Friday, June 14, 2013

Writing is Like Having Sex

Saya ingat, di tulisan Pamungkas saya untuk 31 Hari Menulis tahun lalu, saya berjanji saya akan lebih rajin menulis blog lagi dan nggak hanya buat 31 Hari Menulis saja.
Tapi toh, kenyataannya, saya payah.  Alhasil selama setahun setelahnya, saya hanya menghasilkan dua tulisan saja. Keinginan untuk rajin menulis hilang ditelan bumi. Sungguh, konsistensi itu hal tersulit dalam hidup, guys.
Saya juga ingat, tahun lalu saya menyebut menulis adalah berlibur. Kegiatan untuk refreshing, kegiatan yang merupakan pelarian atas hidup yang kadang menjemukan.
Tahun ini, lagi-lagi, atas nama inkonsistensi, saya akan bilang bahwa menulis tidak lagi memiliki makna berlibur bagi saya. Menulis jadi rutinitas, menulis jadi sesuatu yang harus saya lakukan untuk bagian hidup apapun yang ada dalam diri saya. Blending. Kadang-kadang bisa bikin happy, kadang-kadang bikin saya stres dan mangkel.
Tapi apakah istilah yang tepat untuk menganalogikan sensasi itu? Happy-happy sebel. Mangkel-mangkel happy.
Jadi, sambil mandi sore tadi, saya menemukan analoginya.
Saya tidak tahu bagaimana dengan orang lain. Tapi makna menulis sendiri nyatanya mulai berkembang bagi saya pribadi. Writing is like having sex. Kadang-kadang saya memuaskan diri saya sendiri, kadang-kadang saya melakukannya untuk memuaskan orang lain. Dan puncak kebahagiannya adalah ketika saya bisa memuaskan diri saya sendiri dan orang lain. Undescribeable Writegasm!
Di 31 Hari Menulis, saya dipaksa untuk having sex selama 31 hari tanpa break. Karena jika tidak melakukannya,  maka saya akan dapat hukuman. Denda 20 ribu :p
Lucu kan, ketika sesuatu yang harusnya menyenangkan, jadi menjemukan karena dilakukan setiap hari, bahkan ketika lagi capek lelah nggak mood sekalipun. Rasanya… duh!
Saya suka tulisan saya dibaca. Itu tidak bisa dibohongi. Tapi memang, perasaan yang didapat ketika ada orang yang baca tulisan kita itu bener-bener sensasional. Dibaca aja udah seneng, apalagi ada yang suka. Dobel seneng! Habis itu ada yang sampe terinspirasi, sumpah senengnya lipet lipet sejuta. *narsis boleh kan yak hahaha*
Namun lagi lagi dan lagi. Since writing is like having sex,  saya belajar banyak. Belajar mengerti bagaimana biar saya nggak masturbasi melulu (alias nulis yang cuma saya yang seneng, yang lain nggak paham, ya nggak ada gunanya kan ya?) dan bagaimana biar nggak melacur melulu (alias nulis cuma supaya orang lain seneng). Belajar memahami selera pembaca, belajar menahan diri supaya nggak egois memaksakan keinginan menulis saya sendiri. Sulit banget, saya masih belajar keras menemukan ritmenya. Menemukan ritme ala saya sendiri. Sampai sekarang sih belum ketemu -_- hahaha.
Tapi kok saya tetep ikut seneng ya kalo orang lain seneng… Saya pelacur gampangan yang gampang orgasme kali ya .__.
Di 31 Hari Menulis ini, saya dengan segala puja puji Tuhan semesta alam, berhasil menuliskan 28 Fiksi dan 3 Non Fiksi. Fiksi-fiksi ini jenisnya macem-macem. Ada yang ringan ada yang berat. Ada yang dark, ada yang cerah ceria bahagia. Ada yang bahasa kalbu ada yang bahasa lugas dan easy to understand.
Kenapa saya nulisnya macem-macem? Nggak tahu. Iseng saja. Seperti anak perawan baru yang lagi coba-coba gaya di kamasutra kali ya. Huahaha.
Mana yang bagus? Saya tidak tahu, bagus menurut saya, atau menurut yang baca? Memang, seperti layaknya having sex juga, butuh banyak-banyak practice untuk tahu mana ‘gaya’ yang paling bisa ‘memuaskan’ kedua belah pihak.
Sungguh, saya harus banyak-banyak berlatih! :’)

Saya pernah mengalami momen ketika writing is like holiday. It’s a joyful feeling. Siapa yang tidak suka berlibur tanpa harus keluar kocek?  Tapi dengan jujur, saya harus bilang, nampaknya, kali ini, writing is like having sex buat saya. Sama-sama senengnya. Tapi juga sama-sama ribetnya. Kalo seneng ya seneng banget. Kalo mangkel ya mangkel banget.
Terimakasih 31 Hari Menulis. Memberikan kesempatan untuk liburan sebulan sambil having sex :)) Doakan semoga saya tidak impoten ya.

4 comments:

  1. saraahh.. bagus bgd analoginya :)
    smart!

    ReplyDelete
  2. Nama Bapaknya SarahJuly 2, 2013 at 9:08 PM

    Sarah udah gede :D

    ReplyDelete
  3. Writing is Like Having Sex : Wow.. saya bener-bener salut sama kejujuran tulisan kamu. Saya pernah ngerasain gimana jenuhnya nulis karna jadi rutinitas. Tapi baru kali ini perasaan itu saya baca dalam bahasa manusia.. hehehe (Y)

    ReplyDelete
  4. Hei..kotak permen karet ayooo nulis lagi. Nih adik-adikmu saja lagi proses #Selapandinanulisfun (35 hari menulis) sama yang SMA buat program #Pitikangrem (21hari menulis)

    ReplyDelete