Saya menulis blog ini dalam keadaan yang sangat linglung.
Bukan apa-apa. Ajaib saja, begitu menyadari bahwa terakhir kali saya
menulis di blog adalah di bulan Juni 2014, which is itu adalah 2 tahun yang
lalu.
Saya bukannya sama sekali lupa bahwa saya punya blog ini. Tidak hanya
sekali saya mencoba menuliskan sesuatu lagi, tapi hasilnya nihil. Paling
mentok, saya hanya akan membuka dashboard blog, membaca lagi tulisan-tulisan
lama, lalu senyum-senyum sendiri jika mengingat betapa banyaknya energi yang
mampu saya keluarkan dulu hanya untuk sekedar menceritakan bahwa saya ketemu
ular kobra di tengah jalan.
Ketemu ular kobra, dan saya bisa menjadikan itu jadi satu tulisan.
Jadi jangan tanya apa yang bisa saya tuliskan waktu saya patah hati.
Belasan tulisan di blog ini ada karena saya galau setengah mati habis patah
hati. Ah, those old times… :)
Tapi sayangnya, terlalu banyak yang berubah di dua tahun terakhir. Terlalu
banyak sampai saya tidak sanggup mengimbangi perubahan itu sendiri. Terlalu
banyak, sampai saya hanya sanggup terdiam setiap kali memandangi dashboard blog
ini.
Energi yang dahulu meluap itu, seakan lenyap. Kemana? Itu yang sedang
saya cari jawabannya. Mungkin perubahan melahap habis semua energi itu, seperti
dementor, yang meminta saya untuk terus berjalan dan lupa menekan tombol pause.
Ya, tidak hanya sekali saya menulis tentang waktu dan perubahan di sini.
Tapi kali ini, waktu dan perubahan itu seakan menyerang saya. Membuat saya
hanya sempat melakukan perubahan itu tanpa sempat menikmatinya, benar-benar merasakannya.
Saya sampai lupa, bagaimana saya suka sekali menulis fiksi. Saya lupa
bagaimana saya selalu excited dengan berbagai cerita cheesy romantis. Saya lupa
bagaimana blog ini dulu pernah bisa membuat saya merasa hidup.
Dua tahun. Waktu yang cukup lama untuk berjalan terus tanpa berhenti.
Mungkin ini saatnya saya menyempatkan diri untuk sekedar berhenti
sejenak. Dan menikmati perubahan itu.
Life itself has no pause button. But at this moment I just realize, it’s
okay to give pause.
Jadi di sinilah saya, duduk sendiri di dalam kamar kos, dengan kaos bali
kebesaran yang super nyaman, di tengah petir yang menyambar dan derasnya hujan.
It’s okay, Sarah. It’s okay.
Let’s give yourself more time to press the pause button.
Jakarta
Selatan,
22
Maret 2015