Semesta
ini memang kadang suka aneh dalam memberi kejutan kepada kita. Jadi,
berhati-hatilah.
Iya,
aku baru putus. Puas?
Dan
seperti layaknya perempuan-perempuan patah hati lainnya, aku mengalami fase
over-protektif terhadap hatiku sendiri.
Iya,
itu lho. Fase dimana kamu jadi tidak mau mengambil resiko terluka lagi. Karena
kamu habis merasakan rasa sakit luar biasa. Dan tidak mau itu terjadi lagi.
Jadi,
kamu melindungi hatimu sendiri dari perasaan cinta. Berusaha menjauhkan diri
dari yang namanya cinta karena kamu
tahu, ketika kamu sudah jatuh, kamu akan sakit lagi.
Mungkin
kenapa itu namanya jatuh cinta. Karena jatuh itu nggak enak, sakit.
Itu
yang kualami sekarang. Dicomblangin nggak mau, kalo ada laki-laki yang
mendekati, aku langsung pasang kuda-kuda. Ya lari lah cowoknya, aku galak
begini,
Jadi,
aku terduduk diam di kafe ini. Sendiri. Menyelesaikan deadline kerjaan yang
menumpuk. Ohiya, satu lagi fase yang menyebalkan dari patah hati ini adalah,
kamu mengalami obsesi yang berlebihan pada pekerjaanmu. Kamu menjadi gila kerja,
gila dengan laptop, meeting, dan deadline.
Tapi
apa boleh buat, cuma ini satu-satunya cara yang bisa kulakukan agar aku tak
lagi tenggelam dalam jurang cinta yang gelap itu. No! Aku tidak akan
membiarkannya mengalahkanku lagi! I have
to keep myself busy!
Sayangnya,
pekerjaan yang menumpuk ini tidak cukup mampu untuk membuatku bertahan tidak
membuka Facebookku. Damn you, Mark Zuckenberg. Kamu ini adalah musuh nomer satu
perempuan-perempuan patah hati. Coba hitung ya, berapa cewek yang gagal move on
gara-gara kamu? Bangkai.
Lucu
ya? Bisa melindungi diri sendiri dari cowok-cowok yang mendekati, tapi nggak
bisa melindungi diri dari godaan untuk kepo mantan pacar. Aku memang payah.
Jadi
disinilah aku, diantara tab microsoft
excel, microsoft word, dan inbox
email, terselip satu tab Facebook. Bangkai lagi.
Begini, kamu
pasti pernah kan mengalami yang namanya menjadi stalker? Dan jaman sekarang, being a stalker bisa menjadi sangat
mudah. Lupakan yang namanya memakai rambut palsu, kacamata hitam besar, atau
mengendap-endap dibalik tembok. Sekarang menjadi stalker sangatlah praktis,
kamu tinggal duduk di balik laptop, mengaktifkan koneksi internet, dan...
Facebook akan menjadi agen stalkermu yang paling profesional.
Itulah yang sedang kulakukan saat ini. Ketika
kamu berumur 25 tahun, teman-temanmu sibuk sendiri dengan kekasih
masing-masing, maka tidak ada yang lebih baik daripada duduk manis di depan
laptop, kaos buluk, sendirian di
kafe, menyeruput yoghurt blueberry,
Toh, hal
ini sangat jauh lebih baik daripada duduk di ruang tengah, menonton televisi
bersama mama dan mendapat sindiran berbau malem-minggu-kok-di-rumah-aja.
Dan sekarang, di depan jejaring sosial facebook, aku tengah memantengi profil Wisnuryawan Patradinata
lekat-lekat, sambil berdoa semoga statusnya masih single.
Wisnuryawan Patradinata is now Single.
Sebuah kalimat yang seperti oase di padang pasir. Dulu kalimat itu seperti
aji-aji kematian bagiku, bagi Wisnu sendiri.
Namun sekarang, aku bahkan tidak tahu
akan seperti apa perasaanku kalau kalimat itu
berganti, Wisnuryawan Patradinata is now In a Relationship, Wisnuryawan Patradinata
is now Engaged. Aku sampai tidak berani
membayangkan.
Dan hidup Wisnu tampaknya memang baik-baik saja. Ia sedang sangat
menikmati karirnya. Yah, pria, mereka memang sangat mudah mendapatkan
distraksi. Fokus saja pada karir, maka urusan cinta bisa jadi prioritas ke
seribu. Facebooknya bersih dari bau-bau romantisme. Entahlah, mungkin memang
begitu kenyataannya, atau Wisnu memang sengaja menyembunyikannya? Aku tidak peduli, aku lebih baik tidak tahu.
“Kamu nggak akan move on kalau
terus-terusan bersikap kayak gini Na. Udah deh, block aja facebooknya, you
do such an useless thing dengan terus-terusan menatap profilnya! You got nothing!”
Ocehan Biyan membuyarkan lamunanku.
Sahabatku itu sudah pasti akan mengatakan hal itu jika aku kepergok sedang dengan sangat kurang kerjaannya
mengamati profil facebook Wisnu.
Bukannya kurang kerjaan, Biy... kerjaanku banyak. Dan aku pusing. Seeing
him, even if it just his facebook profile bisa jadi mood booster...
Mood booster karena dia masih single! Coba kalo dia udah in a
relationship? Mampus kamu, kantor kita
Cuma tiga lantai, nggak cukup buat bikin kamu mati hancur lebur. Paling
pol juga kamu Cuma cacat tubuh permanen. Dan otakmu masih akan tetap mengingat
Wisnu. Nah, derita banget kan ntar jadinya hidupmu??
Frontal. Dalem. Nusuk. Tapi semua kata-kata miss silet ala Biyan itu
memang benar adanya. Tapi aku bisa berbuat apa
lagi? Otakku bukan komputer yang memorinya bisa direstart ulang. Kenangan yang
tersimpan di otak nggak akan pernah bisa hilang, bagaimanapun kamu mencoba.
Ditambah, kenangan ini bukan kenangan main-main, kenangan ini berkonspirasi
dengan perasaanku, sehingga membuatku
pusing sendiri.
Tahu tidak apa yang membuat semua ini semakin pelik? Karena aku tak mampu berbuat apa-apa. Aku tidak maju, juga tidak mundur. Karena maju pun tak
akan berguna, dan mundur pun hanya membuat hidupku semakin kacau. Sebenarnya aku sangat mau maju, namun menurutku, apalah guna
memperjuangkan sesuatu sendirian? Iya, aku
sangat tahu cinta itu harus diperjuangkan, namun diperjuangkan oleh kedua belah
pihak, dan bukannya sendirian.
“Dwina?”
Sebuah suara mengagetkanku dari lamunanku.
Wisnu. Berdiri dengan tampan dan humblenya di depanku.
Dan di depan layar laptopku dengan jendela profil
Facebooknya terpampang jelas.
Rasanya aku pengen mengubur diriku hidup-hidup.
To be continued…