Thursday, December 31, 2009

Note Singkat di Akhir Tahun : Permen Karet Aneka Rasa

I’m sitting here, in front of my Uphi. Dengan jendela tugas sejarah Sospol yang terpaksa menunggu di MsWord tersayang karena saya nggak tahan pengen ngeblog.

Wondering many things in next 6 hours – 1 Januari 2010

Hidup saya sangat banyak berubah. A lot.

Yeah, drastic change in these last 6 months also.

Lalu saya kembali menatap selembar kertas—nggak, lebih tepatnya disebut orek-orekan aka coret2an nggak jelas, tentang wish-list, doa, dan sedikit resensi kehidupan di 2009—kalo anak akuntansi mungkin akan menyebutnya laporan akhir tahun.

Saya lagi-lagi terdiam, diiringi lagunya Jacko – I Can’t Stop Loving You—serius, saya nggak bisa nggak suka sama Michael Jackson <3—realized that I’ve made many mistakes, tapi di saat yang sama saya juga senang karena banyak keputusan benar yang saya buat, dan keinginan yang tercapai.

Big thanks for Allah, saya sampai speechless kalo bersyukur sama Tuhan. Allah baik banget sama saya tahun ini.

Karena kata orang nggak baik lama-lama melihat ke belakang, mari kita lanjutkan cerita ini dengan kepala tegak sorot mata ke depan (busetdah)

Saya memulai tahun ini dengan menjadi mahasiswa, brand new single, dan segudang ektipiti.

By being single, I have no problem. Saya jadi tahu bagaimana caranya lebih menghargai diri saya sendiri, saya jadi punya own quality time, dan entahlah… it just sets me free :)

Bukannya saya jadi kecanduan single sih, hahaha, emak saya bisa nyap-nyap kalo gini haha, enggak kok, hanya saja, saya jadi tahu hal-hal apa yang harus saya perbaiki untuk koreksi ke depannya.

Karena, pada akhirnya, love is the only thing I can’t control. Can’t explain how and why or… how not and why not. Jadi saya lebih baik membiarkannya mengalir, sesuka saya, sesuka hati saya, dan biarkan si hati memutuskan pada akhirnya. To love and to be loved.

My life is too short to be hurried juga kok hehehe.

Dan saya juga masih akan tetap seperti dulu.

Tetap menonton acara-acara TV favorit: Laptop si Unyil, si Bolang, Dunia Air, dan…. SpongeBob Squarepants. Yes, I can’t stop watching SpongeBob Squarepants. Mau diulang sejuta kali juga kartun satu itu teteup nggak ngebosenin buat ditonton.

Dan saya merasa lebih mendapat banyak hal berarti dari acara-acara ini loh :D

 

Lalu,

ALWAYS WAKE UP WITH A SMILE IN THE MORNING.

Pernah baca majalah Bobo kan? Nah kata EnsikloBobo, syaraf-syaraf dan otot yang membuat kita tersenyum itu mampu menstimulasi otak kita untuk merasa senang, walaupun waktu itu kamu sedang nggak senang. Keren kan?

Keajaiban senyuman. Makanya banyak yang bilang senyum itu ibadah :D

*senyum-senyum sendiri*

 

Kotak Permen Karet saya sudah setengah isi, atau setengah kosong—kosong adalah isi, isi adalah kosong, oke. Hentikan—dan saya sangat berharap, permen karet-permen karet baru akan terus berdatangan. Semoga saya nggak bosan mengunyah permen karet-permen karet ini. Memang terkadang saya bakalan capek dan pegel saking seringnya mengunyah, atau saya putus asa karena nggak bisa-bisa membuat balon besar dari permen karet ini.

Tapi permen karet ada berbagai macam rasa dan merk, dan saya berjanji nggak akan putus asa membuat balon-balon yang besar dan indah.

Jadi… permen karet rasa apa saja ya tahun depan?

:)

Seperti biasa, saya tidak mau terlalu banyak punya rencana. Kebanyakan rencana membuat takabur, jadi, di akhir tahun yang indah ini, saya memutuskan untuk berdoa saja…

Untuk segala rasa bahagia yang saya peroleh di tahun ini,

Untuk semua sakit dan sedih yang menguatkan,

Untuk tawa yang membebaskan,

Untuk harapan yang menghidupkan,

untuk tugas-tugas, paper-paper, dan slide-slide dosen  yang menakjubkan itu dan membuat saya……. Oh oke. Nggak usah dijawab

Dan untuk orang-orang luar biasa yang sudah ada di hidup saya, semuanya, yang dengan sukarela mampir dan tetap mau menjadi bagian kehidupan saya, memberi warna magis in every single step of mine.

Jadi di 31 Desember 2009 ini…

Izinkan saya tersungkur dalam rasa cinta, akan hidup :)

 

Salam cantik dan ceria! 

Tetap tersenyum  daan... Happy New Year people! :DD

Wednesday, December 2, 2009

Kebahagiaan Itu Acak

Kayaknya udah seribu tahun saya nggak menyentuh blog ini.

Entah kenapa waktu berasa lari sprint semenjak kuliah, berasa baru kemarin ini ya ospek dan bla bla bla lainnya, eh kok tiba-tiba udah selesai aja nih UTS, malah bentar lagi mau semesteran. Psycho.

Dan sekarang sudah musim hujan, hore! I always love rain!

Setelah kemarin-kemarin ini  cuaca Jogja parah banget. Panasnya demi apapun deh, panas buanget. Berasa di arab. Saya nggak tahu kesalahan ada dimana, entahlah, mungkin neraka bocor atau ada yang lupa nutup pintu neraka.

Atau... this is the real global warming.

Tapi anyway kalo ngomongin global warming, kemarin saya baru baca buku yang sangat menarik. Mmm… sebenernya sih, buku itu, yang judulnya Sains yang Sesat itu adalah buku buat tugas makul Ilmu Sosial Dasar. We have to read that book then discuss it. Tapi bukunya bagus banget looh. Dan you know what, we discuss that book on a coffeshop bersama si mas dosen dan GRATIS. Dosen saya memang keren sekali. Menurut saya kemarin itu adalah kuliah paling asik yang pernah saya alami.

Oke lanjut, saya kebetulan dapat bab tentang global warming. Basi? Iye emang, awalnya. Tapi akhirnya saya siyok juga setelah tahu kenyataan kalo ternyata Global Warming itu cuma hasil ke-lebay-an manusia. Maksud saya, global warming itu nggak sepenuhnya salah manusia. Itu siklus, dan ada pihak-pihak yang diuntungkan oleh adanya isu ini.

