Kapan lulus? Kapan
kerja? Kapan kawin? Kapan hamil? Kapan anak kedua? Kapan anaknya kawin? Kapan anaknya nanyain kapan?
Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa semua pertanyaan tentang
kapan itu benar-benar melelahkan untuk didengar apalagi dijawab. Sudah berapa banyak
kampanye #AntiKapan didengung-dengungkan (bahkan sampai ada orang yang bikin
kaosnya), toh nyatanya pertanyaan Kapan itu selalu saja menghampiri. Entah kenapa
pertanyaan tentang kapan selalu ada di sekeliling kita.
Kapan. Seakan-akan hidup ini kompetisi bukan? Seakan-akan
kita pun tahu jawabnya. Kalau kita selalu tahu jawaban dari kapan, lalu buat
apa kita hidup? Dimana seninya? *ahsek*
Ah, nggak ah, saya
tidak akan menulis wisdom dan
ceramah tentang bagaimana kita harus berempati terhadap hal-hal seperti ini
kok. Saya yakin sudah banyak blog dan kampanye yang mengangkat isu menyebalkan
ini :))
Saya justru sedang ingin refleksi diri, karena saya juga
kadang-kadang… entah kenapa… menanyakan Kapan. Padahal sumpah mati saya sampai
jengah dengan pertanyaan semacam ini.
Disitulah saya kemudian jadi mikir, kenapa ya saya
menanyakan hal ini?
Apa yang ada di kepala saya?
Apakah saya benar-benar ingin tahu?
Tidak. Saya tidak benar-benar serius. Sesungguhnya, saya
hanya sedang basa-basi. Karena nggak tahu lagi topik apa yang harus saya
lontarkan dari mulut saya.
Karena jika saya benar-benar peduli… Saya nggak akan
menanyakan hal-hal seperti ini.
Disitulah saya sampai pada titik dimana… Ketika orang-orang
mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan itu, mungkin sebenarnya mereka sedang
kehabisan topik saja, nggak usah dipikir serius.
Like, really,
hal-hal tentang kapan ini sebenarnya nggak usah dibawa ke hati. Orang cuma buat
basa-basi. Ya kalau di luar negeri basa-basinya dengan ngomongin cuaca, kalau
di Indonesia nanyain kapan kawin.
Intinya, nggak usah geer-geer amat kalau orang peduli sama
hidup lo. Itu cuma basa-basi. 5 menit kemudian lupa. Ice breaker semata. Gitu
aja kok repot.
Jadi, kapan?
*ngomong sama langit-langit*
*ditulis sembari bobok-bobok imut sambil menahan nyeri haid
No comments:
Post a Comment