“Kalau
harus memilih antara dicintai atau mencintai kamu pilih mana?” Sasya mendadak
bertanya pada Reira sembari menyeruput ginger
tea-nya.
“Pilih
bisa mencintai dan dicintai dong, Sya.”
“Nggak…
nggak. Kamu nggak bisa milih dua-duanya. Ini what if… what if… gimana kalo kamu cuma harus pilih salah satu?”
Reira kembali
berpikir sejenak, lalu bergidik. “Aduh amit-amit ya bok. Aku sih masih
berpendapat, love is all about give and
take¸Sya. Give melulu empet di kitanya, take melulu emang kita pengemis sukanya minta-minta. Hahaha!”
“Aduh
please deh. You should help me on this
case, Re. Bantu aku memilih.”
“Hah, apaan
nih?”
“Aku
nggak bisa begini terus. Indra atau Kenny? Aku harus milih, Re.”
Reira menepok
jidatnya. Ini sahabatnya yang satu ini bener-bener laris manis bak kacang
goreng. Dia aja satu belum dapet, Sasya malah kebingungan harus memilih di
antara dua. Tuhan tidak adil.
“Ah,
kamu.” Reira manyun. “Bagi satu kek.”
“Bantuin
aku dulu.”
“Yaudah
sih, ganteng yang mana? Pilih yang lebih ganteng aja.”
Sasya langsung
mencubit Reira. “Iih, ini mah bukan perkara ganteng apa kaga, Sya! Dengerin aku
dulu baik-baik.”
“Okay…
okay…” Reira menjawab malas-malasan.
“Kamu
tau Kenny kan, dan betapa aku selama ini cinta banget sama dia?” Sasya berkata
perlahan, memberi jeda pada kalimatnya, seakan-akan nampaknya ini akan menjadi
cerita yang panjang.
“The highest calling is to love without knowing one
will be loved back, Re. Dan itulah yang
membuat aku mendapat kekuatan untuk terus menerus bisa mencintai Kenny. Ketika
dicintai membuat hati ini hangat, mencintai membuat hati ini hidup.”
“Kamu
pasti tau kan, perasaan puas dan energi yang seakan menjalar ke seluruh tubuh ketika melihat
sosoknya? Atau mendengar suaranya? Ya, seperti itulah besarnya kekuatan cinta
yang aku punya kepada Kenny.”
Reira
mengangguk paham. “Jadi, masalahnya?”
“Tapi
perlahan-lahan, it kills me, Re. Karena aku nggak bisa bohong, aku tetap nggak ikut
bahagia ketika dia sedang bahagia bersama perempuan lain. I still want him to love me back.”
“Kadang
aku berpikir, bukan masalah bagiku ketika akhirnya harus berakhir dengan terus
mencintainya, walaupun aku tahu dia tidak mencintaiku. Tidak apa-apa, aku rela.
Tapi… Melihatnya harus terus denial karena
cintaku, ini rasanya tidak adil. I want
to set him free, Sya.”
“Oke… oke.
Lalu, siapa biang kerok perasaanmu yang satu lagi?”
“Namanya
Indra.” Tukas Sasya. “Kamu pernah nggak sih Re, berada di kondisi dimana berada
di dekat seorang laki-laki rasanya
comforting banget. Nah, seperti itulah Indra bagiku. Dia mampu memberikan
apapun yang aku butuhkan. He treats me
like a princess. Aku sedih, dia ada buat aku. Aku marah, dia siap
mendengarkan. Aku senang, dia ikut senang.”
“Aku
perempuan, dan aku senang dicintai. Itu membuatku merasa aman. Perkara bagaimana
akhirnya aku harus mencintai, itu akan
tumbuh seiring berjalannya waktu kok. Lebih baik dicintai dulu, lalu balas
dengan mencintai.”
“Karena
mencintai itu nampaknya pasti, bagiku, mencintai tak sesulit dicintai. Memilih
mencintai itu bunuh diri, karena itu berarti memilih resiko yang sangat besar
untuk terluka.”
“Hmm I see
I see.” Reira bergumam. “Dengan bersama Indra, maka kamu akan berada di posisi receiving, dan bukan giving, iya nggak?”
“Tidak selalu.” Tukas
Sasya cepat. “You know what, the best
part of it adalah, wajah Indra yang sangat bahagia ketika dia tahu dia bisa
bikin aku bahagia.” lanjut Sasya. “Sedangkan bersama Kenny, rasanya nyesek
banget ketika aku tidak bisa memberikan kebahagiaan buat dia dengan cintaku
ini.”
“Yaudah.
Sama Indra aja. Susah amat.” aku menjawab sekenanya.
“Nggak
gitu juga, Re. Entahlah… To be loved is
like standing in front of a buffet. It means nothing if you’re not hungry.”
Aku
mengaduk cokctailku yang isinya tinggal setengah.
“Jadi,
Re. Indra atau Kenny?”
“Indra
kurang apa sih, Re. Dia udah baik banget sama kamu gitu? Ngapain pilih Kenny?”
Sasya
mendesah. “Kalau saja aku bisa memilih siapa yang bisa aku cintai, Re… I definitely bakal pilih Indra.”
“Tapi
kamu cintanya sama Kenny?”
Sasya
mengangguk perlahan.
“Dan
kenapa kamu merasa harus memilih sih, Sya? Biar aja waktu yang menjawab…”
“Aku
nggak pingin terus membunuh Indra dengan cintanya ke aku, dan membunuh diriku
sendiri dengan cintaku ke Kenny. Aku harus tegas, Sya.”
“I love Kenny. Tapi
melihat dia bahagia dengan pacarnya yang sekarang, membuatku merasa berdosa karena
terus mencintainya. I have to let him go,
Sya.” Lanjut Sasya.
Reira menyedot
cocktailnya dalam-dalam.
Mencintai
atau dicintai… Ketika seharusnya yang ideal adalah mencintai dan dicintai,
bagaimana jika kenyataan berkata kamu harus memilih salah satu?
Kebahagiaan
siapa yang akan kamu korbankan?
To be continued…
No comments:
Post a Comment