Berat? Oke, iya. Sayangnya blog ini nggak buat ngomongin yang berat-berat, jadi kita lupakan saja, kalo mau menilik lebih dalam baca aja sendiri bukunya. Dan better anak sains-sains yang pinter itu deh yang baca ;)

Saya cuma mau bilang, terlepas dari global warming-global warming-an ini, entah benar atau enggak, saya tetap saja merasa saya nggak cukup peduli. Serius, saya ini merasa nggak berbuat apa-apa untuk si bumi yang ganteng ini. Jadi pengen ikut organisasi yang mengajak saya buat peduli sama mas bumi ini deh. Dulu waktu SMA sempet ikut PA dan masuk divisi linghup sih, nah beranjak kuliah, saya enggak mau PA-PA gituan lagi. Bukan apa-apa, males dibentak-bentak dan ditindas lagi aja. Padahal satu-satunya organisasi kampus yang take some action buat lingkungan ya setahu saya cuma PA. Eh iya nggak sih? Apa saya yang kurang gaul aja kali ya :p

Oke. Saya nggak akan buang sampah sembarangan lagi, dan janji nggak bakalan beli pop mie yang bungkusnya sterofoam. Bukan, bukan karena saya takut bumi makin panas, tapi lebih karena bayangkan saja, kamu makan, makanan itu berkumpul jadi eek di perutmu, tapi butuh waktu berjuta-juta tahun buat mengeluarkan eekmu itu, bahkan ada beberapa jenis makanan saja yang bakalan tetap jadi eek selamanya di perutmu.

Masih tega?

 

 PENARI - INSPIRING ME A LOT

Akhir-akhir hidup saya berasa dipenuhi oleh penari. Penari lho, bukan dancer, apalagi sexy dancer. Harap dicetak tebal.

 

Gara-garanya kemarin waktu jadi production crew PSM—Yup, that’s Paduan Suara Mahasiswa, tenang jangan pingsan dulu, saya enggak nyanyi. Saya jadi Production Crew. Iya, saya tahu kok banyak yang siyok waktu saya bilang ”aku ikut UKM PSM loh”. Temen saya, si Afin, waktu ketemu saya pas lagi seleksi bahkan dengan tampang siyok dan mangap teriak, ”Haaaah, Sarah...? Ngapain kamu disini? Seleksi PSM??” dan saya cuma bisa bilang, ”Fin... bukan penyanyi kok... PC...”

*Sabar Sarah, hidup memang kejam.*

Oke lanjut, nah konser PSM itu nggak cuma nyanyi, tapi ada penarinya juga. Dan we have a very nice conversation on the backstage. Sampai saya dan teman-teman PC lainnya nggak tahan pengen nari juga. Keren banget loh narinya. Serius.

Nggak cuma itu, kemarin waktu observasi buat tugas Dasar-Dasar Penulisan kelompok saya main ke desa penari. Intinya desa itu isinya penari yang sering nari buat Ramayana Ballet di Prambanan itu. Nah, kita sempet main juga ke rumah seorang bapak. Umurnya sudah 50-an. Tapi dia masih nari. Anaknya semua menari, sampai cucunya-pun nari. Buset dah

Dia cuma dibayar paling mahal 50.000 rupiah sekali tampil, tapi dia sama sekali nggak masalah dengan itu semua. Dan dia selalu bilang, ”Menari itu passion. Kalau saya sakit, menarilah yang bikin saya sembuh...”. Hm, itu bikin hati saya mencelos.

Bapaknya itu baik banget! Dia memberi kita kesempatan buat nonton Ramayana Ballet free di Prambanan. Dia mengantar kita dari rumahnya dan bersikeras buat naik motor saja—padahal kita sekelompok naik mobil semua. Padahal saat itu hujan gerimis.

”Nggak usah mbak. Saya kan nanti mau pulang duluan, saya mau nemenin istri yang sakit...”

How sweet...

You know what, kebahagiaan terbesar di dalam hidup ini adalah ketika kita bisa melakukan apa yang kita suka. Dan itu bikin saya sadar, kayaknya hidup saya akan sangat menyedihkan deh kalau cita-cita saya cuma dapat uang banyak dengan karir mentereng.

Happinnes is so random. Kita nggak akan pernah tahu apa yang kelak bisa bikin kita merasakan kebahagiaan yang sejati. Dan itu yang bikin saya hanya mengucapkan ”Semoga kamu bisa jadi orang yang bahagia.” di setiap ucapan-ucapan selamat ulang tahun untuk teman-teman saya.

 

Oke. Ini saya selipkan beberapa foto.

Tolong jangan ketawa, secara ini ngambilnya pake kamera digital dan dengan talenta fotografi seorang Sarah Karinda yang sangat payah.


Akhir-akhir ini saya selalu bawa kamera pocket kemana-mana. Itu bikin saya jadi kepingin belajar moto... ;( Ayo dong siapa mau ngajarin? Tapi dengan bahasa bodoh tentunya.

Hal-hal lain yang bikin saya tambah ngefans sama penari adalah :

Satu, karena jelas deh, mereka narinya keren parah . Atraktif tapi tetap chic. Love it!

Dan dua : KARENA BADAN MEREKA BANGET BAGUUS BANGET BANGET. Impian deh. Itu lho, yang lentur, kencang, dan sehat. Bagus banget bentuknya. Bukan langsing artis, tapi lebih ke kuat dan terlihat segar. Iya, iya, saya cukup tahu diri dengan menyadari sepenuh hati bahwa saya nggak punya bakat nari.

Jadi bagaimana supaya bisa punya badan sehat seperti itu?

Kayaknya jalan satu-satunya adalah semoga program swim-nesday saya berjalan long lasting. Amin. Hari Rabu adalah hari berenang. Tolong ya Tuhan, kuatkan iman saya, secara pagi ini saya saya sudah mengingkari janji saya sendiri -________-

Toh di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat, cailah :p

 

Dan dengan segala kegiatan mahasiswa ini, saya sadar, saya jadi jarang punya waktu luang di rumah. Saya bahkan pernah 3 hari enggak ketemu adek saya padahal kita semua sama-sama tidur di rumah yang sama malamnya. Payah banget. Dan menurut saya itu sama sekali nggak keren. Karena tahu nggak,saya akhirnya sadar hal-hal yang terbaik justru ketika saya bisa ada di rumah, di ruang tengah, makan nasi goreng telor dan nonton Opera Van Java bersama adik saya.

Sure.

 

Goodnight people! Xx

Sunday, October 4, 2009

Life Like a Shell

Saya lagi kacau. Titik.

Gini lho,

Pernah nggak sih kalian merasakan sesuatu, seperti kepingin banget mengucapkan kutukan Avada Kedavra-nya Voldemort. Itu lho, Avada Kedavra, kutukan kematian.

