Nadia
Saya terbangun dengan mata
bengkak dan berat seperti digantungi beban berkilo-kilo. Hati saya masih sesak,
saya masih ingin menangis, tapi rasanya saya sudah tidak punya daya lagi untuk
menangis.
Saya sangat sayang kamu,
Wisnu. Don’t you realize it? What’s wrong
with us? What’s wrong with me? Aku melakukan segalanya untuk mempertahankan
hubungan kita. Aku berusaha untuk selalu sempurna demi kamu, untuk selalu
menjadi hebat, cantik, dan luar biasa. Dan aku berhasil. Tapi kenapa? Kenapa
kamu harus melakukan ini ke aku?
Can
we save this relationship? Tell me, Wisnu. Tell me.
Wisnu,
are you the one?
Wisnu
What
am I supposed to do?
Saya sangat sayang Nadia, dia
segalanya yang saya inginkan dalam hidup ini. Cantik, penyayang, dan sangat
mengerti saya, luar dalam. I'm the
luckiest guy on earth. Everything goes well. Dua tahun berpacaran, maka
saya pun tak ragu lagi untuk menikahi wanita indah ini.
Sampai kemudian segalanya
mulai berubah. Perlahan-lahan, mereduksi segala kasih sayang yang ada di hati.
Saya masih sayang Nadia, dan
Nadia, saya tahu juga masih menyayangi saya. Tapi entahlah, kadang sesuatu
memang tidak bisa dijelaskan dengan kata. Mendadak jarak menjadi masalah.
Mendadak waktu menjadi alasan. Dan menurut saya, ketika kami telah menemukan
alasan, lalu apa gunanya cinta? Bukankah cinta tidak membutuhkan alasan?
Saya menatap layar ponsel
saya. Mencoba memahami alasan dibalik menghilangnya dia dari pintu rumah kami
setelah pertengkaran hebat kami semalam. Dan tak kembali lagi sampai saat ini.
She
knows, Wisnu. Off course, she knows.
Tapi saya tidak berselingkuh!
Saya cuma jalan sama Dwina, sekali!
Go
ask yourself, are you cheating.
Define
cheating!
Kamu merasa bersalah?
Iya.
Then
you’re cheating.
***
Wisnu
– Nadia
Kadang-kadang, ada hal yang memang
tidak bisa terselesaikan. Atau selesai, tapi cara satu-satunya adalah dengan
berhenti mencoba menyelesaikannya. Itulah yang membuat saya dan Nadia sepakat
untuk tidak melanjutkan hubungan ini.
Kami berhenti mencoba
menyelesaikannya.
But
breaking up is never easy,
bagi siapapun. Jalan setiap orang untuk akhirnya find out who’s the best juga bermacam-macam. Mungkin, bagi saya dan
Nadia, butuh Dwina untuk menyadari bahwa kami tidak diciptakan untuk satu sama
lain.
Kami sadar bahwa masalahnya
ada di kami berdua. Dwina sama sekali tidak ikut andil dalam semua ini. Justru
kami seharusnya berterimakasih pada Dwina, karena dialah kami sadar kalau kami
tidak berjodoh.
Dwina
– Nadia
Jadi sudah pacaran dua tahun ya, kalian?
Iya.
Sedih?
Menurut kamu?
Menurut saya kamu tidak
sedih.
Define sedih.
You’re
upset. Tapi enggak
sedih. Ada batas yang sangat tipis antara menyadari bahwa kamu kehilangan orang
yang kamu cintai, dan menyadari bahwa selama ini pilihan kamu salah.
Benar juga.
Kita dan ego kita. Mengakui sebuah
kesalahan adalah hal yang tersulit. Apalagi jika selama ini kamu sudah berusaha
membohongi dirimu sendiri bahwa kamu benar.
Dan sayangnya…
tepat. Aku salah memilih.
Yup.
Sori, tapu
tidakkah kamu ingin meminta maaf padaku?
For
what? I safe you.
Do you love Wisnu?
Belum tahu.
I think he loves you.
Saya tidak ingin dia bersama saya untuk
meyakinkan dirinya sendiri bahwa meninggalkanmu adalah keputusan tepat. Saya
tidak ingin saya bersama dia untuk meyakinkan diri saya sendiri bahwa saya
bukanlah penyebab kalian berpisah.
Kamu dari dulu
memang unpredictable. Hmm, anyway, ini baju yang akan kamu pakai
untuk pagelaranku minggu depan.
Tujuh
baju? Keterlaluan kamu, model lain cuma dapat jatah tiga, bayarannya sama lagi!
Anggap saja ini
hukuman karena kamu nggak mau minta maaf.
Hahaha. Deal. :)
No comments:
Post a Comment