Saya
ingat, di tulisan Pamungkas saya untuk 31 Hari Menulis tahun lalu, saya
berjanji saya akan lebih rajin menulis blog lagi dan nggak hanya buat 31 Hari
Menulis saja.
Tapi
toh, kenyataannya, saya payah. Alhasil
selama setahun setelahnya, saya hanya menghasilkan dua tulisan saja. Keinginan
untuk rajin menulis hilang ditelan bumi. Sungguh, konsistensi itu hal tersulit
dalam hidup, guys.
Saya
juga ingat, tahun lalu saya menyebut menulis adalah berlibur. Kegiatan untuk
refreshing, kegiatan yang merupakan pelarian atas hidup yang kadang menjemukan.
Tahun
ini, lagi-lagi, atas nama inkonsistensi, saya akan bilang bahwa menulis tidak
lagi memiliki makna berlibur bagi saya. Menulis jadi rutinitas, menulis jadi
sesuatu yang harus saya lakukan untuk bagian hidup apapun yang ada dalam diri saya. Blending. Kadang-kadang bisa bikin happy, kadang-kadang bikin saya stres
dan mangkel.
Tapi
apakah istilah yang tepat untuk menganalogikan sensasi itu? Happy-happy sebel. Mangkel-mangkel happy.
Jadi,
sambil mandi sore tadi, saya menemukan analoginya.
Saya
tidak tahu bagaimana dengan orang lain. Tapi makna menulis sendiri nyatanya mulai
berkembang bagi saya pribadi. Writing is
like having sex. Kadang-kadang saya memuaskan diri saya sendiri,
kadang-kadang saya melakukannya untuk memuaskan orang lain. Dan puncak
kebahagiannya adalah ketika saya bisa memuaskan diri saya sendiri dan orang
lain. Undescribeable Writegasm!
Di 31
Hari Menulis, saya dipaksa untuk having
sex selama 31 hari tanpa break. Karena
jika tidak melakukannya, maka saya akan
dapat hukuman. Denda 20 ribu :p
Lucu
kan, ketika sesuatu yang harusnya menyenangkan, jadi menjemukan karena
dilakukan setiap hari, bahkan ketika lagi capek lelah nggak mood sekalipun. Rasanya… duh!
Saya
suka tulisan saya dibaca. Itu tidak bisa dibohongi. Tapi memang, perasaan yang
didapat ketika ada orang yang baca tulisan kita itu bener-bener sensasional.
Dibaca aja udah seneng, apalagi ada yang suka. Dobel seneng! Habis itu ada yang
sampe terinspirasi, sumpah senengnya lipet lipet sejuta. *narsis boleh kan yak
hahaha*
Namun
lagi lagi dan lagi. Since writing is like
having sex, saya belajar banyak.
Belajar mengerti bagaimana biar saya nggak masturbasi melulu (alias nulis yang
cuma saya yang seneng, yang lain nggak paham, ya nggak ada gunanya kan ya?) dan
bagaimana biar nggak melacur melulu (alias nulis cuma supaya orang lain seneng).
Belajar memahami selera pembaca, belajar menahan diri supaya nggak egois
memaksakan keinginan menulis saya sendiri. Sulit banget, saya masih belajar
keras menemukan ritmenya. Menemukan ritme ala saya sendiri. Sampai sekarang sih
belum ketemu -_- hahaha.
Tapi
kok saya tetep ikut seneng ya kalo orang lain seneng… Saya pelacur gampangan yang
gampang orgasme kali ya .__.
Di 31
Hari Menulis ini, saya dengan segala puja puji Tuhan semesta alam, berhasil
menuliskan 28 Fiksi dan 3 Non Fiksi. Fiksi-fiksi ini jenisnya macem-macem. Ada
yang ringan ada yang berat. Ada yang dark, ada yang cerah ceria bahagia. Ada
yang bahasa kalbu ada yang bahasa lugas dan easy
to understand.
Kenapa
saya nulisnya macem-macem? Nggak tahu. Iseng saja. Seperti anak perawan baru
yang lagi coba-coba gaya di kamasutra kali ya. Huahaha.
Mana
yang bagus? Saya tidak tahu, bagus menurut saya, atau menurut yang baca? Memang,
seperti layaknya having sex juga,
butuh banyak-banyak practice untuk
tahu mana ‘gaya’ yang paling bisa ‘memuaskan’ kedua belah pihak.
Sungguh,
saya harus banyak-banyak berlatih! :’)
Saya
pernah mengalami momen ketika writing is
like holiday. It’s a joyful feeling.
Siapa yang tidak suka berlibur tanpa harus keluar kocek? Tapi dengan jujur, saya harus bilang, nampaknya,
kali ini, writing is like having sex
buat saya. Sama-sama senengnya. Tapi juga sama-sama ribetnya. Kalo seneng ya seneng
banget. Kalo mangkel ya mangkel banget.
Terimakasih
31 Hari Menulis. Memberikan kesempatan untuk liburan sebulan sambil having sex :)) Doakan semoga saya tidak impoten ya.
saraahh.. bagus bgd analoginya :)
ReplyDeletesmart!
Sarah udah gede :D
ReplyDeleteWriting is Like Having Sex : Wow.. saya bener-bener salut sama kejujuran tulisan kamu. Saya pernah ngerasain gimana jenuhnya nulis karna jadi rutinitas. Tapi baru kali ini perasaan itu saya baca dalam bahasa manusia.. hehehe (Y)
ReplyDeleteHei..kotak permen karet ayooo nulis lagi. Nih adik-adikmu saja lagi proses #Selapandinanulisfun (35 hari menulis) sama yang SMA buat program #Pitikangrem (21hari menulis)
ReplyDelete