Nah, itu tepatnya yang saya alami. Tapi saya enggak tahu harus mengucapkan kutukan itu ke siapa. Karena emang enggak ada yang harus dikutuk. Dan membunuh itu berdosa.

Hal-hal terbaik dari mempunyai sebuah diary dari zaman SD sampai kuliah adalah kamu bisa mengamati perkembangan pola pikirmu.


Seringnya sih saya cuma ngakak membaca bagaimana saya marah nggak karuan, tapi kadang saya bisa malah kaget mengingat bagaimana saya yang dulu bisa lebih wise, lebih mature, dan lebih bersemangat dari sekarang.

Cuman semakin tua, diary saya semakin nggak berwarna. Saya selalu lebih suka membaca diary SD saya. Pure aja.

Maksud saya, gimana sih caranya mempertahankan passion?

Passion saya fluktuatif banget, kadang membuncah-buncah enggak karuan rasanya semua kepingin dikerjain hari itu harus selesai, kadang bisa jatuh ke titik di bawah nol—ya kayak sekarang ini, cuma ngadep laptop dan curcol lewat blog.

Karena semakin lama saya kuliah, semakin saya bisa menikmati semua subject kuliah saya, saya malah jadi semakin kabur dengan jalan hidup saya. Dan nggak cuma itu, semakin banyak pula hal-hal yang jadi kebawa pikiran. Dasar mahasiswa.

Setiap keluar dari kelas Pengantar Ilmu Politik, selalu mikir, emang beneran sebanyak itu ya orang jahat di dunia ini? Terus aku harus gimana? Selama ini aku cuma protas protes mulu bisanya. Emangnya gampang ngurus negara segede gini?

Setiap keluar dari kelas Sejarah Sospol, selalu mikir, i know nothing about my own country. It’s too much beautiful. Negaraku unik banget. Tapi aku tahu apa?

Dan hidup itu memilih.

Kalau saya lagi bener, lamunan saya adalah antara membayangkan konsentrasi apa yang akan saya pilih besok di semester 3, media dan jurnalistik atau komunikasi strategis?

Kalau saya lagi slebor, lamunan saya adalah antara mau punya anak berapa ntar? Atau mau merit umur berapa baiknya?

Emak saya tiap saya tanyain tentang hal-hal kayak gitu, baik yang bener maupun yang slebor, cuma menjawab: ”Kamu itu ya nak, belum sampe jembatan kok udah mau nyebrang...”

Bener juga ya.

Terkadang agak kagum dengan teman-teman yang sudah bisa bilang, ’besok aku mau jadi ini, lulus sekian tahun, habis itu kerja di sini, terus ngelanjutin di sini, soalnya aku udah jadi ini ini ini dan suka ini in ini dan bla bla bla.’

Sementara saya sekarang malah jadi mikir dua kali lagi.

Ibarat kalau Tuhan itu tukang lampu, jalan yang saya injak sekarang ini lagi kena pemadaman bergilir. Lol.

Jadi saya ya cuma bisa meraba-raba. Nunggu trafonya dibenerin.

Kemarin saya barusan menonton Dunia Air di Trans7. Entah kenapa saya selalu suka nonton acara-acara beginian. Si Bolang, Laptop si Unyil, Kisah anak Nusantara, Mancing Mania...dll :p inspirational dan keren. Nggak kalah sama Discovery Channel. Kenapa harus keliling dunia kalau di Indonesia semuanya ada? Heheh, lebayyy...

Nah dari Dunia Air itu juga saya tahu kalau mutiara itu dihasilkan dari kerang yang terkena iritasi.

IRITASI.

Maybe i need some iritation too. Perih perih gimana gitu kan kalo kena iritasi, kalau mata bisa jadi belekan, hehe. 

Lanjut... Jadi maksud saya, nasib orang siapa yang tahu? Setiap orang toh punya luck-nya sendiri-sendiri. Dan saya masih merasa absurd dengan luck saya.

Kalau kamu ingin tahu, cita-cita saya waktu TK adalah menjadi seorang astronot. B-)

Dan saya baru tahu kemarin, itu aja lewat notesnya bang Renung—temen saya yang skarang nglanjutin di Nanyang Singapura—kalo disana ada jurusan Aero Space. Ihwaw. (Ayo bayangkan dulu manusia bernama Renung itu sepintar apa…. :p) 

Dan setelah itu, bayangkanlah saya menjadi mahasiswi jurusan Aero Space:

“Ah Aero Space cincay. Otak Renung mah cuma sepertiga otak gueeh.”

Demi Gusti Kanjeng Nabi dan bumipun gonjang ganjing.

Nah tuh kan obrolan hari ini mulai nglantur dan tidak berisi. Maka mari kita akhiri saja.

Ohiya, jangan ada yang menganggap obrolan saya tentang Aero Space itu ada seriusnya. Astopiloh, saya cinta subject saya di kampus teramat sangat. Seriuus. Aero  Space itu hanyalah.....….

Mimpi, emm bukan. Can’t imagine aja, lah ngitung trigonometri aja idung saya udah berasa mau meletus terus bunyi ceussss.

Obsesi? NO NO WAY. Kalau iya, sekarang saya sudah berakhir di Rumah Sakit Jiwa Pakem. Maaf, batang otak anda keluar jamurnya….

Oke. Jawabannya ya tetap cita-cita, keinginan.

WAKTU TK! –harap di BOLD dan digaris miring. 

Itu yang kepingin saya ingat lagi sekarang. Siapa yang tahu ya, keinginan kita saat ini, besok waktu kita umur 40 tahun juga cuman jadi bahan lucu-lucuan. Jadi inget dulu waktu tante kuliah kepinginnya jadi ini....

Gila.

Itu yang bikin saya gak mau kebanyakan berandai-andai dulu saat ini. Rencana yang saya buat saat ini hanyalah sebatas untuk menjadi motivator personal saya. Harus ada untuk memastikan saya masih ada di track yang benar. Jalani apa yang ada di depan mata sebaik mungkin—sekarang aja belum bisa saya lakukan secara optimal. Masih males. Masih ditunda-tunda.

Saya enggak mau dibutakan rencana. Dibutakan keinginan. Takut takabur.

Bukannya terus jadi pesimis ya, tapi ya jangan TERLALU optimis aja...

Enggak mau nyebrang sebelum sampai jembatan. That’s all.

Toh nasib cuma Tuhan yang tahu.

Ya kan?

But, I think, it’ll be more proudful ya, kalo cita-cita waktu jaman dulu jadi kenyataan...

Gitu aja sih kalo mau jadi idealis. Tapi kita hidup di dunia yang super realistis..........

Sial. Blog ini baru terkena iritasi.

