Sunday, May 24, 2015

Maaf dari Bapak Kurir


Hari ini hari Minggu.

Saya sedang kesal. Saya lapar.
Seperti yang biasanya dialami oleh proletar-proletar Jakarta pada umumnya, setelah seharian pergi, di Minggu malam semua orang memang malas kemana-mana.

Delivery pun jadi pilihan. Nah, pilihan pertama saya adalah delivery makanan lewat GoFood. Yum yum, scroll sana, scroll sini… Wah, Martabak Pecenongan looks good!
Anyway, Go-Food adalah salah satu fitur GoJek app dimana kita bisa minta diantarkan makanan dari manapun dan kapanpun. See, udah kekinian banget kan saya? Udah early adopter belum?
Namun sayangnya hasrat kekinian ini harus ditahan. Karena sudah setengah jam nggak ada abang ojek yang mau mengambil orderan saya.

Oke. Dunia belum berakhir. Mari kita delivery KFC saja seperti biasa.
Saya pun beralih pesan KFC. Hmm… Bayangan kulit paha KFC yang crispy  dan kentang goreng lezat sudah membayangi.
Setengah jam.
Satu jam.
Satu setengah jam.

Damn! Pesenan saya nggak datang-datang!

Complain ke mbak operator KFC udah. Dua kali pula.
Saya lapar sekali, dan super duper kesal. Saya berjanji dalam hati begitu nanti bapak kurir KFC-nya datang, dia akan saya semprot sambil marah-marah.

Akhirnya setelah dua jam, bapak kurir datang. Saya udah siap-siap mau nyemprot.

“Maaf ya mbak, saya telat banget. Orderan lagi penuh banget nih mbak…. Sekali lagi maaf ya mbak… Untung mbaknya belum tidur…”

Just like that. In a flash, Mendadak saya nggak pingin marah lagi.

Di situlah saya menyadari. Mungkin saya cuma butuh kata maaf. Bapak kurir KFC itu minta maaf pada saya sebelum saya sempat mengucapkan satu kata untuk marah duluan. Bapak kurir KFC itu minta maaf karena mengecewakan saya, permintaan maaf yang berbeda dengan mbak-mbak operator KFC yang minta maaf karena SOP. (Saya jelas tahu ini karena saya complain dua kali, dan direspon oleh dua nama yang berbeda dengan kalimat dan intonasi yang persis sama. Meh.)

Dan untuk beberapa kisah lain, seseorang mungkin sebenarnya hanya perlu satu kata maaf, yang sungguh-sungguh, yang tulus. Bukan karena harus, bukan karena SOP, dan bukan karena ingin dimaafkan.

Permintaan maaf yang benar-benar tanpa ego. Tidak berharap dimaafkan.
Membuat saya kembali berpikir, kapan terakhir kali saya meminta maaf seperti itu?

Entah bapak kurir tadi beneran tulus meminta maaf atau saya aja yang udah terlanjur kelaperan sehingga sudah masa bodo lagi, yang jelas, terima kasih atas pelajaran malam ini, pak :)

1 comment:

  1. Sarah, aku minta maaf ya. Dulu pernah minta nasi mawutmu waktu di Cinnamon. :(

    ReplyDelete