbaurlah dengan orang-orang yang ada di sekitarmu. Rajin tersenyum. Ikuti apa yang alam katakan padamu. Hidup sesuai dengan porsinya, nggak usah terlalu memaksakan diri.” Aku ingat sekali kata-kata Tika yang sampai saat ini aku pegang teguh untuk kehidupanku.
Lucu, kan Lit? Tika itu seperti Jogja. Keindahannya terletak di soul yang ada di dalamnya. Bagaimana mereka menghargai gunung Merapi, tugu Jogja, istana Keraton, dan pantai Parangtritis sebagai sebuah garis lurus yang akan selalu bersinergi satu sama lain.
Seperti Jogja, yang baru bisa kamu resapi ketika kamu melihat musisi jalanan beraksi di pinggir jalan Malioboro yang tidak memasang tarif untuk setiap aksinya. Semua bebas berekspresi, seikhlasnya saja, toh, seni itu milik alam. Dimana kita, manusia bebas menikmatinya. Seperti irama yang didendangkan para penjual makanan lesehan di pinggir jalan dan warung gudeg yang buka tengah malam.
Mencintai Tika mengajarkan aku untuk tidak sombong dengan hidupku, untuk selalu menjaga dan menghargai orang-orang yang ada di sekitarmu. Cinta Tika membuatku legawa. Seperti halnya Jogja yang memberiku satu wejangan yang pasti: Sepanjang kamu masih bisa tertawa dan bersenda gurau bersama orang-orang yang kamu sayangi, maka itulah kebahagiaan.

To be continued…

No comments:

Post a Comment