Clean it up ya Sarah, kerang aja butuh waktu 28 bulan buat menghasilkan mutiara, itu aja pake dikerubung kotoran2 laut nggak jelas dan harus dibersihkan tiap 50 hari sekali… hehehe :p Selain itu, kerang tetap enak dimakan ketika udah nggak bisa lagi produksi mutiara.

Life like a shell… Enak rasanya, keras, dan menghasilkan mutiara… Walaupun jelek dan nggak seindah terumbu karang J

(jadi inget teman saya yang namanya mutiara, hey Muti, bagaimana kabarmu di ranah Jakarta sana wahai teman mambu sentosa? :p Gimana, sudah dapet anak kriminologi UI yang pas buat aku? dan tentunya harus jadi detektif besok...—lucu aja kan kalo punya suami detektif? :p hidupmu pasti 180 derajat berubah.

Sayang... sori, aku harus ngilang selama sebulan, hubungi aku di nomor baruku ini, dan ingat, aku bukan lagi Wisnumu yang ganteng,  selalu panggil aku Ngatijo di setiap smsmu... aku adalah seorang nelayan. Maklum sayang, penjahat kali ini adalah mafia agen narkoba via kapal selam. I Love You.

 

Okay. Sudah malam.

Mood saya sedang hancur nih, jadi maaf ya kalau isinya agak dark… :p

 

Saturday, August 29, 2009

Hati yang Gembira adalah Obat (seriously)

Ini satu cerita lagi tentang sakit.
3 hari ini saya sakit lagi. demam tinggi yang naik turun enggak jelas juntrungnya--menggigil nggak karuan dan selimut 2 lembar rasanya nggak cukup.
Dan akhirnya saya ke dokter (lagi) dengan mata panas dan badan meriang sana-sini.
Sampai sana, masya allah, ngantri ada kali 12 orang, ya sudah, sabar.
Iya, sabar, secaraaaa...
Saya melihat orang-orang yang bentuknya lebih menggenaskan dari saya. Mas-mas di depan saya, badannya gede dan manly gitu ya bentuknya, tapi--taraaa--kok ngglendot bobokan gitu ke simboknya. walah.
Saya nggak ngerti ini termasuk kategori apa dalam dunia perlaki-lakian tapi kok rasa-rasanya kalau udah kayak gini pasti sakitnya udah nggak nahan banget. Dan tiba-tiba saya merasa sembuh di ruangan itu.
Ada bapak-bapak yang batuk batuk nggak berhenti-berhenti sampe berapa kali gitu hampir muntah.
Ah banyak deh.
Dan saya cuma bisa liat-liatan sama adek saya--sekali lagi, saya merasa sembuh dan langsung merasa kuat.

Ohiya, masa menanti bu dokter yang kurang lebih selama sejam itu, digantikan dengan masuk di ruangannya enggak ada 2 menit--curhat saya diputus sama si ibu dokter dengan penuh rasa tega. Mungkin curhat tentang menggigil itu nggak penting dan nggak ada hubungannya ya dok ya? Yah... padahal kan saya kepingin ceritaa (nggak penting).

Pulangnya, saya menatap lagi bungkus obat dari si ibuk dokter.
Hati yang gembira adalah obat.
Agak trenyuh juga.
Waktu sakit diaria,
--OKE. SPELLING YANG BENAR ADALAH DIARRHEA. Teman saya entah dia nyari dimana bahkan sekalian menunjukkan filosofi dari kata itu:
dia=keseluruhan
rhea=rhein=sungai=mengalir
jadi diarrhea adalah mengalir seluruhnya.
ini memberi pelajaran bagi saya untuk nggak sok menggunakan istilah asing--apalagi istilah kedokteran!--dalam tulisan saya tanpa buka kamus!
Ah. But still, diaria lebih gampang dibaca kan? hahaha. Makanya saya tetap akan pakai nama Diaria, biarlah itu jadi nama sayang saya buat dia--hosh.

Back to the topic,
waktu sakit diaria, tulisan hati yang gembira adalah obat juga sudah ada lo.
Tapi baru saya cermati sekarang.
jadi saya bertekad untuk lebih gembira. yay! mungkin selama ini saya kurang gembira. Terlalu kepikiran oleh semua rencana-rencana yang sudah saya susun--yang akhirnya terbengkalai semua gara-gara sakit-sakit ini.
Terlalu banyak punya rencana ternyata buruk juga--dan Tuhan memperingatkan saya dengan sakit saya ini.

Entah kenapa kok tiba-tiba jadi keinget Marshanda ya? Harusnya dia lebih gembira, pasti sembuh deh dia Enggak setres kayak gitu. Dan cuma ngasih tahu saja, kenapa sih orang2 pada nggak baca twitternya dia, lebih komplit dan hot loh daripada videonya. Beneran!
Saya punya twitter tapi nggak pernah buat update status, melainkan buat ngikutin ceritanya artis. Haha gak penting ya :p Serius, agak gimana geto waktu tahu kalo Vincent Club Eighties itu ngajak Tora Sudiro minum Jack Daniels. Hiks. Secara saya suka banget sama Vincent.
Twitter adalah infotainment paling update dan private! Serius! Try this at home! ;p

Oke oke. Sekarang jam 11 dan saya di depan laptop, malah lebih memilih ngeblog daripada ngerjain essay DasPen-nya mas Syafrizal. Ziiing....

Change your window, saraah! MsWord time!
Nite people!

diarrhea--mengalir seluruhnya
filosofi yang indah, namun tak seindah rasanya o.O

Sunday, August 23, 2009

Diarrhea aka Diaria (huahahaha)

