Hari ini hari Minggu.
Saya sedang kesal. Saya
lapar.
Seperti yang biasanya
dialami oleh proletar-proletar Jakarta pada umumnya, setelah seharian pergi, di
Minggu malam semua orang memang malas kemana-mana.
Delivery pun jadi pilihan.
Nah, pilihan pertama saya adalah delivery makanan lewat GoFood. Yum yum, scroll
sana, scroll sini… Wah, Martabak Pecenongan looks good!
Anyway, Go-Food adalah salah
satu fitur GoJek app dimana kita bisa minta diantarkan makanan dari manapun dan
kapanpun. See, udah kekinian banget kan saya? Udah early adopter belum?
Namun sayangnya hasrat
kekinian ini harus ditahan. Karena sudah setengah jam nggak ada abang ojek yang
mau mengambil orderan saya.
Oke. Dunia belum berakhir.
Mari kita delivery KFC saja seperti biasa.
Saya pun beralih pesan KFC.
Hmm… Bayangan kulit paha KFC yang crispy dan kentang goreng lezat sudah membayangi.
Setengah jam.
Satu jam.
Satu setengah jam.
Damn!
Pesenan saya nggak datang-datang!
Complain
ke mbak operator KFC udah. Dua kali pula.
Saya lapar sekali, dan super
duper kesal. Saya berjanji dalam hati begitu nanti bapak kurir KFC-nya datang,
dia akan saya semprot sambil marah-marah.
Akhirnya setelah dua jam, bapak
kurir datang. Saya udah siap-siap mau nyemprot.
“Maaf ya mbak, saya telat banget. Orderan lagi penuh
banget nih mbak…. Sekali lagi maaf ya mbak… Untung mbaknya belum tidur…”
Just like that. In a flash, Mendadak saya nggak pingin
marah lagi.
Di situlah saya menyadari.
Mungkin saya cuma butuh kata maaf. Bapak kurir KFC itu minta maaf pada saya
sebelum saya sempat mengucapkan satu kata untuk marah duluan. Bapak kurir KFC
itu minta maaf karena mengecewakan saya, permintaan maaf yang berbeda dengan
mbak-mbak operator KFC yang minta maaf karena SOP. (Saya jelas tahu ini karena
saya complain dua kali, dan direspon oleh dua nama yang berbeda dengan kalimat
dan intonasi yang persis sama. Meh.)
Dan untuk beberapa kisah
lain, seseorang mungkin sebenarnya hanya perlu satu kata maaf, yang
sungguh-sungguh, yang tulus. Bukan karena harus, bukan karena SOP, dan bukan
karena ingin dimaafkan.
Permintaan maaf yang
benar-benar tanpa ego. Tidak berharap dimaafkan.
Membuat saya kembali
berpikir, kapan terakhir kali saya meminta maaf seperti itu?
Entah bapak kurir tadi
beneran tulus meminta maaf atau saya aja yang udah terlanjur kelaperan sehingga
sudah masa bodo lagi, yang jelas, terima kasih atas pelajaran malam ini, pak :)
Sarah, aku minta maaf ya. Dulu pernah minta nasi mawutmu waktu di Cinnamon. :(
ReplyDelete