I love you. In some other way yang bahkan aku tidak bisa jelaskan bagaimana.
Memangnya kamu tahu apa
tentang cinta, Astri?
Aku tidak tahu. Aku
bahkan tidak bisa mendefinisikan perasaan apakah ini. Is this love? Or is it just another crush?
Yang aku tahu, aku
menyukai cara kamu memarahiku ketika aku ketiduran di depan laptop gara-gara
melembur kerjaan.
Yang aku tahu, aku
menyukai bagaimana kamu melindungiku dengan sweater abu-abumu ketika aku
menggigil kedinginan dalam perjalanan di suatu malam yang pekat.
Yang aku tahu, aku menyukai
bagaimana kamu selalu semangat bercerita tentang mimpi-mimpimu, obsesimu, dan
juga kegemaran anehmu yang berlebihan dengan Indomie goreng telur.
Kadang-kadang kamu hanya
datang lalu duduk nonton tivi, sementara aku sibuk dengan iPhone dan laptopku.
Orang bilang, kami pasangan aneh karena alih-alih ngobrol, kami justru sibuk
dengan gadget masing-masing.
Aku bilang, ini kasta
tertinggi kenyamanan. When we can enjoy
each other silence. Cukup kamu berada di sampingku, dan aku merasa tenang
setelah itu.
Sungguh. Sesederhana
itu.
Aku juga selalu suka
caramu berbicara dengan logat Melayumu yang aneh. Yang kata mama kayak
ngedengerin orang Malaysia ngomong.
Aku suka dengan bentukmu
yang kusut sepulang kerja dengan kemeja yang ujungnya sudah keluar semua. Dasi
yang sudah longgar. Dan mata panda.
Lalu aku akan
menghiburmu dengan segelas Nutrisari dingin. Dengan es batu yang banyak.
Kemudian kamu akan nyengir senang seperti anak kecil mendapat es krim.
Kadang-kadang aku kesal
karena kamu suka tidak peka dengan kode-kode yang aku lemparkan ketika aku
marah dan sebal ke ke kamu. Kamu biasanya cuma bisa diam lalu minta maaf karena
kamu malas berdebat. How dare you!
Tapi tahukah kamu, the best part-nya adalah ketika kita
berhasil menyelesaikan pertengkaran kita, aku menjadi semakin mencintaimu. Dan
aku tahu, itulah yang membuat pertengkaran kita tidak useless.
Kadang, ada saat-saat
kamu putus asa dan sedih. And it hurts me
so much in the same way. Tapi yang bisa kulakukan, hanya mendukung, karena
aku tahu, kamu kuat dan kamu akan selalu bisa menghadapi itu semua.
Is this love?
Aku masih tidak tahu.
Bagaimana bisa aku tahu, aku bahkan tidak mengerti sebenarnya apakah definisi
cinta itu sesungguhnya.
Tapi cuma kamu orang
yang bisa menenangkanku hanya dengan sebaris pesan di ponsel.
Hanya kamu orang yang
tahu aku sedang PMS di saat aku sendiri tidak menyadari itu.
Hanya kamu yang bisa
membuatku merasa ini yakin… dan ragu, di saat yang sama.
Hanya kamu jugalah yang
membuatku merasa bahwa aku dibutuhkan. Aku merasa kamu butuh aku untuk
melengkapi hidupmu.
And so do I.
Detik ini, di bawah
kerlip jutaan bintang di landscape padang rumput di Lembang, mendadak flashback
semua kisah yang sebelumnya telah kita lalui, terekam kembali di ingatanku.
Semua terlalu
mengejutkan, aku bahkan lupa untuk bertanya dimana kamu mendapatkan tempat
seindah ini.
Kamu, ada di depanku,
dengan wajah gugup tidak terkira, menatapku kebingungan. “Astri, ini udah romantis belum?”
Aku bengong sesaat. Lalu
terbahak. “Nggak, sih, Ram. Cuman lumayan pening juga kamu dua jam nutup mata
aku pake saputangan.”
“Eh maaf… Maaf…” ia
mendadak panik.
Aku kembali terbahak. “Rama,
Kamu lucu banget deh.”
“Oke, Astri. Aku mau
serius, kamu jangan ketawa ya.” Ia merubah posisi duduknya benar-benar
menghadapku. “Astri, setiap aku tanya ke kamu, apakah kamu sayang sama aku,
kamu selalu jawab, kalo menurutmu ini bentuk kasih sayang, ya nikmati. Kalau
bukan, silahkan mencari bentuk kasih sayang yang sesuai dengan keinginan kamu.”
Ia menatapku,
melanjutkan kalimatnya. “Kamu itu emang ribet. Nanya sayang apa nggak aja
dijawabnya ala filsafat gitu. Susah emang sayang sama kamu.”
“Tapi anehnya, As. Aku
suka kamu gituin. Aku menikmati bentuk sayang yang kamu kasih ke aku. Dan
bagiku, itu cukup. Kamu segalanya buat aku. Dan cuma bentuk kasih sayang dari
kamu lah yang aku ingin nikmati sampai aku tua nanti. Kita tua. Bareng-bareng.”
“I want that. I want it so much. Aku juga pengen kita bisa
bersama-sama memberikan kasih sayang ini untuk seorang manusia kecil yang baru,
yang akan bisa jadi simbol kasih sayang kita ini.”
“Jadi… Astri… Hidup sama
aku ya? Bareng-bareng. Ketawa bareng. Bertengkar bareng. Karena, aku sadar, aku
cuma mau bertengkar sama kamu.”
“Kamu mau nggak,
bertengkar, cuma sama aku, sampe kita tua nanti?”
Lalu Rama mengeluarkan
sebuah kotak mungil dari sakunya. Dan mengeluarkan sebuah cincin.
“Nabungnya empot-empotan
nih buat beli ini.” ia nyengir. Ya nggak usah diomongin juga sih Ram, ngerusak
momen aja.
Aku masih bengong.
Seumur-umur nggak pernah aku membayangkan dilamar pake kata ‘mau nggak
bertengkar sama aku sampe tua.’ Ini Rama otaknya emang geser.
Tapi, entah kenapa,
setelah itu tiba-tiba mataku terasa pedas, sebelum akhirnya pandanganku
mengabur karena mataku melamur penuh air mata. Dan yang bisa kulakukan cuma
memegang kedua tangannya sambil mengangguk.
Aku tak sanggup
berkata-kata.
Aku memeluk Rama, lalu
ia memasangkan cincin itu di jariku. Aku memandangnya penuh haru.
So, kalau kamu bertanya?
Oh, jadi cinta itu seperti itu ya?
Bagiku, iya. Cinta
ternyata memang seperti ini.
Tapi bagimu, belum
tentu. Jangan pernah mencari yang sepertiku, karena belum tentu kamu akan
menikmatinya seperti aku dan Rama menikmati ini.
Selamat menemukan
cintamu masing-masing :)
No comments:
Post a Comment