Jadi si sinilah saya. Sebulan lebih nggak ngeblog. Saya benar-benar seorang blogger yang buruk.
Sebulan belakangan ini saya habiskan 3 minggu dengan pergi ke dunia fana, ke Indramayu bersama si mama dan papa. Agak menakjubkan rasanya, karena yeah, setelah 3 tahun kamu hidup sendirian, walaupun cuma 3 minggu merasakan lagi makan disuruh-suruh dan nonton tivi ada yang nemenin bikin kamu jadi ketagihan huehehe. Bahkan saya menikmati rasanya dimarahin.
Dan apa akibatnya, pulang-pulang dari sana, saya langsung jatuh sakit. Dan itu membuat semua yang saya rencanakan ketika pulang ke Jogja jadi berantakan. Fyi, sakit saya nggak elit banget, diare aka m**cr*t. Untuk selanjutnya, sebut saja penyakit laknat ini dengan nama versi inggrisnya—diaria. Mungkin aja bisa terdengar sedikit ngangkat -____-
Si diaria ini membuat saya jadi enggak bisa bangun dari tempat tidur dan saya dan seorang teman saya setuju, penyakit ini membuat seluruh semangat kamu seakan hilang. Takut bergerak, karena berubah posisi dikit aja bisa membuat perutmu demo lagi. Takut pergi dari toilet karna malas bolak-balik. Dan imodium adalah makanan sehari-hari. Saya sangat berharap, semoga teman saya ini besok bisa menemukan cara menyembuhkan penyakit diaria dengan sekali kedip. Serius. Besok dia harus jadi dokter spesialis penyakit diaria—mungkin besok bisa deh dibikin. (Ya nggak, mbe? :p)
Parahnya, diaria ini membuat semua 3 kilo lemak yang saya timbun waktu di Indramayu (tentu saja, dengan mama di samping saya, asupan gizi saya jadi overload), menyusut lagi kembali ke takaran asal. 44 kilogram. Grr. 47 kilogram tinggal mimpi. :8
Dan sayapun ikut ospek dengan bayang-bayang diaria.
Ngomongin ospek, Oh my gooood, ospek saya coooooool banget. Hahaha. Gojlok-gojlokan is soooo yesterday ! :D Dan kami masih bisa kompak tanpa itu semua!
Saya dulu sempet wondering loh, kenapa harus ada ospek? Kenapa di luar negeri nggak ada? Sempet mikir juga kalau tetek bengek ini wasting time semata. Tapi sekarang saya menemukan jawabannya : Kekompakan memang lebih gampang didapet kalo orang lagi susah. LOL.
Walaupun ospek saya bersih dari yang namanya dimarah-marahin tetep aja tugasnya wuidih dan harus dikerjain bareng-bareng dong. Tahu deh, kalo lagi susah pasti lebih kepingin kerja sama hahaha. Itulah kenapa orang desa lebih kompak daripada orang kota. Orang desa lebih ngerasa susah dari orang kota. Hahahaha.
Ini apaan sih, postingan yang makin lama makin ngaco aja.
Ohiya, saya juga mau cerita, Agustus ini adalah bulan yang sangat berat buat saya. Secara saya harus kehilangan 3 orang yang paling saya sayangi. 2 orang shabat terdekat saya—mereka semua minggat ke Undip. Tega ya? (bawa pisau siap membunuh) dan 1 orang pacar saya. Yes, we ended up this 2 years relationship. Hiks hiks. Feels pretty hard lho awalnya, but the show must go on. Saya tetap harus survive di dunia saya yang baru.
Satu lagi, selamat ulang tahun Indonesia! (telat banget) Hari kemerdekaan Indonesia sukses bikin daerah di sekitar kampung saya jadi amazing banget karena penuh dengan lampion-lampion lucu. Berasa ada di China Town lho kalo malem malem lewat situ—lebay.
Dan besok hari pertama kuliah!
Semangat saraaah ! :D
XOXO

Thursday, July 16, 2009

You are Your Best Friend

Lama juga ya saya enggak ngeblog hehe.

Saya sedang merelakan masa SMA saya, dimana itu berarti saya harus kuliah, dan nggak bisa dikategorikan TEENS lagi, dan fokus belajar untuk bekerja – jah.
Ngomong-ngomong tentang bekerja, tadi saya ke bank loh—hubungannya apa?
Sebentar, sebentar, sebelumnya, ketika saya baru keluar dari rumah saya menuju bank, saya melihat....
ULAR.
IYA, ULAR.
Di depan rumah tetangga saya, dengan diameter sekitar 10 cm dan panjangnya ada kali 2 meter. Beneran saya enggak bohooooooong.
Dan kamu tahu tidak, ekspresi normal saya seharusnya :
Sarah Karinda naik motor, matanya tiba2 melihat seekor binatang melata yang besar sekali, ia pun menjerit ketakutan, ia sampai nggak sanggup melajukan motronya lagi, seluruh tetangga keluar dan akhirnya beramai-ramai membunuh binatang itu.
Tapi sebagai seorang gadis yang speed mikirnya tidak terlalu cepat—oke, lemot—ekspresi saya malah jadinya kayak gini:
Sarah Karinda naik motor, bersenandung sok merdu pelan nyanyi lagu One Day in Your Life-nya Michael Jackson, lalu tiba2 ia melihat seekor binatang melata besar sekali, ia terus melajukan motornya pelan2, berpikir sejenak, binatang apa itu? Besar sekali, panjang 2 meter, dan bersisik??? WHAT? BERSISIK? Di kampung kecil nan asri??
Dan ketika Sarah Karinda tersadar, ia sudah sekitar 20 meter dari gang tempat dia melihat binatang bersisik
slash ULAR itu. Lalu dengan telatnya baru mengeluarkan ekspresi terkejut.


Inilah untuk pertama kalinya saya sebut lemot itu menguntungkan.
Coba ya, kalau saya mati kaget gara-gara lihat makhluk sebesar itu, terus saya jadi jatuh dari motor?
Mending kalo cuman jatuh dari motor, gimana kalo jatuh dari motor—terguling—si ular merayap ke arah saya yang terkilir (jah)—dan finally saya berakhir jadi santapan ular—lalu headline Minggu Pagi adalah gadis desa manis cantik mati dimakan ular Piton.

Ha. Kumat deh lebaynya.

Tapi serius, ITU ULAR DARI MANA COBAA???
Karena begitu saya pulang, ular itu sudah enggak ada.
Tau ah gelap. Mungkin dia jelmaan Suzanna si Ratu Ular yang arwahnya gentayangan gara-gara anaknya masih rebutan harta gono gini sama suaminya.
Dasar penggemar infotainment tulen.

Kembali ke topik, itu tadi pertama kalinya saya pergi ke bank dengan orientasi menabung. Ini ironis sekali karena ayah saya kerja di bank dan saya bahkan belum pernah menabung satu kalipun.
Sorry daddy :B Slogan Ayo ke Bank! mungkin tepat buat saya, Ayo ke Bank, lari ke ATM dan ambil uangnya lol.
Kalau saya sedang dapat uang, saya lebih suka menyimpannya dalam bentuk tunai, dan tahulah, uang tunai itu ada untuk dipakai dan dalam sekejap pasti langsung lenyap ehehehe.
I have to change this bad habit.
Walaupun kalau untuk urusan belanja sebenarnya, saya sama sekali enggak
IMPULSIVE. Serius. Kalau saya ke shopping centre tidak dalam rangka belanja, saya jarang sekali berakhir dengan kantong belanja di tangan saya.
Lain lagi ceritanya kalau memang sudah niat, naah saya selalu memilih untuk sendirian waktu belanja, karena selain saya kasihan sama orang yang nemenin saya belanja keliling setiap toko—ingat, semua toko bakalan saya masuki, karena saya tipikal yang nggak bisa jatuh cinta pada pandangan pertama hehe—tapi juga karena, hmm...
being alone is completely fuuuun!
Kemarin waktu saya ke toko beli jeans, sedikit cerita nih:
Dengan wajah agak agak mengintimidasi saya ngomel sama si mbak pelayan toko, aduh mbaak masak nggak ada yang size S sihh?
Duh mbak, abis, adanya tinggal M, L, sama XS.
Sarah Karinda menatap mbaknya dengan tatapan, sumpe lo XS? Badan anak kuliah gini dikasih XS?? (ciee, anak kuliaah? :p)
Dicoba dulu aja mbak XS-nya...
Yaudah deh mbak, tak cobanya aja (tersungut2 menuju ruang ganti meninggalkan si mbak begitu aja)

Dan selanjutnya kamu tahu apa?
Jeans
skinny yang sudah saya jatuhi pilihan diantara sekian ratus merk jeans lainnya itu sangat PAS di pinggul, dan malah sedikit kebesaran di bagian pergelangan kakinya.
Si mbak pelayan tokolah yang akhirnya gantian menatap saya dengan pandangan anarki karena waktu sekitar 10 menitnya tadi terbuang sia-sia dengan mencari jeans ukuran S untuk seorang cewek sok kegendutan yang walaupun ketemupun pasti nanti nggak jadi dibeli.
Aduh, maaf ya mbaak, hehehe.
Holy shit.
Padahal kan saya liburan ini bagaikan beruang mau hibernasi yang menimbun makanan sebanyak-banyaknya hik hik.
XS?
God. Mungkin saya beneran cacingan.

Saya pulang dengan membawa 3 kantong belanjaan. Mampir ke toko buku sebentar beli novel dan nggak sengaja melihat pembantas buku lucu dengan tulisan:
When I have a little money, I buy books. And if any is left, I buy food and clothes.
Sebenarnya kalo versi saya urutannya adalah
food-books-clothes. Hehehe. (Dan dengan jeans ukuran XS saya bisa bilang, urutan nggak ada bedanya deh TT)
Pembatas buku itu akhirnya juga berakhir di salah satu kantong belanja saya lho
anyway.

Saya cuma mau bilang, saat belanja waktu itu sangat mengasyikkan. Bukan karena puas dengan barang2 yang kamu dapat (oke, itu juga sebenarnya lol), tapi lebih karena saya sukaaa being alone. Dan menjadi sendiri tidak selalu menyedihkan.
Everyone needs their own time kaan?

I’m officially out of high school now. Dan walaupun semua orang bilang high school never end, kenyataannya itu semua pasti berakhir. Dan kata-kata kodian semacam friendships are forever itu memang nyata ada, tapi hadapilah, semua enggak akan sama lagi.
Trust me, I felt it for thousands times. Hei, ingat, saya pindah sekolah hampir 7 kali! Bukannya semua itu lantas berakhir begitu saja, kami masih selalu rajin berkomunikasi, tapi yah itu tadi, semua nggak akan sama lagi
Toh saya masih punya buku kenangan 64—yang sangat
awesome!—kalau sewaktu-waktu saya kangen dan kepingin flashback.
Seperti yang mama saya selalu bilang:
You have your own new life—dan jalanilah.

Teringat salah satu lagu Alm Michael Jackson yang saya suka banget—
You Are Not Alone
(Menghabiskan waktu dengan si mama yang selalu nangis melihat berita kematian Michael Jackson di TV membuat saya nggak mungkin nggak ikut suka dengan lagu2nya. Gimana enggak, mama enggak pernah absen menyetel Michael Jackson top 40 di MTV dan dengan quote andalan:
Mama dulu dance group SMA pake lagu ini naak lagu inii! Lagu ini! Hiks hiks hiks. Dan tissue pun diambil lagi.
Aku nangis heppi karena Tuhan telah menciptakan MJ tuk jadi bukti bahwa Allah seniman besar. Subhanallaah…
Serius, ini saya lagi enggak lebay. Ini nyata dan beneran—jadi, mungkin mama saya ya yang lebay ya :p)

You’re not Alone adalah lagu yang sangat bagus.
People come and go. Jadi, satu-satunya yang bisa membuatmu merasa enggak sendiri adalah dirimu sendiri! You are your best friend. Itulah kenapa banyak orang yang bisa merasa sepi di tengah keramaian—bahkan ketika dikelilingi banyak teman.
Yesterday was a greeeat day. Because i was alone and I didn’t even feel lonely.
Dan kemarin juga saya tahu,
I’m ready for my new life.

Thanks for giving me such a perfect high school life :D we gotta go our own way right?

malam tutup tahun--lucu lucu ya kostumnyaa? ;p

wisuda--perfect small class ♥

Good day everyone!
;D
(Menutup catatan kecil ini dengan masih penasaran, ular oh ular, ular apakah yang kemarin tiba-tiba muncul dan lalu hilang tanpa pernah muncul lagi? Diameter 10 cm Panjang 2 meter. Nggak mungkin kan ular sawah bentuknya kayak gitu?? )

Wednesday, June 17, 2009

Ganyang Malaysia? Krik Krik.

Setiap hari nonton televisi yang beritanya melulu tentang konflik Indonesia-Malaysia lama-lama bikin bĂȘte juga.
Bete dengan berbagai macam alasan ya, selain karena bosan dengan berita yang itu-itu melulu enggak selesai-selesai, atau alasan kodian semacam geram gara-gara merasa dibodohi sama Malaysia, tapi juga bete gara-gara saya baru sadar inilah waktu buat kita untuk aware.
Maksud saya, Malaysia colong sana colong sini itu bukan tanpa alasan kan? Oke deh, mereka mungkin emang butuh sesuatu untuk dibanggakan tapi...
Catat ini, pasti mereka merasa lebih punya hak untuk ’ngepek’.
Contoh aja, untuk hal-hal sesimpel bunga bangkai yang mereka jadikan icon dan bahkan dimasukkan ke iklan Malaysia Truly Asia-nya mereka itu. Saya lihat sendiri iklan itu dengan mata kepala sendiri. Padahal kita semua tahu, bunga bangkai itu yang menemukan adalah mas Raffles yang gubernur jenderal Inggris itu, di Bengkulu.
Satu yang kita harus catat, kita enggak pernah bikin iklan Indonesia Very Truly Asia—or whatever—dengan icon bangkai.
Ya, kita keduluan.
Begitu juga yang terjadi dengan batik. See, pagelaran batik yang diramaikan para artis baru deh ramai setelah huru-hara batik direbut malaysia.
Ngik. Telat lagi...
Mau tahu alasan mengapa Pulau Sipadan-Ligitan akhirnya dengan sukses diambil malaysia?
Mahkamah Internasional menyatakan, banyak orang Malaysia yang tinggal di sana, it means di saat yang sama, Malaysia lebih memanfaatkan pulau Sipadan-Ligitan daripada pemiliknya sendiri—ya kita ini.
Tahu tidak, waktu penduduk di perbatasan Ambalat sana ditanyai tentang betapa hotnya hubungan Indonesia-Malaysia ini, mereka mengaku keadaan di sana tenang-tenang saja. Mereka bahkan percaya tidak mungkin akan ada perang, dan akan sangat sedih kalau benar-benar kejadian. Soalnya, hasil pertanian mereka hampir sebagian besar dijual ke Malaysia. Tuh kan, yang disana stay cool kok kita stay hot? Hehe.
Saya bukannya membela Malaysia, cuman saya sebal saja kalau solusi yang diambil terus sok-sokan nantangin perang. Kayaknya masih ada cara yang lebih smart dan berkelas deh. Menurut saya ini jadi kayak anak SMA tawuran gara-gara alasan klise dan krik krik banget : harga diri.
Karena saya pikir, persoalan ini ya Cuma kayak geng-geng cowok SMA yang punya musuh bebuyutan gara-gara dendam yang menurun dari generasi ke generasi. Iya kan, Indonesia kan yang menyulut sendiri slogan Ganyang Malaysia itu pas jamannya Bung Karno—yang kata guru Sejarah saya cuma cara bung Karno untuk mengalihkan perhatian masyarakat Indonesia dari masalah ekonomi yang enggak bisa dia selesaikan, entahlah, i dont know much about history, so i wont talk more lol.
Saya tidak tahu apakah dengan menang perang, harga diri kita akan naik lagi atau bagaimana. Yang jelas, kita semua tahu, Amerika Serikat sudah menang perang, dan—yeah—kita malah semakin sebal dengan tingkah congkak itu.
Untuk masalah se-complicated Amerika-Irak saja, perang masih tidak menyelesaikan apapun.
Mungkin dunia akan ketawa kalau dengar Indonesia-Malaysia perang gara-gara Manohara Odelia Pinot lol.
Karena saya selalu yakin, perang nggak akan menyelesaikan apapun.
Selalu ada beribu jalan menuju Roma. Daripada kita misuh-misuh dan mengacung-acungkan bendera perang, kayaknya lebih baik kita belajar menghargai negara kita sendiri dulu deh. Semua kan dimulai dari diri sendiri 
Ayo ayo kita berbuat hal-hal yang baik untuk negara kita. Jangan sampai keduluan lagi, jangan sampai kita baru protes setelah semuanya terlambat. Setidaknya, saya merasa bersyukur ada kejadian seperti ini karena membuat kita semua mendadak jadi nasionalis.
Mungkin kita akan merasa harga diri jadi naik setelah menang perang, tapi belum tentu yang lain akan melihat kita seperti itu juga, Ya kan?
Lagian, kayak kalau perang pasti menang aja deh, huehehehe.

Mau membangkitkan semangat nasionalis? Klik this site:
www.dontvisitindon2008.blogspot.com
Ini blog yang isinya menjelek-jelekkan Indonesia. Dan kayaknya better kalau kita hanya baca saja blog ini dan nggak usah menanggapinya, apalagi pake misuh-misuh. Dibaca saja, mungkin kita jadi bisa instropeksi, kenapa Indonesia bisa jadi kayak gitu atau setidaknya membuat orang lain berpikiran kayak gitu.

Saya sangat cinta negara saya :)

Tuesday, June 9, 2009

Present For Future

Saya punya cerita tentang wrapping and gift shop.
Jadi ceritanya, kemarin saya pergi ke Kado Kita Sagan, mencari kotak kado untuk kado ulang tahun buat si pacar. Dan saya tiba-tiba mikir saja, kalo atmosfer toko ini ternyata lucu sekali.
Ada yang sadar nggak sih, kalo sebuah
Gift Shop itu adalah toko yang penuh cinta? Maksud saya, kamu bisa melihat banyak orang datang di sini, dengan berbagai alasan mereka masing-masing, tapi dengan satu tujuan yang sama: giving others a happiness.
Kamu bahkan bisa membuat ceritamu sendiri di toko ini, mulai dari menyatakan cinta, jadian, merayakan hari jadi, lamaran, dan menikah, punya anak, lalu
finally sampai bingkisan berbela sungkawa-pun ada di sini.
(terdengar seperti iklan Kado Kita, hmm,
they have to pay me for this word :p)

Bahkan ketika sedang antre untuk beli pita kado, dalam 15 menit saya menemukan 2 kejadian lucu:

Case satu:
Seorang ibu-ibu dengan suaminya:
Mas, ini kotaknya muat nggak ya, soalnya si Ardi (yah sebut saja begitu) mintanya yang ukuran 25x25... (si suami manggut-manggut mengiyakan)
Terus perhatian si ibu langsung dialihkan ke mbak-mbak pegawai:
Mbak, mbak, ini bingkisannya bisa jadi besok nggak? Yah, jelek-jeleknya besok siang deh... tolong dong mbak..
Wah,bu, iya deh bu kami usahakan sebisa mungkin besok pagi bisa jadi...
Tolong ya mbak, soalnya ini mau buat lamaran anak saya... ini penting banget mbak, anak saya mau merit, kasihan mbak... Ntar kalau nggak jadi nikah gimana mbak? Mbaknya emang mau tanggung jawab hayo? Tolong ya mbak... please...
(Si mbak Cuma garuk-garuk kepala speechless)

Case dua:
Di meja seberang dua orang cewek usia
twenty-something sedang cekikikan menatap kado mereka yang sedang sibuk dihias oleh si pegawai. Mulanya saya biasa saja ya—secara saya juga sedang bete banget, masak cuman mau beli pita 2 meter aja harus nunggu lama sekali—tapi saya langsung melek begitu melihat isi kadonya itu:
Ya, bapak dan ibu sekalian serta teman-teman yang berbahagia,
Sepasang stiletto seksi, Lingerie nan menggoda, dan.... KONDOM.
Serius.
Saya berusaha berpikir ’lurus’ (maksud loh rah? :p), dan akhirnya menemukan penjelasan rasional setelah beberapa menit.
Itu kado pernikahan, Saraaaaah... -_____-
Tapi lucu juga ya, ngena, terus abis itu di dalemnya kita kasih ucapan:
Have a very hot and full of passion first night ya hon. Itulah gunanya kamu menikah. Santai wae... Pergunakan kado kami dengan baik.Trust me, it works.
Love
Nisa dan Tia, your bff :D
Oke. Untuk yang terakhir tadi saya Cuma bercanda.

Lamunan saya terhenti ketika si mbak pegawai—akhirnya—menghampiri saya dan menanyakan keperluan saya, sembari menambahkan kalau mau bungkus kado sekarang sudah tutup dan jadinya pasti baru besok. Saya cuman bisa meringis kuda dengan duka penuh nestapa sambil ngomong, “Mau beli pita 2 meter mbak…”
Mbaknya cuman angguk-angguk sok nyaho, dengan pandangan saya-pikir-mau-bungkus-kado-mbak-tiwas-tak-anggurin-15-menit.
Dan voila, dalam satu menit pita yang saya inginkan ada di tangan saya.
Dasar barbar.

You know what, sampai rumah, waktu saya sudah mau mulai sok bisa mbungkus kado, saya baru menyadari kalo pita yang saya beli itu ternyata membentuk rangkaian tulisan : IT’S A BOY
Ngek.
Padahal kan saya beli pita itu gara-gara kesengsem sama motifnya yang dari jauh terlihat seperti sulur-sulur biru yang terangkai menjadi satu membentuk tali.
Ternyata itu adalah pita untuk kado kelahiran anak.
Pantas tadi ada yang jenisnya kayak gini juga dan warnanya pink, pasti itu versi IT’S A GIRL-nya.
Gebleknya saya.

Anyway, saya jadi kepikiran. Bukan kepikiran tentang hot and full of passion first night yang tadi ya, tapi tentang toko itu.
Saya jadi kepingin punya toko kado. Kayaknya lucu sekali, hahaha.
Mungkin deh,
someday, kalau saya sudah tua dan ingin berekspiremen.
Ah apaan sih rah.
Merit aja belom lo. Gila aja.

Pada akhirnya,
Present not always for Now, karena hadiah menurut saya akan terus diingat sampai besok-besok.
Ya kan?
Tumben saya soswit.

Wednesday, June 3, 2009

Tentang Karinda

Jadi, saya menemukan kejadian lucu hari ini.
Maksud saya, tadi pagi saya menemukan kenyataan bodoh. Begini, kalian tahu kan nama saya, Sarah Karinda. Iya, Karinda.

Begini, tadi pagi, pas sedang kursus nyetir—saya bersumpah akan hati-hati naik motor mulai saat ini, serius, motor-motor itu ternyata kalau dilihat dari mobil SANGAT MENGERIKAN (lebay)—tante-tante yang kebagian giliran les nyetir habis saya, melihat formulir daftar nyetir saya, dan nyeletuk , ”Waaah mbak Sarah tinggal di Manado manaa?” –sekali dengar saya langsung tahu si tante ini orang Manado, logatnya kelihatan banget. Jadi mulai saja sebut dia, TTM (Tante-tante Manado)

Saya: Hah?
TTM: Saya punya banyak teman yang Karinda juga loh
Saya: Hah?
TTM: Loh, mbaknya karinda kan?
Saya: Iya tante.
TTM: Pernah tinggal di Manado?
Saya: menggelengdengantampangmasihenggaknyaho
TTM: Loh? mbaknya asli mana?
Saya: Jogja tante..
TTM: Ayah Ibu?
Saya: Jogja semua tante. Asli jogja. (membayangkan wajah si ayah yang ngomong inggris dengan logat jawa, dan yang tiap pulang kejogja selalu melampiaskan nafsunya dengan sarapan gudeg setiap pagi—saya sampai jengah liat gudeg kalo papa ke jogja—katanya sih gara2 eyang uyut adalah bakul gudeg famous pada zamannya, jadi tiap hari cucunya dicekokin gudeg tiap sarapan dan itu yang membuat papa nggak pernah bosan sama gudeg, dan katanya itu jugalah yang membuat badannya sehat kuat smart karena telor dan ayam setiap hari, padahal sih sekarang perutnya membengkak lol)
TTM: Wah, masaak? Saya pikir orang Manado, KARINDA KAN MARGA MANADO.

Saya cuman bisa meringis dan pulang dengan 2 fakta baru di kepala saya:
Satu, saya baru tahu kalau orang manado punya marga. Saya pikir marga hanya milik batak dan padang.
Dua, saya mulai ngeh kenapa lumayan banyak orang bernama belakang Karinda nge-add saya di facebook.
Masih sedikit surprised dengan kenyataan lucu tentang nama saya, sayapun buka facebook, dan melihat profile Karinda2 itu.
Anda benar saudara-saudara, MANADO semua.
Dan yang paling mengejutkan, saya di-invite sebuah grup bernama : RUKUN KARINDA
Saya speechless. Andai mereka tahu kenapa si ayah dan si mama ngasih saya nama KARINDA:
KaRinDa: Kasih Sayang Ririn dan Danang
(Ririn itu mama saya, dan Danang adalah papa saya)
Fyi, Sarah itu adalah nama sekretaris papa yang katanya cantik banget—ya, saya tahu, papa saya memang kadar kenggatelannya sudah overload.
Jadi, masih dengan sedikit enggak percaya dengan fakta baru ini, pikiran saya jadi terbang kemana-mana.
Bayangkan saja kalau ternyata jodoh saya besok adalah seorang Manado bermarga KARINDA.
”Dengan ini saya nikahkan Wisnu Karinda dengan Sarah Karinda..”
Satu lagi, orang yang bermarga sama boleh menikah nggak sih? Karena saya nggak bisa membayangkan kalau saya dan si Wisnu ini harus mendapat kecaman dari kerabat nenek moyang dan dianggap menodai garis keturunan dan kami harus menjelaskan ke ribuan orang kalau saya bukan orang manado.
”Bapak Ibu, tolong perhatikan, Karinda ini bukan Marga, Karinda ini adalah Kasih Sayang Ririn dan Danang, bapak ibu! KASIH SAYANG RIRIN DAN DANAAANG! Tolooong restui cinta kamii!”
Atau kalau di undangan tertulis begini:
Diharap kehadirannya pada pernikahan anak-anak kami yang tercinta:
Wisnu Karinda (Asli Manado)
&
Sarah Karinda (Bukan Manado)
Oke imajinasi saya mulai liar.
Dan saya mulai takut dengan nama saya.
Bukannya saya bermaksud SARA (SARA Karinda :p), tapi saya benar-benar baru tahu kalau nama KARINDA banyak pengikutnya.
Eh, by the way, seseorang bernama Wisnu Karinda nggak mungkin membaca blog ini kan? Karena demi Tuhan nama Wisnu itu nyantol begitu aja di kepala saya dan kesamaan nama, tempat, serta kejadian bukan suatu kesengajaan melainkan hanya fiktif belaka.

Beneran.